Loading...
Logo TinLit
Read Story - Merayakan Apa Adanya
MENU
About Us  

Raya tidak tahu apa mau Rasya. Semakin dilarang bukannya kita akan makin penasaran? 

"Ray, gue nggak mau lo baca semua chat yang ada di grup. Untung Lo belum baca, gue dateng tepat waktu tadi."

"Dari mana lo tahu kalo gue belum baca?"

Ah, bener juga. Seharusnya dia tidak bilang itu. Sekarang mau jawab apa? Bilang kalau dia tahu soal masa lalu Raya? Termasuk perundungan yang gadis itu alami waktu sekolah di Jakarta? Bisa-bisa Raya makin takut dan mengira Rasya stalker yang perlu dicurigai.

"Gu-gue cuma nebak. Tapi bener kan, lo belum baca?" Dari gelagat Raya dugaan Rasya benar. Raya pasti sudah bereaksi dari awal baca. Sampai sekarang saja dia tidak menunjukkan sudah tahu sesuatu.

Raya menggeleng. "Tetapi gue juga berhak tahu apa yang terjadi. Paling enggak secara garis besar lah!" lanjutnya dengan wajah memelas. 

"Gue nggak yakin lo ... Ray mendingan lo nggak tahu apa pun." Rasya masih kekeuh kalau lebih baik Raya tidak baca grup chat.

Keduanya masih belum ada yang mau mengalah. Panas matahari cukup menyengat di atas gedung, meski angin pagi masih berasa dingin. Raya mendekati tanpa mengalihkan pandangan. Dia bukan anak kecil lagi. Sudah pasti ada banyak hal buruk di grup chat sekolah itu. 

Jujur, Raya takut dan tidak tahu harus melakukan apa. Pulang? Mustahil, karena Nina akan marah besar dan menuduhnya yang bukan-bukan. Tetap di sekolah? Apa dia bisa fokus belajar di antara tatapan mencemooh teman-temannya.

"Sya, balikin ponsel gue. Mau gue baca atau nggak, tatapan semua orang hari ini sudah mewakili kalo hal buruk sudah terjadi. Dan itu menyangkut gue. Ya, kan? Nggak ada bedanya gue tahu atau nggak."

Dengan langkah Raya yang makin dekat, membuat Rasya melangkah mundur. Apa Raya sudah bisa mengendalikan dirinya? Sepertinya dia tidak peduli apa pun yang terjadi. 

"Ray, serius gue nggak mau lo ngalamin hal itu lagi." Rasya menggeleng. Dia berharap Raya mengurungkan niatnya dan menuruti sarannya.

Langkah Raya langsung terhenti mendengar kalimat Rasya. Apa maksudnya? "Maksud lo apa, Sya?"

"Itu nggak penting. Gue mau lo janji sama gue satu hal. Ponsel lo gue balikin, tapi langsung clear chat semua grup sekolah. Terus matiin data internet sampai pulang sekolah nanti. Deal?"

Rasya sadar tidak banyak yang bisa lakukan untuk hari ini. Semua kabar itu sudah menyebar dan entah masih bisa dihapus atau tidak. Kemungkinan sudah dibagikan ulang ke orang lain lagi.

"Gue setuju. Bakal gue clear chat di sini." Raya menepati janjinya segera setelah ponsel dikembalikan Rasya.

Bel masuk berbunyi, Raya berbalik dan melangkah pergi. Setelah memastikan tidak ada Rasya di dekatnya, Raya menghentikan langkahnya dan duduk di undakan paling bawah. Tangannya gemetar, dia tahu situasi seperti dulu terjadi lagi. Semua tatapan itu dan sikap orang-orang itu baru awal. 

Tak ingin bermasalah lagi karena terlambat masuk kelas, Raya menguatkan dirinya dan kembali ke kelas. Beruntung guru belum masuk, Raya tak perlu membuat alasan. Semoga Rasya sudah kembali ke kelas juga. Apa peduli gue? Bodo amat dia mau ngapain.

