Loading...
Logo TinLit
Read Story - SERUMAH BERSAMA MERTUA
MENU
About Us  

Di rumah Maya dan Ardi, tempat di mana semua hal itu bermula. Tiga bulan setelah pernikahan mereka.

 ***

Raut wajah Maya bingung, seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan Ardi-suaminya. Baru saja pernikahan mereka berjalan tiga bulan, kini Ardi membawa berita buruk. Baginya itu bukan hanya buruk, tetapi buruk sekali.

Padahal sebelum menikah mereka sudah membicarakan hal ini. Namun, mengapa Ardi begitu mudahnya mengambil keputusan tanpa berunding dengannya lebih dulu. 

Ardi mengenggam telapak tangan Maya, lalu berucap, "Aku yakin kamu sama Mama pasti akan akur kok."

Siapa yang akan menjamin soal itu? Bukankah sulit bagi seorang menantu perempuan satu rumah dengan mertua perempuan, jika pun ada itu satu banding sekian juta. Apalagi Maya bukan tipikal perempuan yang bisa mengurus rumah, masak saja masih harus sering melihat tutorial di sosial media, bagaimana mungkin dia bisa mengurus dua orang sekaligus. 

"Kenapa Mama nggak tinggal sama Mas Danu saja?" tanya Maya, karenanya Ardi memiliki dua saudara lain. Kakak laki-lakinya juga menikah dan memiliki rumah yang lebih besar satu kota dengan mertuanya, sedangkan adiknya kuliah di luar kota. 

"Mas Danu sama istrinya kan anaknya banyak, Sayang. Sulit kalau harus ikut ngurusin Mama juga," jawab Ardi lembut. 

Maya masih tak puas dengan jawaban Ardi itu, seperti ada sesuatu yang tak beres dengan semua itu. Bagaimana mungkin dia harus tinggal dengan mertuanya dalam satu rumah minimalis. 

"Rumah Mama yang di Bandung gimana?" Maya bertanya lagi, mencoba mencari celah supaya mertuanya tak tinggal satu rumah dengannya. 

"Kalau Mama tinggal di sini, rumah di Bandung mau di sewain buat kos-kosan. Lagian kasihan Mama tinggal sendirian di sana, Tami kan pulangnya setiap libur semester aja," jawab Ardi. 

Tak ada celah, Ardi bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan Maya. Maya makin gusar, dia tak mungkin terang-terangan menolak mertuanya tinggal di sana, itu pasti akan membuat Ardi sakit hati. 

"Gimana, Sayang?" sambung Ardi, kini dengan bertanya. Namun, sebenarnya itu bukan pertanyaan melainkan penekanan permintaan. 

"Aku pikirkan dulu ya, Mas. Bukannya aku nggak mau, tapi ini masih terlalu cepat untuk aku tinggal serumah sama Mamamu." Begitu jawab Maya. 

Ardi mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Maya. Mungkin benar apa yang Maya ucapan, semua tidak semudah itu, apalagi sejak awal mereka sudah memutuskan untuk tinggal hanya berdua saja, dengan keluarga kecil mereka. 

Namun, keadaan yang memaksa Ardi untuk menyetujui permintaan sang mama yang ingin tinggal bersamanya. 

Ardi tak sempat membicarakan itu dengan Maya karena semua terjadi begitu cepat dan tiba-tiba, bahkan mamanya langsung berkata bahwa dia mau tinggal di rumah Ardi dan Maya. 

"Kita tidur yuk, Sayang," ajak Ardi. 

Kini Maya yang mengangguk dengan apa yang dikatakan Ardi. Keduanya lalu bangkit berdiri dari sofa tempat di mana mereka tadi duduk dan membicarakan tentang mama Ardi. 

Keduanya menuju kamar, dan memutuskan untuk tidur. 

***

Pagi harinya Ardi mengucek matanya sambil menguap, diperiksanya ponsel pintar di atas meja sejauh lengan tangannya. 

Masih pukul enam pagi, jam yang tertera di sana. Lalu dia bangkit, mendudukkan tubuhnya. Sejenak dia memeriksa istrinya, tidak ada di tempatnya tidur. Sepertinya sudah bangun lebih dulu, hal rutin yang dilakukan setiap pagi. 

Kini Ardi berjalan keluar kamar, langsung menuju dapur di mana biasanya sang istri berada. Dan benar saja di sana Maya-istrinya tengah menyiapkan makanan. 

Ardi mengambil kursi di salah satu meja makan. 

"Pagi sayang. Aku mau kopi." Begitu kata Ardi. 

Maya membalikkan tubuhnya, lalu berucap, "Tidak ada kopi hari ini."

"Kenapa? Kamu kehabisan kopi? Apa kamu nggak belanja?" tanya Ardi penasaran dengan ucapan Maya. 

"Ingat pesan dokter kan, kamu harus kurangi kopi untuk pemulihan. Seminggu aku jatah sekali aja," jawab Maya.

Ardi tak membantah perkataan itu, dia hanya diam saja. Sementara itu Maya berjalan sambil membawa segelas susu putih hangat. 

