Loading...
Logo TinLit
Read Story - Surat untuk Tahun 2001
MENU
About Us  

Langit semakin gelap. Gemuruh petir membuat tubuhku meringkuk pada sisi jendela. Bayangan sekelebat punggung berkaus basah yang kuhafal betul  ‘itu punggung Moon’  terlihat mengambil sesuatu pada kotak pos merah. Sebuah surat. Bagaimana mungkin, aku yang menantikan surat balasan telah terus memeriksanya. Kotak itu tetap kosong dari waktu ke waktu. Aku kembali memikirkan surat-surat yang melintasi perjalanan waktu, memandangi kotak pos merah yang diguyur hujan.

Aku dengar dari Tuan Neil, kakek bos membangun kotak pos merah itu dengan darah dan air mata. Pada tahun-tahun setelah kehilangannya pada tahun 1970―saat pertama kali ia kehilangan salah satu dari kelima putrinya. Lalu pada saat kematian putri ke lima―ibu dari Moon—terjadi, ia yang berduka menjejali kotak pos merah itu dengan ratusan surat peringatan untuk anak terakhirnya itu, melayangkan doa-doa agar surat-surat tersebut menembus waktu, tiba di tahun 2001―tepat sebelum peristiwa kecelakaan itu terjadi.

 Sayangnya langit tidak pernah mengabulkan permohonannya sampai ia menutup mata selamanya. Tahun-tahun setelah tragedi tahun 2001 itu tidak berubah, surat-suratnya menghilang tapi tidak kembali dan mendapat balasan. Dalam kesedihannya kakek gerimis menciptakan sebuah lagu yang ia nyanyikan dengan suara pilu. Terutama ketika hari hujan di bulan Desember. Sebab itu banyak orang mengetahui cerita kotak pos merah tersebut. Namun, rumor tetaplah rumor, tidak ada yang tahu pasti ke mana persisnya surat-surat itu menghilang. Senandung mesin waktu dan kucing hitam hanyalah penghormatan untuk kakek bos yang telah menciptakan lagu dan dinyanyikan dari masa ke masa di kafe gerimis ini. Moon akan terus menyanyikan pada malam gerimis di bulan Desember sembari mengenang memori lama bersama sang kakek.

Kilat petir membuatku memicingkan mata, punggung Moon masih terlihat di antara kegelapan malam, selanjutnya gemuruh petir mengiringi langkahnya kembali menuju arah teras kafe. Ia terhenti sejenak, menyeka rambutnya yang basah kuyup. Kedua tangan bersembunyi dalam kaus putih yang dikenakan. Moon menatapku dari luar jendela, air hujan mengaliri lekuk hidung Moon, sementara itu tangannya muncul dari balik kaus dan menunjukkan dua surat padaku, di amplop surat tersebut tertulis ‘Tahun 2001’.

Pukul sembilan malam. Malam semakin larut. Senior menghilang entah ke mana. Apa yang ia pikirkan saat ini sampai memberikan ruang untuk seorang bos dan karyawannya berbicara berdua. Senior cukup mengerti ada sesuatu yang terjadi antara aku dan Moon.

Mataku melirik Moon yang telah berganti pakaian kering dengan handuk masih memeluk leher. Kuperhatikan sikapnya begitu tenang, gaya duduk begitu santai juga percaya diri. Sorot mata Moon menatapku dalam, lagi-lagi kedua tangannya bersembunyi dalam saku celana. Ia yang diam begitu saja membuat degup yang ingin aku kubur terus memberontak. Entahlah, keberanian dan kekerasan hatiku terbungkam. Seketika nyaliku menciut, merasa kecil juga malu. Malu pada senior yang selama ini tulusnya kuragukan. Malu pada ibu yang ingin kuubah masa depannya, malu pada rencanaku yang ingin melenyapkan diri dari dunia ini, malu pada adik yang ingin kuselamatkan dari sindrom seumur hidupnya.

Aku takut terlalu dalam menyukai Moon. Terjebak perasaan sendiri. Masih meraba apa arti semua ini. Dia yang kini berada di hadapanku, dulu bagai manusia tak tergapai. Bahkan aku tak berani membayangkan bos pemarah ini bersikap lembut dan manis terhadapku.

