Loading...
Logo TinLit
Read Story - MANITO
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Aku akan berusaha mengubah hal kecil itu. Agar, ada perubahan baik terjadi ke depannya. 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Pandangan Libby memperhatikan area sekitar halaman rumahnya. Ternyata, ada beberapa perubahan di sana. Sudah tidak terlalu banyak pot bunga menghiasi halamannya. Padahal, sebelum ia memutuskan meninggalkan rumah beberapa minggu lalu semua belum seperti sekarang. Ia yakin, semua sudah diubah oleh perempuan yang selalu membuatnya tak betah di rumah. 

Perlahan, ia memasuki rumah itu. Tempat tinggal, yang menyisakan banyak kenangan manis maupun pahit. Tidak mudah, untuk kembali ke sana. Hanya saja, ia memang harus selalu di sana guna mempertahankan apa yang menjadi miliknya. Selain itu, ia ingin memperbaiki apa yang mungkin sudah hancur. 

Baru saja, Libby menginjakan kaki di ruang tamu. Ia langsung disambut tatapan dingin lelaki paruh baya yang sangat disayangi. 

"Masih ingat pulang ke rumah ini ternyata. Saya pikir, kamu sudah tidak mau menginjakan kaki lagi di sini. Atau, ada hal lain yang membuat kamu kembali? Pasti--" 

Perkataan lelaki paruh baya yang tidak lain Papa dari Libby itu membuat hati Libby sakit. Akan tetapi, ia harus tetap terlihat kuat. Agar, bisa menghadapi segala hal yang mungkin bisa memperburuk situasi hatinya. 

Diam-diam, Libby menghela napas untuk bisa berbicara dengan baik dalam kondisi yang mungkin bisa berubah menjadi kacau nantinya. "Aku punya hak buat kembali tinggal di sini, Pah. Walaupun, aku tak menyukai situasi sekaligus penghuni rumah ini. Tapi, di rumah ini ada banyak kenangan yang pernah aku alami. Nggak cuma itu, rumah ini juga dibeli dengan hasil kerja keras Mama. Meskipun, sekarang beliau udah nggak ada."

"Kamu harus tau, kalo Mama kamu dulu--" 

"Mama nggak seburuk itu, Pah. Aku tau, semua cuma salah paham. Atau, bisa dibilang ada orang yang berusaha bikin keluarga harmonis Papa berantakan. Dan, dikemudian hari memanfaatkan situasi buruk yang ada. Ternyata, semua rencana licik itu sekarang sudah terlaksana sesuai keinginannya." Libby tersenyum sinis sembari memandang Mawar -- Mama tirinya. 

Bimo, Papa Libby mulai tersulut emosi mendengar perkataan anaknya. "Kamu jangan kurang ajar ke Mama Mawar. Dia udah ngerawat kamu selama ini setelah kepergian Mama kamu." 

Libby kembali tersenyum sinis, terlebih dengan perkataan Bimo. Papanya. Karena, lelaki itu sudah termakan omongan dari istri barunya. Tak hanya itu, mungkin sudah tercuci otaknya oleh perkataan manis Mawar. Padahal, selama ini wanita itu sering membuatnya tertekan dengan segala perkataan serta tuduhan yang diberikan pada Libby. "Terserah Papa aja, semua akan terungkap pada suatu hari nanti. Aku bakalan buktiin itu karena semua perkataan manis istri Papa tidak benar adanya. Hanya bualan semata, agar Papa percaya kalo dia orang baik."

"Anak kurang ajar! Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu. Dasar anak bodoh, pembawa sial! Harusnya, kamu saja yang pergi untuk selamanya bukan Mama kamu." Perkataan itu, tidak terduga keluar dari mulut Bimo. Akan tetapi, bukan pertama kali terucap. Sehingga, Libby sudah tidak kaget mendengarnya. Hanya saja, hatinya tetap merasa sakit dengan perkataan Papanya itu. "Andai aja, dulu Mama kamu nggak pergi ninggalin rumah. Pasti--"

"Udah, Mas. Semua udah terjadi, nggak perlu diingat lagi. Apalagi, itu bisa bikin kesehatan Mas menurun. Mending, sekarang Mas istirahat aja. Jangan terlalu memikirkan hal yang berat. Pasti, Libby nggak bermaksud mengungkit masa lalu." Mawar berusaha menenangkan Bimo. Suaminya. Agar, situasi tidak semakin buruk. Apalagi, perdebatan ayah dan anak itu pasti akan lebih parah bila tidak dihentikan. 

