Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bulan yang Tak Tergenggam
MENU
About Us  

Acha menyukai lukisan sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Ia beberapa kali menjuarai perlombaan tingkat sekolah maupun kota. Setelah beranjak dewasa, Acha tidak terlalu menekuni hobinya itu. Ia hanya memanfaatkan hobinya sebagai selingan dikala ia sedang jenuh dengan aktivitasnya. Ini adalah kali pertama Acha melukis lagi setelah satu tahun lamanya.

            Gadis itu memandangi peralatan melukis miliknya dan kanvas putih berukuran sedang yang berdiri kokoh dihadapannya. Senyumnya mengembang ketika membayangkan sosok yang selama ini mendekam dihatinya. Tangannya begitu lihai mengayunkan kuas diatas kanvas. Tak lupa, Acha memutar musik dari penyanyi kesukaannya. Acha sangat menikmati setiap proses melukisnya, terlebih lagi melukis kali ini adalah kembalinya setelah satu tahun. Tarian jari-jemarinya terhenti ketika mendapati seseorang yang tengah berada di belakangnya. Gadis itu sudah sangat hafal siapa yang lancang memasuki kamarnya tanpa izin.

            “Apasih?” tanyanya merajuk.

            Arda tersenyum. “Lagi ngapain?”

            “Ngerajut!”

            “Kok ngerajut, sih?”

            Acha memasang mimik wajah marah. “Lo nggak lihat, Da? Lagian ngapain masuk ke kamar gue tanpa izin?”

            Cowok itu hanya menebarkan senyuman yang memperlihatkan deretan gigi putihnya. Melihat Acha marah seperti itu, membuat hati Arda sangat senang. Ia beranjak duduk di meja belajar gadis itu.

            “Keluar, nggak?”

            “Nggak mau. Gue mau disini, Cha. Kenapa, sih, jahat banget sama gue?” jawab Arda sedikit mendrama.

            Acha menggelengkan kepala. Ia sudah tidak bisa berkata-kata melihat kelakuan sahabat kecilnya itu. “Terserah mau ngapain aja, deh! Pusing gue.”

            “Ih, Acha cantik, kenapa pusing?”

            Ucapan Arda sukses membuat sebuah kuas melayang dan mendarat tepat pada sasarannya. Arda yang terkejut langsung membuang kuas tersebut dari wajahnya. Kini, terdapat coretan merah di wajahnya.

            “Ih, bego!” ucap Arda.

            Acha tertawa puas melihatnya. “Kapok!”

            “Lo lagi ngelukis siapa, sih? Tumben banget. Katanya udah nggak mau ngelukis lagi?”

            Gadis itu mengangkat kedua bahunya. “Manusia mah cuma bisa merencanakan, Da. Selebihnya itu kehendak Tuhan.”

            Arda melempar sebuah bantal kea rah Acha. “Sok tua banget, dih!”

            “Biarin!”

            “Ih, Cha, gue serius. Lo ngelukis siapa? Siapa yang bikin lo balik ngelukis lagi setelah satu tahun?”

            Acha menatap Arda iseng. “Perlu banget gue kasih tahu, ya?”

            Arda berbalik menatap Acha sinis. Cowok itu mendekat ke lukisan Acha, ia mengamati dengan seksama. Lukisan siluet ini seperti tidak asing menurutnya. Arda merenung dan menebak siapakah yang ada dalam lukisan siluet tersebut. Kecurigaannya bermuara pada seseorang.

            “Gue udah tahu, sih,” ucap Arda.

            Acha menatap cowok itu meremehkan. “Siapa orangnya wahai Arda si paling sotoy sedunia?”

            “Temen OSIS lo, kan?”

            Mendengar jawaban itu, seketika Acha langsung melotot. Bagaimana bisa Arda mengetahui sosok dibalik lukisan siluetnya.

            “Nggak!”

            “Halah, jangan denial deh! Gue mah tahu semua tentang lo.”

            “Apasih, Da! Awas aja tuh mulut ember kemana-mana!”

            Arda tersenyum jahil. “Harus ada penutup mulut dulu, dong!”