"Sebagai gantinya kamu minum susu saja, ini susu kambing bukan SKM," sambung Maya. 

Ardi menarik gelas itu, lalu menyesap isinya, rasanya manis dan enak, meskipun tidak senikmat kopi biasanya yang dia minum, tetapi jika itu buatan Maya tetap saja baginya enak. 

"Kamu masak apa?" tanya Ardi kemudian. 

"Aku masak nasi goreng, baru belajar sih lihat YouTube," jawab Maya. "Aku nggak tau rasanya enak atau enggak."

Maya mengatakan seperti itu karena dia tahu bahwa dia bukan perempuan yang pandai memasak. Sejak kecil hidupnya penuh kenyamanan, keluarganya memiliki seorang Asisten Rumah Tangga. Bahkan dia tak pernah memasak sekalian meskipun itu hanya memasak mi instan. 

Namun, saat dirinya sudah menikah, dia berpikir untuk belajar masak dan mengurus rumah. Bukan karena suaminya tak memberikannya ART, tetapi dia yang tak ingin. 

Berpikir bahwa dia dan Ardi sama-sama bekerja, dari pagi sampai sore, makan hanya ketika sarapan dan malam, apalagi bisa mengurus rumah minimalis mereka bersama. 

Lalu soal memasak, Ardi tak pernah merepotkan hal itu, selama Maya mau berusaha itu jauh lebih baik. 

"Cobain." Maya meletakkan piring itu di depan Ardi. 

Ardi mengambil satu suapan dan mencoba merasakannya, sementara Maya menunggu respon dengan mata penuh harapan. 

"Enak, tapi kurangi micinnya. Soalnya ada rasa agak pahit dikit," kata Ardi. 

Maya mengulas senyum. Tidak, dia tidak marah dengan kritikan Ardi, malahan dia senang karena masakannya bisa dimakan, tidak seperti bulan pertama mereka menikah. 

"Mungkin takaran nasinya beda sama di Youtube kali ya, aku nggak bisa ngitung porsi makan orang-orang sih, seberapanya." Begitu kata Maya. 

"Enggak masalah, namanya juga belajar masak. Nanti juga lama-lama kamu bisa kok, bahkan tanpa resep," ucap Ardi. Dia terus mengunyah makanannya, meskipun tadi katanya sedikit pahit. 

Ardi hanya ingin menghargai Maya dengan apa yang sudah Maya lakukan. Ardi tahu jika dia menikahi seorang putri, jadi tak masalah hal itu. 

Sekarang hanya dia yang butuh waktu untuk beradaptasi dengan makanan yang ada, sebab selama 26 tahun ini makanan nikmat mamanya yang terus masuk mulut. 

"Habis," sambung Ardi. 

"Yeee habis," kata Maya senang. Seolah Ardi balita yang sudah menyelesaikan makannya. "Langsung mandi gih, nanti aku siapin bajunya."

Ardi mengangguk. Setelah menghabiskan susu miliknya, dia pun bangkit berdiri dan kembali menuju kamarnya untuk bersiap bekerja. 

Sekitar 20 menit kemudian Ardi kembali dengan memeluk Maya dari belakang saat Maya tengah membersihkan piring sesaat setelah Ardi membersihkan dirinya. Ardi membisikan kata mesra pada telinga Maya, yang membuat Maya bergidik geli sendiri.

"Apa sih Mas, jangan ganggu ah, basah semua nanti pakaianku." Begitu kata Maya, seolah meminta sang suami menjauh darinya.

"Kalau nggak mau basah ya nggak usah pakai baju, atau..." Ardi tak melanjutkan perkataannya yang membuat istrinya bertanya-tanya.

"Atau apa? Jangan ngeres deh, ini masih pagi," kata Maya.

"Atau kamu bisa pakai celemek, apa lagi?" tanya Ardi.

Ardi melepaskan pelukan itu. Maya membalikkan tubuhnya dan mencipratkan bekas air cuci piring ke wajah Ardi.

"Berhenti membual, cepat kerja sana, kalau telat absen nanti jadi masalah lagi," ucap Maya. 

"Padahal Mas masih pengen di rumah sama kamu, libur sesekali boleh kali ya," kata Ardi. 

"Mau ngapain sih Mas, kan aku harus ke tempat kerja juga, kayak kita ini nggak tinggal serumah aja. Lagian kan kamu libur seminggu dua kali," ucap Maya. 

Ardi mengulas senyum, lalu berucap, "Yaudah deh ini juga mau berangkat kerja … Cium dulu."

Maya membalas senyum itu lalu mencium pipi Ardi. Keduanya tampak begitu bahagia, pasangan muda dengan usia pernikahan seumur jagung. Seolah dunia hanya milik mereka.

Ardi menjauh lalu mengambil tasnya dan pergi, dari belakang Maya mengekor mengantarkan sang suami sampai keluar pintu. Saat Ardi sudah masuk mobil Maya melambaikan tangan, dan Ardi membawa mobil itu pergi dari rumah tanpa pagar.