"Gue baru mau nyariin lo. Ke mana aja?" Donna bertanya tanpa menoleh ke arah Raya. 

"Nggak ke mana-mana. Cuma pengen sendiri di atas." Raya mengeluarkan buku dan tempat pensilnya. Untuk sekarang dia ingin mengabaikan apa yang tengah terjadi.

Donna menghela napas. Dia paham hal ini sangat berat bagi Raya. Dan masalah ini pernah terjadi karena ulahnya. Dulu.

Jam istirahat Rasya kembali menghampiri Raya. Dia tahu sekarang gadis itu tidak pernah lagi bawa bekal. Karena itu dia ingin Raya makan bersamanya. Selama ada dia, tidak akan ada yang berani mengusik. Termasuk Eca.

Saat langkah melewati bangkunya Eca, Rasya berhenti dan menatap Eca dengan raut muka marah. 

Reaksi Eca mengejutkan. Dia gugup dan mengalihkan mukanya ke arah lain. Sama sekali tak tampak kekuasaan seorang anak donatur terbesar di sekolah. Raya melihat semuanya. Ada apa sebenarnya dengan dua anak ini? Kenapa dia harus tergencet di tengah begini?

"Sya, gue ...."

"Lo harus makan, Ray. Gue temenin lo." Rasya mempererat genggamannya. Baru saja gadis itu ingin menarik tangannya. Jadi dia melakukan itu. Tindakannya ini sekaligus ingin membuat Eca tahu, dia tak bisa semaunya sendiri di sekolah ini.

Sepeninggal Rasya yang begitu melindungi Raya, Donna juga melintas. Tatapannya tak kalah tajam dari Rasya tadi.

"Apa, lo?" Eca sama sekali tidak takut kalau dengan Donna. Dia bukan siapa-siapa.

Donna tak terpancing dengan intimidasi cewek bermasalah itu. Dia melengos dan melanjutkan langkahnya menuju kantin. Rasa lapar lebih utama dipuaskan daripada mengurusi orang egois.

Di kantin dua teman Rasya langsung bersorak ramai. Cuma berdua tapi suaranya sudah memenuhi seantero kantin. Raya melihat sekeliling, bener kan, mereka jadi pusat tontonan.

"Silakan, Raya. Bersama kami kamu bakal aman sentosa. Mau makan apa?" tanya salah satu teman Rasya.

"Udah kalian makan di meja lain, aja."

"Yaaaah," timpal mereka serempak.

"Masih mau ditraktir, kan?" Rasya menyuruh teman-temannya cepat pindah tempat. 

Tanpa menunggu diusir lagi, keduanya langsung meninggalkan tempat.
"Padahal kalo mereka mau di sini juga nggak masalah, kan. Pake diusir segala," gumam Raya sambil melihat ke sekitar.

Rasa tidak nyaman langsung muncul. Kasak-kusuk langsung terdengar. 
"Jangan digubris, kita nggak cuma berdua. Tenang, aja!" 


Raya merinding saat Rasya mengatakan itu tepat di sampingnya. Reflek dia menggeser sedikit menjauh dari Rasya. Sedangkan cowok itu biasa-biasa saja.

Rasya benar. Tak lama Donna datang dan duduk di sebelah Raya. "Sudah pesan makanan?"

"Gue nggak bisa makan kalo diawasin banyak orang kayak gini." Selain gugup dan canggung karena merasa dilihatin orang-orang di sana, ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul. 

Sejak kapan? Raya memastikan sejak tindakan Rasya barusan. Sadar diri, Raya. Dia cuma kasih tahu lo, aja. Nggak mungkin kan dia teriak-teriak. Toh, tadi juga nggak deket banget, kok. Baiklah, tenang Raya. Bersikaplah biasa juga di depan Rasya. Karena dia cuma nganggep lo temen.

Berulangkali Raya ingin bangun dari duduknya yang mulai tidak nyaman. Sudah berusaha tenang dan memikirkan hal lain, tapi Raya kembali ke momen tadi. 