"Mama pergi bukan karena aku, Pah. Semua terjadi gara-gara masalah kalian sendiri. Berhenti jadiin aku kambing hitam atas meninggalnya Mama. Aku bukan anak kecil yang gampang ditipu lagi. Sekarang, aku udah tau apa yang sebenarnya terjadi dulu. Jadi, berhenti salahin aku, Pah." Air mata Libby, tanpa diduga mulai menetes ke pipinya. Sedari dulu, ia diam saat sering disalahkan. Mungkin, hanya menangis tanpa sepengetahuan orang lain. Namun, perlahan ia sadar semua hal buruk yang terjadi bukan salah dirinya. Semua sudah karena takdir. Segala tuduhan yang ditunjukan untuknya tidaklah benar. Bahkan, membuat kesehatan mentalnya tidak stabil. Sehingga, terkadang ia butuh menenangkan diri dengan bantuan khusus dari pihak yang berkaitan dengan kesehatan mental. 

"Udah, Pah. Jangan diterusin perdebatan ini, nggak baik buat kesehatan Papa. Lebih baik, sekarang istirahat. Nggak baik, selalu bertengkar sama anak sendiri. Apalagi, Libby pasti nggak punya niat jahat di sini. Lagipula, rumah ini kan juga punya dia. Jadi, nggak perlu dipermasalahin. Dan, Mama mending bawa Papa ke kamar biar lebih tenang." Yumika, anak dari Mawar mulai ikut berbicara untuk melerai perdebatan Bimo dengan Libby. Ia tak mau situasi semakin buruk. 

Bimo menghela napas, setelah mendengar perkataan dari Yumika. Anak tirinya. Kemudian, ia beralih menatap sinis ke arah Libby. Anak kandungnya. "Lihat! Bahkan, saudari tiri kamu lebih pengertian dari kamu. Nggak cuma itu, prestasi dia lebih baik dari kamu."

"Nggak semua hal yang terlihat baik di depan mata itu benar, Pah. Aku cuma mau bilang, prestasi itu tidak perlu diumbar. Karena, semua akan terlihat dengan sendirinya. Permisi." Libby berjalan meninggalkan Papanya, Mawar, dan Yumika. Karena, ia tak mau berlama-lama berada dalam situasi yang bisa aja membuat dirinya tidak terkendali. Pun, ia harus mengambil sesuatu di dalam kamarnya. 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

"Dek, pinjam kamar mandi lo bentar. Soalnya, air di kamar mandi gue mampet." Razel tiba-tiba sudah masuk ke kamar Sera. Adiknya. Kemudian, duduk serta menepuk bahu adiknya. 

Sera menoleh ke arah kakaknya itu. "Lain kali ketuk pintu lah kalo mau masuk ke kamar gue, Kak."

Razel menghela napas, karena merasa sudah mengetuk pintu kamar adiknya beberapa kali. Akan tetapi, tidak mendapat respon dari gadis itu. "Makanya, lain kali tuh telinga jangan disumpal headset mulu."

Sera menyunggingkan senyum, saat sadar bila dirinya memang sedang mendengarkan musik sedari tadi. Sehingga, ia tak mendengar ketukan pintu yang dilakukan kakaknya. "Eh... Sori, Kak."

"Gue izin pinjam kamar mandi lo, Dek. Dan, kayaknya mending lo pindah ke kamar gue aja, deh. Nggak baik, kalo nanti lo liat gue habis mandi." Razel mencoba memperingatkan Sera. 

Sera menghela napas, tak habis pikir dengan kelakuan Razel. Kakaknya. Padahal, mereka berdua merupakan saudara kandung. Namun, ya seperti itu sikapnya. Mungkin, merasa malu pada adiknya sendiri. Dan, takut terjadi kesalahpahaman bila ada orang lain yang melihat keduanya dalam satu ruangan. "Oke. Oke. Ngapain malu sama adik sendiri, pas kecil aja suka mandi bareng."

"Udah sana keluar, Dek. Gue mau mandi, jangan lupa pintunya ditutup." Razel mengingatkan Sera. Karena, takut bila adiknya lupa tidak menutup pintu kamar.

"Iya. Pasti ditutup, kok. Santai aja, tenang, Kak. Semua aman sama gue." Sera mengatakan itu sembari menunjukan pose jari oke kepada Razel. 

Sera menuruti perkataan Razel. Kini, ia berpindah ke kamar Razel selama cowok itu membersihkan diri. Ia memperhatikan suasana kamar kakaknya. Tidak ada perubahan terlalu mencolok. Hanya saja, perpindahan beberapa barang. Mungkin, kakaknya ingin menikmati suasana baru. Karena, Razel mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu yang mengakibatkan kehilangan sebagian ingatannya. 

Di sisi lain, Razel beralih menatap ponsel miliknya. Mengingat bila dirinya sempat mendapatkan sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal. Akan tetapi, ia merasa hal itu bisa membuatnya lebih tenang. 

To : Razel 

Hidup harus terus berjalan. Meskipun, tidak mudah menjalaninya. Akan tetapi, semua bisa dilalui bila kita berusaha melakukan segala hal sebaik mungkin. Karena, masa depan sudah menanti kita. Jadi diri sendiri itu penting. Mari berjuang mendapatkan kebahagiaan. 

