Loading...
Logo TinLit
Read Story - Surat untuk Tahun 2001
MENU
About Us  

Apakah kau percaya bahwa takdir selalu kembali pada orang yang memilikinya?

Menghabiskan waktu setahun ini di negeri sakura tak lantas mengecilkan tanda tanya besarku pada keajaiban kotak pos merah dan kucing hitam. Jiwaku terpanggil pulang. Tak fokus lagi menuntut ilmu. Ingin secepatnya kembali bertemu ibu, instingku mengatakan ia sembunyikan sesuatu. Begitu juga Moon, suaranya tak terdengar lagi menyapa. Sekedar ucapan “Ohayoo gozaimasu” seperti biasa. Aku merindukannya, sangat rindu. Tak menampik ini lebih dari rindu pada keluarga.

Jejak langkah kaki pertamaku, tiba pada halaman Kafe Gerimis di sore hari. Hari ini, tepat ulang tahun Moon, 4 Desember 2024. Aku ingin beri kejutan. Tidak ada seseorang pun tahu waktu kedatanganku. Meskipun mereka semua tahu pendidikan beasiswaku telah usai.

Lampu pijar kuning, mulai dinyalakan. Dari jauh kulihat bayang sosok tubuh besar—itu Tuan Neil. Masih mengamati suasana kafe dari kejauhan, aku berdiri diam di sebelah kotak pos merah. Tubuhku merinding. Seakan disambut, kekuatan tak kasat mata. Hampir saja delusiku menggila, seolah kucing hitam bertengger manis di atas kotak pos merah yang masih menjadi misteri hingga saat ini.

Penyelidikanku pada kucing hitam tidak serta merta menemui jalan buntu. Menghabiskan malam-malamku di negeri sakura dengan beberapa jurnal yang kutulis. Mengumpulkan artikel koran lama tentang tragedi 2001. Wawancara tipis-tipis dengan Moon melalui panggilan telepon seraya melepas rindu. Kesimpulan yang tertulis dalam jurnal cukup membuatku tercengang.

Kakek Moon bukanlah pemilik awal dari Kafe Gerimis, yang semula bernama Kedai Miyasha. Miya adalah nama putri dari teman kakek yang bersama-sama membuka usaha kedai kopi di pinggiran kota kecil ini. Kakek Gerimis yang tidak memiliki harta, hanya bermodal kepiawaiannya meracik kopi, mengajak sahabat dekatnya membuka kedai kopi bersama.

Tanah dan bangunan tempatku berdiri kini  semula memang milik teman sang kakek. Tidak dinyana, pertikaian terjadi pada rumah tangga teman kakek, sepasang suami istri bertengkar hebat dan mengalami kecelakaan. Miya anak mereka satu-satunya menjalani hidup di panti asuhan. Kakek Gerimis yang telah menjadi lihai dalam berbisnis, mengambil alih semua harta dan bisnis kopi yang diprakarsai bersama. Dalam pencarian artikel tersebut, sebuah foto lawas menggugah rasa ingin tahuku.  Sebuah foto keluarga teman kakek, terdiri dari sepasang suami istri dengan putri mereka dan seekor kucing hitam di pangkuannya. Miya, ya .. nama anak kecil itu adalah Miya. Ia memiliki seekor kucing hitam yang konon katanya ikut menjadi korban kecelakaan yang dialami teman Kakek Gerimis.

Berlalunya waktu, kakek mengubah nama kedai menjadi namanya sendiri. Tahun berganti, kedai semakin besar dan tidak hanya menjual kopi. Lantas kedai itu menjadi Kafe Gerimis seperti yang dikenal sampai saat ini.

Potongan-potongan artikel yang kukumpulkan dan kubawa ke Jepang, hanya menuntaskan peyelidikanku sampai bab tersebut. Namun, kuyakin masih ada yang belum terkuak. Justru rasa penasaranku semakin membuncah, akibat sosok kucing hitam selalu muncul dalam pencarianku menguak misteri.

Rencananya kepulanganku ini juga ingin menyusuri jejak Miya. Dengan begitu, misteri kucing hitam juga akan terkuak.

Pukul lima sore, perlahan lonceng pada pintu kafe berbunyi. KLAANG ….”

Mantap memasuki ruangan, aku begitu percaya diri. Tak banyak pengunjung dalam ruang kafe. Bagus, kataku dalam hati. Menyapu pandang pada seisi ruang kafe, aku merasa bingung sosok tinggi itu belum juga terlihat. Apakah aku harus ke pantry terlebih dulu? Namun, beberapa detik kemudian, pandanganku menangkap sosoknya, Moon yang begitu kurindukan.