            Acha memutar bola matanya dan mendengus kesal. “Yaudah, apa?”

            Arda tidak menjawab pertanyaan itu. Ia memberikan dua buah buku kosong kepada Acha. Gadis itu menyiritkan dahi, ia tidak memahami apa yang dimaksud oleh Arda. Kemudian, cowok itu mengeluarkan secarik kertas dan menulis “Saya berjanji akan memakai atribut sekolah lengkap setiap hari.”

            “Gue dihukum gara-gara nggak pakai sabuk sama dasi. Nah, sebagai penutup mulut yang ampuh, lo kerjain ini tulisan dua buku full. Nggak banyak, kok, cuma dua buku full.”

            Melihat itu, tangan Acha langsung menoyor kepala Arda. “Bodo amat! Kerjain sendiri! Lagian kenapa berandalan banget sih gayanya?”

            “Kalau nggak mau, resiko ditanggung masing-masing.”

            Acha berdecak. “Gue lebih memilih semua orang tahu daripada ngerjain tugas hukuman lo itu!”

            “Ih, Cha. Bantuin gue, dong! Gue baru dapet setengah buku. Tangan gue capek banget, nih, kayaknya keseleo.”

            “Nggak mau!”

            Arda memasang wajah memelas. “Sumpah, besok bakal gue kasih tahu sama anaknya langsung kalau lo suka sama dia!”

            Acha berbalik memasang ekspresi mengejek. “Terserah!”

            “Dih, dasar. Emang, ya, jatuh cinta bikin orang bego! Makan tuh cinta!” umpat Arda kesal.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • hellohayden

    Ayoo lanjut, bagus nih.
    Mampir ke karyaku juga yaaa kak....

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
THROUGH YOU
1348      855     14     
Short Story
Sometimes beautiful things are not seen; but felt.
Pantang Menyerah
278      234     0     
Short Story
Rena hanya ingin mengikuti lomba menulis cerpen tetapi banyak sekali tantangannya, untuk itu dia tidak akan menyerah, ia pasti akan berhasil melewati semua tantangan itu dengan kegigihan yang kuat dan pantang menyerah
Petrichor
5361      1700     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
PESAN CINTA
6448      1403     33     
Romance
Bagaimana jadinya jika kita mendapat amanah dari orang yang tidak kita kenal? Itu pulalah yang terjadi pada Nasya. Dalam pejalanan pulang menuju kampung halamannya, Nasya berkenalan dengan seorang wanita. Mereka menjadi akrab. Dan wanita itu menitipkan sebuah amanah yang kenyataannya menjadi titik awal perubahan hidup serta jalan cinta Nasya.
Anything For You
3381      1361     4     
Humor
Pacar boleh cantik! Tapi kalau nyebelin, suka bikin susah, terus seenaknya! Mana betah coba? Tapi, semua ini Gue lakukan demi dia. Demi gadis yang sangat manis. Gue tahu bersamanya sulit dan mengesalkan, tapi akan lebih menderita lagi jika tidak bersamanya. "Edgar!!! Beliin susu." "Susu apa?' "Susu beruang!" "Tapi, kan kamu alergi susu sayang." &...
Tell Me What to do
515      361     1     
Short Story
Kamu tau, apa yang harus aku lakukan untuk mencintaimu? Jika sejak awal kita memulai kisah ini, hatiku berada di tempat lain?
Mencintaimu di Ujung Penantianku
5455      1484     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Photograph
1730      809     1     
Romance
Ada banyak hal yang bisa terjadi di dunia dan bertemu Gio adalah salah satu hal yang tak pernah kuduga. Gio itu manusia menyenangkan sekaligus mengesalkan, sialnya rasa nyaman membuatku seperti pulang ketika berada di dekatnya. Hanya saja, jika tak ada yang benar-benar abadi, sampai kapan rasa itu akan tetap ada di hati?
My Strange Boyfriend
433      228     1     
Short Story
Pacarku sikapnya berubah-ubah sejak kematian dua mahasiswa di kampusku! Apa yang terjadi?
Ibu
549      329     5     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...