Di atas meja tergeletak dua surat yang siap kami baca bersama. Masing-masing amplop terdapat nama Salli dan Moon. Ada hal yang membuat kami terkejut. Ternyata kami baru mengetahui bahwa aku dan Moon sama-sama mengirim surat menembus waktu.

Sebenarnya dalam hati aku bersungut-sungut, huuh … dia yang melarangku menulis surat tetapi ia sendiri mengirimkan surat pada tahun 2001.

Aku tak banyak berbicara, menunggu Moon membuka suara. Mengenai rasa yang tumbuh di antara kami, juga surat dari tahun 2001. Moon mengambil sikap tegak mencoba meraih tanganku, menggenggamnya, seakan memohon kekuatan dan dukungan. Aku tak bisa menolaknya, aku juga heran. Kenapa aku tak bisa berkutik? Bila berurusan dengan Moon.

“Kotak pos merah itu bukan sekedar rumor, Salli! Kurasa kau tahu itu!” ucapnya membuka percakapan. Aku menelan ludah. Bukan ini kalimat pertama yang ingin kudengar. Aku lebih ingin terlebih dahulu mendengar maksud dan sikap lembutnya padaku. Sungguh aku tak ingin terjebak rasa ini sendirian.

Tanpa sengaja, aku menyentuh jari tangan Moon, sedingin salju. Ternyata bukan hanya aku yang menjadi gugup. Dia memandangku lekat untuk meminta persetujuan, aku mengangguk. Surat pertama tertulis ‘untuk salli, 2023’ siap kami baca bersama. Amplop tersebut berisi beberapa lembar kertas surat. Barisan tulisan latin berbaris rapi, rasanya tak asing. Hmm ….

 

Dear Salli, 2023

Membaca suratmu, membuatku banyak mengeluarkan air mata. Aku lelaki berusia 21 tahun yang asyik bermain musik dan populer di kalangan wanita, harus bersembunyi karena terharu setelah tersentuh dengan kalimatmu dalam surat.

Semula kupikir ini hanya permainan kakek pemilik kafe. Kudengar ia memang terobsesi pada kotak pos merah di halaman kafenya. Rumor itu menyebar bahwa kakek itu gila akibat kehilangan keempat anak gadisnya.

Sejak kematian anak gadis pertamanya akibat tertabrak mobil di tahun 1970, kakek itu membangun kotak pos merah dengan darah dan air mata.

Kematian-kematian putri berikutnya lebih mengundang kepiluan. Namun, aku enggan membahas kecelakaan yang menimpa putri kakek tersebut. Pria itu menjadi gila, teriakannya memilukan di antara derai gerimis di bulan Desember. Ia berhalusinasi menembus waktu. Memasukan banyak surat pada kotak  pos merah ini dengan harapan dapat memutar waktu memberi peringatan pada masa lalu mencegah kematian putri-putrinya. Pria itu akan terus seperti itu setelah kehilangan putrinya satu persatu. Seharusnya pria itu bahagia saja bukan? Saat ini putri ke limanya telah menikah dan memiliki anak lelaki yang tumbuh dengan sehat.

Lalu setelah tanpa sengaja, aku mendengar suara-suara dalam kotak pos merah, aku menemukan surat-suratmu. Bersamaan dengan itu suara nyanyian gadis yang memainkan gitar mengusik rasa penasaranku, Luna nama gadis itu sangatlah cantik, ia berbandana biru … persis sosok gadis yang kau gambarkan dalam suratmu.

Kenny, 2001

 

Deg!

Tulisan di kertas menceritakan pertama kali ia menemukan suratku. Aku dan Moon saling berpandangan, tentunya tak mudah bagi Moon membaca cerita mengenai kakeknya di masa lalu.

“Moon …” ucapku lirih, aku menatapnya gelisah.

“Mmm,” Moon masih menatap lurus pada kertas surat.

“Kenny adalah nama ayahku!” ucapku hampir tercekat.

“What?!”

Moon langsung menoleh terkejut, kami saling bertatapan tanpa bicara.

***

Ternyata kakekmu telah mencoba mengirim surat ke masa lalu, jauh sebelum tragedi 2001 itu, Moon!”

Hmm, ya. Hal ini tidak diceritakan Tuan Neil padaku, Salli!”

“Ada yang aneh Moon, dalam nyanyian gerimis, hanya disebutkan untuk tahun 2001.”

