Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gareng si Kucing Jalanan
MENU
About Us  

Hari Jum'at waktunya Rio untuk melakukan misinya dalam sehari ini, mumpung sekarang tidak ada jadwal kuliah ia berinisiatif untuk membersihkan kandang milik Gareng yang sudah terlihat kotor. Selain itu, karena di Hari Minggu besok, Isma bakal datang ke tempat kios itu sesuai janjinya. Akhirnya ia segera menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk mencuci kandang.

"Nak, kamu lagi apa?" tanya Bu Romlah yang sedang memerhatikan anaknya yang sedang sibuk sendiri. Pagi ini hanya ada beliau dan Rio saja, karena Bapak sudah berangkat setelah sholat subuh tadi.

"Ini Bu, aku hari ini ada rencana untuk membersihkan kandang kucing itu, sekalian juga aku mau mandiin mereka. Udah berapa lama dia tidak mandi , pasti kotor sekali", jelas Rio sambil tetap merapikan barang bawaan ke dalam tas.

"Oh, kalau gitu Ibu berangkat ke pasar bareng sama kamu ya. Tunggu sebentar Ibu akan bersiap-siap terlebih dahulu!".

Ibu segera merapikan rumahnya agar ketika ditinggal sudah terlihat rapi tanpa ada barang yang berserakan. Akhirnya setelah dirasa sudah siap semua, mereka berdua pun berangkat dengan motor kesayangan Rio. Tampak jalanan sudah padat di waktu seperti ini, Rio yang mengendarai motornya pun mulai berjalan pelan karena banyak anak sekolah yang sedang berangkat.

"Tumben sih kamu nyempetin buat bersihin mereka?", tanya Ibu yang duduk di belakang Rio.

Rio menyadari jika belum bercerita kepada ibunya tentang tempo lalu yang sempat berkenalan dengan seorang gadis waktu berolahraga di taman. Ia memang sedang tidak ingin bercerita perihal itu kepada ibunya, entah takut kalo beliau berfikir yang macam-macam.

"Oh, aku lihat kemaren mereka sudah kotor. Lagian kan mereka belum pernah ngerasain mandi Bu. Jadi Rio berinisiatif untuk memandikan mereka", jawab Rio sambil pandangannya tetap lurus ke depan untuk berkonsentrasi saat berkendara.

Bu Romlah hanya mengangguk-angguk untuk merespon dari jawaban anaknya. Suara klakson saat itu terdengar saling bersahutan memenuhi jalanan. Dalam hal ini, para pengendara sedang tidak mau kalah terhadap satu sama lain dan berharap agar cepat sampai di tujuan. Tak lama, mereka sudah dekat dengan pasar, dan Rio segera membelokkan motornya untuk memasuki area pasar tersebut dan memakirkan motornya di tempat seperti biasanya.

"Nak, jika kamu mau membersihkan kandang, itu disana ada tempat yang tersedia kran air. Kamu bisa memandikan mereka juga disana!" saran Ibu sambil berjalan menuju kios yang diikuti dengan Rio.

"Siap Bu".

Rio seperti biasa menyapa mereka terlebih dahulu, saat ia membuka kandang terlihat anak kucing itu masih  mengantuk. Tak terkecuali Gareng juga terlihat baru bangun dari tidurnya.

"Hai, semua. Wah maaf ya aku mengganggumu. Kegiatan untuk kali ini aku harus memandikan kalian agar bersih", sapa Rio.

Gareng yang mendengarnya merasa acuh tak acuh, seumur hidup ia tidak pernah merasakan kegiatan mandi. Menurutnya bulu nya masih bersih karena setiap saat ia selalu menghabiskan waktunya untuk menjilati bulunya. Anak-anak Gareng pun sering dijilati olehnya. Tapi untuk Rio, jika membersihkan tubuh tidak cukup hanya dengan menjilati bulu, namun harus dimandikan dengan air dan disabun agar kuman menghilang.

"Aku pinjam dulu Ibu mu sebentar ya anak-anak. Sebentar lagi giliran kalian yang akan kubawa kesana!"