Dari tempatnya berada ibu-ibu kompleks yang tengah membeli sayur mulai menatap Maya, Maya mencoba bersikap ramah, tersenyum, dan mengangguk pada mereka, setelahnya masuk kembali.

Maya tahu apa yang akan dikatakan mereka tentang dirinya dan sang suami, tetapi Maya tak mau ambil pusing, selama itu tak menganggu hidupnya. 

Kini dia mendudukkan tubuhnya di sofa sambil memeriksa ponsel pintarnya, satu pesan masuk dari seseorang yang dia kenal. Kemudian Maya langsung menghubungi nomor pengirim pesan itu. 

"Hallo, Iya, Ta, ada apa?" sapa Maya langsung dengan bertanya. Seseorang menyahut dari ujung sambungnya. "Iya, janjiannya kan jam 10, ini baru setengah delapan, setengah jam lagi deh aku berangkat ke butik."

Maya memutuskan sambungan setelah meyakinkan tak ada percakapan lagi dengan Mita-asistennya di butik. 

Dia pemilik salah satu butik yang ada di ibu kota, tidak seterkenal itu, tetapi jika orang-orang bertanya tentang gaun pernikahan maka mereka pasti akan menyarankan "Boutique Maya Collection."

Begitulah hari-hari Maya dan Ardi sebagai seorang pasangan yang juga memiliki karier. Maya dengan usahanya sebagai pemilik toko baju, sementara Ardi bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri di salah satu kementerian milik pemerintah. 

Namun, apakah setelah kedatangan mama Ardi yang tak lain mertua Maya semuanya akan tetap sama? 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
MALAM TANPA PAGI
531      392     0     
Short Story
Pernahkah kalian membayangkan bertemu malam tanpa pagi yang menyapa? Apakah itu hal yang buruk atau mungkin hal yang baik? Seperti halnya anak kucing dan manusia yang menjalani hidup dengan langkah yang berat. Mereka tak tahu bagaimana kehidupannya esok. Namun, mereka akan menemukan tempat yang pantas bagi mereka. Itu pasti!
Janji-Janji Masa Depan
15972      3641     12     
Romance
Silahkan, untuk kau menghadap langit, menabur bintang di angkasa, menyemai harapan tinggi-tinggi, Jika suatu saat kau tiba pada masa di mana lehermu lelah mendongak, jantungmu lemah berdegup, kakimu butuh singgah untuk memperingan langkah, Kemari, temui aku, di tempat apa pun di mana kita bisa bertemu, Kita akan bicara, tentang apa saja, Mungkin tentang anak kucing, atau tentang martabak mani...
Gadis Kopi Hitam
1126      789     7     
Short Story
Kisah ini, bukan sebuah kisah roman yang digemari dikalangan para pemuda. Kisah ini, hanya sebuah kisah sederhana bagaimana pahitnya hidup seseorang gadis yang terus tercebur dari cangkir kopi hitam yang satu ke cangkit kopi hitam lainnya. Kisah ini menyadarkan kita semua, bahwa seberapa tidak bahagianya kalian, ada yang lebih tidak berbahagia. Seberapa kalian harus menjalani hidup, walau pahit, ...
NADA DAN NYAWA
15779      2963     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Dolphins
643      407     0     
Romance
Tentang empat manusia yang bersembunyi di balik kata persahabatan. Mereka, seperti aku yang suka kamu. Kamu yang suka dia. Dia suka sama itu. Itu suka sama aku. Mereka ... Rega Nicholando yang teramat mencintai sahabatnya, Ida Berliana. Namun, Ida justru menanti cinta Kaisal Lucero. Padahal, sudah sangat jelas bahwa Kaisal mengharapkan Nadyla Fionica untuk berbalik dan membalas cintanya. Sayan...
40 Hari Terakhir
1516      892     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
Potongan kertas
961      496     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
MANITO
1814      1144     14     
Romance
Dalam hidup, terkadang kita mempunyai rahasia yang perlu disembunyikan. Akan tetapi, kita juga butuh tempat untuk menampung serta mencurahkan hal itu. Agar, tidak terlalu menjadi beban pikiran. Hidup Libby tidaklah seindah kisah dalam dongeng. Bahkan, banyak beban yang harus dirasakan. Itu menyebabkan dirinya tidak mudah berbagi kisah dengan orang lain. Namun, ia akan berusaha untuk bertahan....
Palette
6437      2289     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
Pulang Selalu Punya Cerita
1772      1042     1     
Inspirational
Pulang Selalu Punya Cerita adalah kumpulan kisah tentang manusia-manusia yang mencoba kembalibukan hanya ke tempat, tapi ke rasa. Buku ini membawa pembaca menyusuri lorong-lorong memori, menghadirkan kembali aroma rumah yang pernah hilang, tawa yang sempat pecah lalu mengendap menjadi sepi, serta luka-luka kecil yang masih berdetak diam-diam di dada. Setiap bab dalam buku ini menyajikan fragme...