Tunggu dulu? Apa yang terjadi padanya? Moon yang kulihat, duduk dekat jendela, arah pandangannya mengarah pada halaman kafe, tepat kotak pos merah berada. Eh tunggu dulu, itu artinya dia telah melihatku cukup lama. Lantas mengapa ia diam saja, tidak tampak terkejut dengan kedatanganku. Dan anehnya lagi, bukannya memberi kejutan, aku justru yang terkejut. Moon duduk tidak di atas kursi biasa, melainkan di atas sebuah kursi roda.

“Aaa―”

Baru sempat membuka mulut sebuah tangan menarikku. Membawaku ke balik dinding pantry . Orang itu … bukan Tuan Neil, dia Sun.

“Kak …, sedang apa kau di sini?” tanyaku memburu, heran dan gusar menyerang pikiranku.

“Ssst ..!” Sun segera membuka celemeknya―aku sendiri masih heran mengapa ia memakainya.

Dibawanya aku keluar pantry diam-diam, melalui pintu belakang, menuju taman tempat Moon melihat bulan.

Setelah mengatur ritme napasku, langsung kutanyakan pada Sun tentang Moon yang memakai kursi roda. Sun pun mulai bercerita..

“Tiga bulan lalu, sebuah peristiwa terjadi, Salli!” Sun menarik napas, “Aku bertengkar dengan Ayah dan kabur dari rumah!” lanjutnya kembali.

“A-apa? Tidak ada yang mengabarkan hal itu kepadaku!”

“Kami sengaja, merahasiakan ini padamu.”

“Kami?”

“Aku dan Ibu, hmm … Ayah kita pergi dari rumah Salli. Sejak aku berkelahi dengannya, Moon berada di kursi roda itu … akibat dari pertengkaran aku dan Ayah.”

“Bagaimana bisa?”

“Aku dan Ayah bertikai di pinggir jalan, saat aku memergokinya ….”

Sun tidak melanjutkan ucapannya, tetapi bulu kudukku telanjur meremang.

“Dia …, Ayah kita, bermain wanita?” tanyaku penuh emosi.

“Ba-bagaimana kau bisa tahu , Salli?”

Aku memejamkan mata, segalanya terasa buram. Feeling-ku sungguh tidak enak, dan benar saja. Segala hal berputar pada peristiwa yang sama, hanya kali ini bagianku bertengkar dengan ayah digantikan oleh Sun.

“Lantas Kak … apakah adik kita terkena tourette syindrome?”

“A-apa ..? Tidak … tidak, Salli!”

Aku benapas lega. Apalagi setelah Sun menceritakan bahwa ibu terlalu tegar menghadapi ayah dan merelakannya pergi.

“Ibu hanya menangis diam-diam di waktu malam, Salli.”

“Hmm, sama seperti dulu,” ujarku. Mengabaikan wajah Sun yang tak mengerti ucapanku, aku langsung bertanya mengenai Moon.

“Lantas Moon, bagaimana dia terluka?”

“Dia, menyelamatkan aku dan Ibu dari amukan Ayah di pinggir jalan, saat itu … ada motor yang melaju kencang, Moon terserempet dan jatuh terguling, sialnya sebuah roda pick up  yang tengah melaju cepat melindas kakinya.

“Huuft, Moon ….”

Aku menutup muka, wajah telah basah oleh air mata. Rasa bersalah yang besar mendera, seandainya kita tidak mengirim surat itu.. Moon, mengubah masa kini, hal buruk ini pasti tak akan menimpamu.

“Peristiwa itu terjadi ketika aku dan Ibu diantar Moon untuk pergi ke suatu tempat. Sepulangnya kami dari sana, Moon mengajak kami untuk makan malam. Tak disangka di resto pinggir jalan itu, kami memergoki Ayah bermesraan dengan seorang wanita.”

Lunglai, sugguh lunglai. Penuturan Sun membuatku tersadar bahwa takdir tak dapat diubah. Bahkan kini, kondisinya lebih parah. Sun menggantikan tempatku yang bertengkar dengan ayah, sedangkan Moon mengalami musibah di kakinya secara mendadak, kemungkinan Moon mengambil alih nasib adikku yang mengidap tourrete.

Sibuk sendiri dengan pikiranku, aku tak memperhatikan tangan Sun merogoh saku bajunya dan … aku kembali dikejutkan oleh selembar foto.

“I-itu Miya?” tanyaku dengan mata terbelalak.

“Kau mengenalinya, Salli?” tanya Sun tak kalah terkejut.

“Ya, hmm … “

“Dia, nenek kita!” ucap Sun mengejutkanku.

“Hah, apa? Apa yang kau katakan, Kak?” Ini semua di luar dugaanku.