Gareng yang digendong oleh Rio merasa heran, ia akan dibawa kemana olehnya, namun ia hanya bisa pasrah. Rio segera mengisi bak berbentuk lingkaran yang dibawanya dari rumah untuk diisi oleh air. Setelah agak terisi penuh, Rio memasukkan Gareng ke dalam bak tersebut. Karena ini pengalaman pertama Gareng, ia merasa kaget ketika merasakan air mengenai tubuhnya. Jujur saja ia merasa tidak nyaman sehingga bergerak kesana kemari. Rio yang menyadari jika Gareng tidak suka mandi harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk membersihkan badannya. Pegangan Rio sangat kuat tapi tidak sampai menyakiti kucing itu, Gareng sebenarnya masih ingin memberontak namun apa daya kekuatannya jelas kalah jauh dari Rio. Mula-mula ia menggosok badannya dengan lembut, setelah itu badan Gareng diberi sabun yang berbau wangi sambil dipijat pelan. Saat itu Rio melihat jika ada banyak kutu yang bersarang di tubuh Gareng, maklum kehidupannya di jalanan pasti tidak bisa terbebas dari kutu-kutu yang semakin banyak. Hanya butuh beberapa menit untuk membersihkan badan Gareng, setelah itu dibilasnya sampai bersih, barulah Gareng merasa lega karena kegiatan mandinya sudah selesai. Ia segera mencari sinar matahari untuk mengeringkan badannya yang basah.

Rio segera mengangkut ketiga anaknya dan dimandikan sekaligus mengingat badannya yang masih kecil jadi sangat pas jika bersamaan dimasukkan ke dalam bak. Seperti induknya, mereka juga sama memberontaknya saat terkena air.

"Meonggg".

"Meeeooongggg".

"Meeonggg".

Terdengar suara mereka yang saling bersahutan karena tidak ingin tubuhnya terkena air. Rio yang mendengar itu bukannya kesal tapi malah gemas, ia masih meneruskan kegiatannya hingga selesai. Akhirnya mereka berempat sudah wangi, mungkin dalam dua hari ini masih terlihat bersih.

Selanjutnya, tugas Rio adalah membersihkan kandang mereka yang sudah bau dan kotor, di semprot kan air yang keluar dari selang yang ia bawa sendiri mengarah ke kandang tersebut. Ia menggosok dengan sikat untuk menghilangkan kotoran yang sudah menempel, kain-kain yang biasanya dipakai mereka untuk alas pun juga turut dicucinya. Satu jam kemudian, semua kegiatan Rio sudah beres, ia merasa lega dan tidak sabar ingin menunjukkannya kepada Isma.

"Duh rajinnya anak dari Bu Romlah ini", puji seseorang yang tiba-tiba menghampirinya.

Saat ditoleh ternyata pelanggan ibunya yang bernama Bu Wina yaitu istri dari Pak Gunawan yang kemaren sempat bertemu.

"Oh, iya Bu. Sudah waktunya untuk membersihkan kandang ini", jawab Rio dengan sopan.

Bu Wina memperhatikan kucing yang sedang berjemur di bawah sinar matahari tersebut.

"Jadi, ini kucing-kucing mu?" tanya beliau sambil menunduk untuk mengamati.

"Iya Bu. Ini kucing-kucing saya yang baru saja dipelihara sama ibu ketika mereka mampir si kios kami".

"Sungguh beruntung, mereka menemukan orang sepertimu", puji Bu Wina sambil menoleh ke arah Rio.

"Saya hanya melakukan apa yang semestinya dilakukan oleh manusia terhadap makhluk yang tidak berdaya seperti mereka", jawab Rio dengan rendah hati.

Bu Wina yang mendengar jawaban dari Rio pun merasa terenyuh sekali dan hal itu lah menambah kesan baik terhadapnya.

"Kapan-kapan kau berkunjunglah ke rumahku!" ajak beliau tiba-tiba.