Aku dan Moon, kemudian asyik membahas isi surat. Mencocokan dengan informasi yang kami dengar, juga lagu dari nyanyian gerimis yang kakek wariskan pada Moon.

“Bagaimana jika kita langsung membuka lembar ke-2, Moon?”

Moon mengagguk setuju dan tak perlu berlama-lama lagi, rasa penasaranku mengejar barisan huruf yang kuyakin ditulis oleh ayah di masa lalu.

***

 

Dear Salli, 2023

Sesuai keinginanmu, aku bertemu dengannya. Menyampaikan pesanmu agar gadis itu tidak datang pada pesta pergantian tahun nanti. Ia hanya tertawa dan justru mengajakku bermain musik bersama. Semakin hari kami saling tertarik. Tetapi, aku menjadi semakin gelisah. Mengingat gadis itu akan menderita di masa depan, bila jatuh cinta pada akhir tahun ini. Sungguh, aku tak ingin menjadi pria jahat itu. Salli, ada yang menggelitik dalam benakku. Mengapa kebiasaan adikmu yang memakai kaus kaki terbalik sangat mirip denganku saat seusia dengannya.

Kenny, 2001

 

Aku dan Moon terdiam. Baru dua lembar surat balasan itu terbaca. Telah menampar kami pada kenyataan. Bahwa surat menembus waktu itu tidak mengubah apapun. Dan, justru mempercepat pertemuan antara ayah dan ibuku.

“Apakah masa lalu berubah Moon? Apakah ini karena aku mengirimkan surat di bulan Oktober, sehingga Kenny muda yang menemukan surat-suratku justru lebih awal bertemu dengan ibuku? Padahal surat-surat itu kumaksudkan agar yang menemukan suratku dapat mencegah pertemuan mereka di pesta akhir tahun 2001.”

Moon tidak juga menjawab, ia membisu. Mencoba mencerna soal perubahan waktu pertemuan antara ayah dan ibuku.

“Itu adalah jawaban takdir bahwa kau memang harus dilahirkan ke dunia ini, Salli!”

Moon menatapku serius, dan aku mengingatnya. Dulu, saat pertama kali bertemu dan akhirnya melamar kerja di tempat ini, aku lebih dulu mengatakan niatku untuk lenyap dari bumi, dan itu hanya terjadi apabila aku dapat mengirim surat menembus waktu melalui kotak pos merah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Niscala
363      246     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
Secret’s
4318      1377     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
Loading 98%
659      403     4     
Romance
Evolvera Life
13187      3617     28     
Fantasy
Setiap orang berhak bermimpi berharap pada keajaiban bukan Namun kadang kenyataan yang datang membawa kehancuran yang tak terduga Siapa yang akan menyangka bahwa mitos kuno tentang permintaan pada bintang jatuh akan menjadi kenyataan Dan sayangnya kenyataan pahit itu membawa bencana yang mengancam populasi global Aku Rika gadis SMA kelas 3 yang hidup dalam keluarga Cemara yang harmonis du...
Langit Jingga
2827      1002     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
Menuntut Rasa
497      377     3     
Short Story
Ini ceritaku bersama teman hidupku, Nadia. Kukira aku paham semuanya. Kukira aku tahu segalanya. Tapi ternyata aku jauh dari itu.
Temu Yang Di Tunggu (up)
19779      4124     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Mendadak Halal
8449      2270     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
Perverter FRIGID [Girls Knight #3]
1566      671     1     
Romance
Perverter FIRGID Seri ke tiga Girls Knight Series #3 Keira Sashenka || Logan Hywell "Everything can changed. Everything can be change. I, you, us, even the impossible destiny." Keira Sashenka; Cantik, pintar dan multitalenta. Besar dengan keluarga yang memegang kontrol akan dirinya, Keira sulit melakukan hal yang dia suka sampai di titik dia mulai jenuh. Hidupnya baik-baik saj...
Solita Residen
2488      1083     11     
Mystery
Kalau kamu bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa... bukan berarti kau harus menunjukkannya pada semua orang. Dunia ini belum tentu siap untuk itu. Rembulan tidak memilih untuk menjadi berbeda. Sejak kecil, ia bisa melihat yang tak kasatmata, mendengar yang tak bersuara, dan memahami sunyi lebih dari siapa pun. Dunia menolaknya, menertawakannya, menyebutnya aneh. Tapi semua berubah seja...