By : Manito (A


Setelah membaca ulang pesan yang diterimanya. Razel masuk ke dalam kamar mandi milik Sera. Ia harus segera membersihkan diri. Karena, hari sudah mulai sore. 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•


Libby sudah sampai di depan kamar Sera. Sahabatnya. Sebelumnya, ia sudah bertukar pesan dengan Sera. Dan, sahabatnya menyuruh dirinya untuk segera masuk ke kamar gadis itu. 

Kini, Libby berusaha mengetuk pintu kamar Sera. Namun, tidak mendapatkan respon apapun dari sahabatnya. Sehingga, ia kembali mengirim pesan pada Sera. Dan, lagi-lagi mendapat balasan pesan tidak masalah bila harus masuk ke dalam kamar itu. Karena, Sera berada di sana serta sudah menunggu kedatangan Libby. 

Perlahan, Libby mulai membuka pintu kamar milik sahabatnya. Baru saja, ia melangkahkan kaki tanpa diduga melihat pemandangan tak terduga. Membuat dirinya, sedikit berteriak sembari menutup wajah lalu membalikan badannya. 

 

 

 

 

- To Be Continue - 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Me vs Skripsi
3882      1601     154     
Inspirational
Satu-satunya yang berdiri antara Kirana dan mimpinya adalah kenyataan. Penelitian yang susah payah ia susun, harus diulang dari nol? Kirana Prameswari, mahasiswi Farmasi tingkat akhir, seharusnya sudah hampir lulus. Namun, hidup tidak semulus yang dibayangkan, banyak sekali faktor penghalang seperti benang kusut yang sulit diurai. Kirana memutuskan menghilang dari kampus, baru kembali setel...
Percentage People
72      13     3     
Fantasy
Pernahkah kamu berfikir bagaimana kehidupan asli seorang content creator setiap harinya yang selalu dapat memberikan berita terbaru baik itu tentang dirinya atau sesuatu yang menarik untuk dibahas dan ditonton. Mari kita berkenalan langsung dengan sosok Serana Tika, seorang content creator perempuan muda usia 28 tahun yang cukup aktif dalam memberikan infrormasi mengenai keseharian ia saat be...
Ameteur
191      171     2     
Inspirational
Untuk yang pernah merasa kalah. Untuk yang sering salah langkah. Untuk yang belum tahu arah, tapi tetap memilih berjalan. Amateur adalah kumpulan cerita pendek tentang fase hidup yang ganjil. Saat kita belum sepenuhnya tahu siapa diri kita, tapi tetap harus menjalani hari demi hari. Tentang jatuh cinta yang canggung, persahabatan yang retak perlahan, impian yang berubah bentuk, dan kegagalan...
All About You
581      333     3     
Romance
Kau seperti lentera yang mampu membawa cahaya dalam kegelapan Kau adalah orang yang spesial yang selalu ada untukku Aku pergi Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang berharga untuk diingat Tapi aku meninggalkan hatiku untukmu
Unexpected You
573      414     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...
Petrichor
6356      1586     2     
Romance
Candramawa takdir membuat Rebecca terbangun dari komanya selama dua tahun dan kini ia terlibat skandal dengan seorang artis yang tengah berada pada pupularitasnya. Sebenarnya apa alasan candramawa takdir untuk mempertemukan mereka? Benarkah mereka pernah terlibat dimasa lalu? Dan sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu?
Paragraf Patah Hati
6158      2098     2     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
Wabi Sabi
490      343     2     
Fantasy
Seorang Asisten Dewi, shinigami, siluman rubah, dan kucing luar biasaβ€”mereka terjebak dalam wabi sabi; batas dunia orang hidup dan mati. Sebuah batas yang mengajarkan jika keindahan tidak butuh kesempurnaan untuk tumbuh.
The Eternal Love
22391      3696     18     
Romance
Hazel Star, perempuan pilihan yang pergi ke masa depan lewat perantara novel fiksi "The Eternal Love". Dia terkejut setelah tiba-tiba bangun disebuat tempat asing dan juga mendapatkan suprise anniversary dari tokoh novel yang dibacanya didunia nyata, Zaidan Abriana. Hazel juga terkejut setelah tahu bahwa saat itu dia tengah berada ditahun 2022. Tak hanya itu, disana juga Hazel memili...
Salendrina
2637      1024     7     
Horror
Salendrina adalah boneka milik seorang siswa bernama Gisella Areta. Dia selalu membawa Boneka Salendrina kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolahnya. Sesuatu terjadi kepada Gisella ketika menginjakan kaki di kelas dua SMA. Perempuan itu mati dengan keadaan tanpa kepala di ruang guru. Amat mengenaskan. Tak ada yang tahu pasti penyebab kematian Gisella. Satu tahu berlalu, rumor kematian Gisella mu...