Rio hanya terdiam karena bingung mau menjawab apa. Ia pasti tidak berani untuk menolak karena selama ini beliau sudah akrab dengan ibunya.

" Hahaha, tidak usah bingung begitu, Rio. Lagi pula anakku juga punya kucing yang lucu. Kau pasti suka. Oh iya jika anakku melihat kucing-kucing mu ini pasti ia senang sekali".

Rio hanya tersenyum mendengarkan penjelasan dari beliau.

"Baiklah kalau begitu aku pamit dulu ya, jangan lupa sempatkan untuk berkunjung ke rumah!" pamit Bu Wina.

"B-b-baik Bu, jika ada waktu luang saya pasti akan kesana", jawab Rio dengan terbata-bata. Akhirnya Bu Wina sudah pergi menjauh, sementara itu Rio masih malu jika harus datang ke rumah Bu Wina dan Pak Gunawan, disamping itu mereka juga mempunyai anak gadis, karena itu Rio merasa canggung jika berkenalan dengan anaknya. Namun, saat ini ia harus fokus untuk pertemuan dengan Isma di Hari Minggu besok, Rio tidak sabar menantikannya.

Lalu ia segera membereskan peralatannya untuk dibawa kembali ke kiosnya sambil menggendong anak kucing kecil tersebut.

“Huh, akhirnya selesai sudah tugasku untuk hari ini. Bu, Lihatlah mereka sudah bersih semua kan?” tanya Rio kepada ibunya untuk meminta pendapatnya.

Bu Romlah pun menuruti apa yang dikatakan oleh anaknya, ia menoleh dan memehatikan kondisi kucing-kucing itu yang nampak bersih dan terawat.

“Wah, kamu memang hebat, sampai mau repot-repot memandikan mereka semua. Tapi, sekarang malah kamu yang kotor. Tuh, lihat bajumu basah”, ucap Bu Romlah sambil menunjukkan ke arah kaos Rio yang mulai kotor di sana-sini.

“Habis, mau gimana lagi mereka nggak bisa diem pas aku mandiin Bu”, keluh Rio sambil menyeka peluhnya.

“Kalau begitu kau cepatlah pulang terlebih dahulu agar lekas mandi!”

Rio langsung menuruti perkataan ibunya. Setelah menaruh kandang sesuai tempatnya dan memasukkan kucing kecil ke dalam kandang, ia pun bersiap untuk pulang ke rumah.

“Bu, aku pulang dulu ya. Assalamualaikum”, pamit Rio.

“Iya, Waalaikumsalam”, jawab Bu Romlah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • antonvw

    Menurut saran saya, kalau ditambahkan kucing berburu tikus akan lebih alami.

    Comment on chapter Perpisahan yang Menyakitkan
Similar Tags
Gue Mau Hidup Lagi
444      291     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Mimpi Milik Shira
532      302     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Mendadak Halal
8461      2282     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
My Doctor My Soulmate
128      114     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Temu Yang Di Tunggu (up)
19784      4125     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Camelia
600      339     6     
Romance
Pertama kali bertemu denganmu, getaran cinta itu sudah ada. Aku ingin selalu bersamamu. Sampai maut memisahkan kita. ~Aulya Pradiga Aku suka dia. Tingkah lakunya, cerewetannya, dan senyumannya. Aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tak ingin menyakitinya. ~Camelia Putri
Bittersweet My Betty La Fea
5097      1606     0     
Romance
Erin merupakan anak kelas Bahasa di suatu SMA negeri. Ia sering dirundung teman laki-lakinya karena penampilannya yang cupu mirip tokoh kutu buku, Betty La Fea. Terinspirasi dari buku perlawanan pada penjajah, membuat Erin mulai berani untuk melawan. Padahal, tanpa disadari Erin sendiri juga sering kali merundung orang-orang di sekitarnya karena tak bisa menahan emosi. Di satu sisi, Erin j...
NADA DAN NYAWA
15797      2964     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Lost in Drama
2003      795     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Ghea
483      320     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...