"Gu-gue mau pesen minum. Lo mau apa, Don?" 

Donna menyatukan kedua ujung alisnya, heran. "Bukannya sudah dipesan sama Rasya? Lo tadi ditanya cuma jawab 'hm' , jadi dia pikir setuju."

Raya duduk lagi di bangkunya. Sungguh tidak tepat waktu untuk merasakan hal ini. Tidak mungkin juga bakal kejadian. Satu hal yang mustahil terjadi padanya.

"Rasya paling kasihan sama dia. Nggak mungkin suka. Lihat, aja. Dari penampilan aja, jauh." Kalimat itu dengan jelas diucapkan saat Raya melewati mereka.

"Badannya aja, kurus gitu. Ntar Rasya disuruh beliin makan mulu biar dia gendutan." Tanggapan lain muncul.

"Harusnya tahu diri aja nggak, sih! Cari orang lain, aja buat dijadiin pacar." Temannya lagi berkomentar.

Orang-orang ini sudah seperti orangtuanya Rasya saja. Kenapa begitu niat mencampuri urusan orang lain. Donna yang sedari tadi menahan diri, lama kelamaan telinganya panas juga. 

"Kalian begitu banyak waktu nganggur, rupanya," ujar Donna sedikit kencang. Tangannya sudah mengepal, gatal siap memukul siapa pun yang kurang kerjaan mengomentari urusan orang lain.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Frasa Berasa
69756      8738     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Behind Friendship
4909      1464     9     
Romance
Lo harus siap kalau rasa sahabat ini bermetamorfosis jadi cinta. "Kalau gue cinta sama lo? Gue salah? Mencintai seseorang itu kan hak masing masing orang. Termasuk gue yang sekarang cinta sama lo," Tiga cowok most wanted dan dua cewek receh yang tergabung dalam sebuah squad bernama Squad Delight. Sudah menjadi hal biasa jika kakak kelas atau teman seangkatannya meminta nomor pon...
Sepotong Hati Untuk Eldara
1714      821     7     
Romance
Masalah keluarga membuat Dara seperti memiliki kepribadian yang berbeda antara di rumah dan di sekolah, belum lagi aib besar dan rasa traumanya yang membuatnya takut dengan kata 'jatuh cinta' karena dari kata awalnya saja 'jatuh' menurutnya tidak ada yang indah dari dua kata 'jatuh cinta itu' Eldara Klarisa, mungkin semua orang percaya kalo Eldara Klarisa adalah anak yang paling bahagia dan ...
Sekotor itukah Aku
430      330     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Da Capo al Fine
703      547     5     
Romance
Bagaimana jika kau bisa mengulang waktu? Maukah kau mengulangi kehidupanmu dari awal? Atau kau lebih memilih tetap pada akhir yang tragis? Meski itu berarti kematian orang yang kau sayangi? Da Capo al Fine = Dari awal sampai akhir
Tumpuan Tanpa Tepi
12699      3649     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Izinkan Aku Menggapai Mimpiku
254      207     1     
Mystery
Bagaikan malam yang sunyi dan gelap, namun itu membuat tenang seakan tidak ada ketakutan dalam jiwa. Mengapa? Hanya satu jawaban, karena kita tahu esok pagi akan kembali dan matahari akan kembali menerangi bumi. Tapi ini bukan tentang malam dan pagi.
Langit Tak Selalu Biru
149      130     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
Mimpi Milik Shira
569      332     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Special
1744      946     1     
Romance
Setiap orang pasti punya orang-orang yang dispesialkan. Mungkin itu sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Namun, bagaimana jika orang yang dispesialkan tidak mampu kita miliki? Bertahan atau menyerah adalah pilihan. Tentang hati yang masih saja bertahan pada cinta pertama walaupun kenyataan pahit selalu menerpa. Hingga lupa bahwa ada yang lebih pantas dispesialkan.