“Ya, tadi aku cerita ‘kan .. kami pergi ke suatu tempat. Itu adalah panti asuhan tempat Ibu kita dulu tinggal.” Sun menarik napas.

“Ya, lalu?” tanyaku tak sabar. Penasaran sudah di ujung kepala.

“Kami melakukan kegiatan rutin, pemberian bingkisan pada anak panti.”

Ya, aku tahu itu, ibu biasa menjadi donatur atau tenaga suka rela untuk membantu panti asuhan tempatnya dulu tinggal, membalas budi katanya. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan denganku setiap enam bulan sekali.

“Moon berinisiatif mengantar kami, dia senang melakukannya, membersihkan meja, makan bersama di kebun, bernyanyi bersama anak-anak panti.”

Mata Sun berbinar ketika menceritakan Moon. Rupanya meskipun kehilangatan ingatan tentang hubungan sebelumnya antara dia dan Moon, perasaan bangga dan sayang pada Moon tetap melekat.

“Sampai akhirnya, Ibu menegur Moon yang lama termenung menatap sebuah foto berbingkai kayu di dinding kantor ibu panti. Moon menunjuk foto tersebut dan menyatakan bahwa ia juga memiliki foto yang sama.”

“Apa tidak mungkin!” pekikku, menutup mulutku. Walaupun berkali-kali menemani ibu ke panti aku tak pernah memasuki kantor ibu panti, apalagi melihat foto keluarga ibu.

Aku saja menggunting dari sebuah artikel koran lama yang kudapat dari Tuan Neil. Koran-koran itu berdiam di sebuah kotak kayu besar tersembunyi dalam Kafe Gerimis. Tuan Neil memberitahuku bahwa itu adalah peninggalan masa lalu, yang entah mengapa tersimpan di sana bertahun-tahun lamanya.

Aku jadi bertanya-tanya. Apakah Moon juga diam-diam menyelidiki masa lalu Kakek Gerimis? Apakah ia menemukan kaitan dengan kucing hitam yag selalu muncul di setiap peristiwa tragedi dan keajaiban kotak pos merah?

“Ibu kita mengatakan foto keluarga itu adalah foto ibunya saat kecil bersama orang tuanya. Dulu, ibunya dibesarkan di panti asuhan yang sama.”

“Oh, tidak. Jadi Miya melahirkan Ibu.”

Aku mulai mengerti sekarang, takdir yang saling bertaut ini. Mulai menampakan titik terang. Aku cerna sendiri dalam isi kepalaku yang kacau.

Baru beberapa jam, aku melangkahkan kaki kembali pada kota asalku―setelah belajar setahun di Yokohama, Jepang―belum juga bertemu Moon untuk membicarakan penyelidikanku tentang kucing hitam, rencanaku membuatnya terkejut dengan kedatanganku justru membuat aku sendiri yang mendapat kejutan.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
718      512     0     
Fan Fiction
Dazzle Lee Ghayari Rozh lahir dari keluarga Lee Han yang tuntun untuk menjadi fotokopi sang Kakak Danzel Lee Ghayari yang sempurna di segala sisi. Kehidupannya yang gemerlap ternyata membuatnya terjebak dalam lorong yang paling gelap. Pencarian jati diri nya di mulai setelah ia di nyatakan mengidap gangguan mental. Ingin sembuh dan menyembuhkan mereka yang sama. Demi melanjutkan misinya mencari k...
A Poem For Blue Day
337      256     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
Perjalanan Tanpa Peta
75      70     1     
Inspirational
Abayomi, aktif di sosial media dengan kata-kata mutiaranya dan memiliki cukup banyak penggemar. Setelah lulus sekolah, Abayomi tak mampu menentukan pilihan hidupnya, dia kehilangan arah. Hingga sebuah event menggiurkan, berlalu lalang di sosial medianya. Abayomi tertarik dan pergi ke luar kota untuk mengikutinya. Akan tetapi, ekspektasinya tak mampu menampung realita. Ada berbagai macam k...
Marry Me
477      337     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
Ghea
483      320     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Praha
316      195     1     
Short Story
Praha lahir di antara badai dan di sepertiga malam. Malam itu saat dingin menelusup ke tengkuk orang-orang di jalan-jalan sepi, termasuk bapak dan terutama ibunya yang mengejan, Praha lahir di rumah sakit kecil tengah hutan, supranatural, dan misteri.
Story of time
2443      960     2     
Romance
kau dan semua omong kosong tentang cinta adalah alasan untuk ku bertahan. . untuk semua hal yang pernah kita lakukan bersama, aku tidak akan melepaskan mu dengan mudah. . .
Langit Tak Selalu Biru
94      81     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
Kala Saka Menyapa
12529      2924     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
Begitulah Cinta?
17945      2715     5     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...