Loading...
Logo TinLit
Read Story - MANITO
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•


Teruslah tersenyum, karena aku yakin kebahagiaan selalu kita dapatkan. Meskipun demikian, terkadang harus merasakan sebuah sakit sekaligus air mata. Akan tetapi, kita harus yakin semua akan indah pada waktunya. Terlebih lagi, jika kita sudah melakukan segala hal sebaik mungkin. 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Sebenarnya dia siapa, ya? 

Razel penasaran, kenapa orang itu seperti tahu apa yang dirasa serta dilakukan. Bahkan terkadang ada hal yang tidak pernah diceritakan pada orang terdekatnya. Namun, sosok Manito itu mengetahuinya tanpa ia harus katakan. 

"Kak... Buruan, ini udah bikin pegal lho." Sera mulai menarik tangan Razel menuju mobil. Karena, kondisi sudah semakin mendung. Tentu saja, mereka akan terjebak hujan di jalan. 

Razel mengikuti langkah Sera, seraya sedikit melupakan hal yang berhubungan dengan sosok Manito. Lantaran, ia tidak perlu memikirkan hal-hal yang mungkin belum dibutuhkan. Mungkin, seiring berjalannya waktu semua akan terungkap dengan sendirinya. 

Waktu perjalanan pulang ke rumah Razel dari sekolah tidaklah lama. Sehingga, sekarang Razel serta Sera sudah berada di rumahnya. Kemudian, masuk untuk membersihkan diri serta beristirahat. 

Orang tua Razel dan Sera memang sibuk bekerja. Membuat anak-anaknya sering merasa kesepian. Meskipun demikian, mereka tidak kekurangan harta benda. Akan tetapi, sebenarnya sedikit kekurangan sayang. Terkadang, itulah yang membuat Razel maupun Sera tidak suka berada di rumah. Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan di sekolah. Namun, sejak kejadian kecelakaan yang dialami Razel semuanya sedikit berubah. Perlahan-lahan, Mama mereka mulai bisa meluangkan waktu setiap akhir pekan. 

Entah kenapa, Razel merasa ada yang aneh pada orang tuanya. Karena keduanya jarang berkomunikasi satu sama lain. Namun, ia bersyukur hubungan orang tuanya terlihat harmonis. 

"Kak, nanti kita ajak Libby jalan-jalan ke mall, yuk. Suntuk kan kalo cuma di rumah. Dan, kalau di luar rumah mungkin bakalan lebih seru." Sera memberikan ide pada Razel. Tahu, kakaknya jarang sekali menolak permintaannya. Tak hanya itu, jalan menikmati keadaan sekitar bisa membuat pikiran lebih segar. 

Razel mengangguk sambil menyinggingkan senyum. Sepertinya, tidak ada salahnya berjalan-jalan menikmati waktu luang. Daripada saja berdiam diri di rumah yang terlihat sangat sepi. "Oke. Nanti kalo mau pergi kasih tau aja ya. Sekarang gue mau istirahat dulu." 

"Oke, siap, Kak." Sera tersenyum sambil melakukan gaya hormat. Terlihat sangat bahagia, keinginannya dipenuhi oleh Razel. Kakaknya. 

Razel tersenyum, merasa bahagia melihat senyuman adiknya sangat senang. Itu menjadi semangat dalam hidupnya. Berusaha akan selalu bisa membuat semua orang yang disayangi bahagia. 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Kini, Sera serta Razel sudah sampai di depan rumah Libby. Sedang menunggu kedatangan Libby, yang sepertinya masih meminta izin pada orang tuanya. Meskipun sedikit lama, tidak masalah bagi Sera maupun Razel. Sebenarnya, keduanya sempat ingin memintakan izin kepada orang tua Libby. Agar, terkesan lebih sopan dilakukan. Akan tetapi, gadis itu menolak secara halus. Merasa bisa menangani dengan baik mengenai izin orang tuanya. 

"Kok agak lama, ya, Kak? Jangan-jangan Libby nggak dibolehin pergi sama kita." Sera merasa khawatir, tapi ia yakin sahabatnya bisa mendapatkan izin. Meskipun, harus membutuhkan waktu beberapa menit. 

Pandangan Razel beralih ke arah rumah Libby, yang belum ada tanda sahabat Sera akan keluar. Pun, ia merasa sedikit mengkhawatirkan kondisi Libby. Namun, ia tidak mau terlalu berpikiran negatif. Lantaran, mungkin masih membutuhkan waktu untuk menunggu. 

Berbeda di sisi lain, Libby berusaha mengobrol sembari meminta izin pada orang tuanya. Walaupun, tidak akan terlalu berjalan baik saat melakukannya. Namun, ia akan berusaha sebaik mungkin. 

"Aku izin mau pergi sama teman ke mall, Pah. Cuma bentar, nggak akan sampai malam." Libby mengatakan itu sembari sudah rapi menenteng tas kecil. 

Bimo mengalihkan pandangan ke arah Libby. Anaknya. "Mau ngapain pergi jam segini? Udah malam, mending belajar aja di rumah. Lagipula, ke mall bisa besok siang." 

Libby menghela napas, berusaha tetap sabar menghadapi sikap Papanya yang terkadang terlalu khawatir serta keras padanya. "Pah... Aku cuma pergi bentar buat beli buku, kok. Tadi, udah belajar sebentar. Lumayan, materi yang ku pelajarin udah masuk ke kepala." 

"Harusnya kamu tetap di rumah, belajar lebih giat lagi biar kayak Yumika. Nggak malu-maluin Papa lagi." Perkataan Bimo, tanpa diduga membuat Libby merasa kesal. Sering dibandingkan dengan sosok saudari tirinya.

"Aku beli buku pelajaran, Pah. Nggak akan macam-macam juga. Biasanya Papa juga nggak peduli apapun yang aku lakuin. Semenjak Mama meninggal, Papa jarang nanya keadaanku. Jadi, sekarang aku izin bentar buat ke mall. Itu harusnya nggak masalah, kan?" Libby mulai sedikit meluapkan apa yang selama ini dirasakan serta pendam. Sering disalahkan menjadi penyebab kepergian Mamanya. Membuat Libby sering merasa bersalah serta depresi tanpa sepengetahuan orang lain. Walaupun, beberapa keluarga terdekat tahu. Akan tetapi, tidak dengan sosok Bimo, Papanya sendiri. Lelaki paruh baya itu, terkesan selalu tak acuh pada Libby. Bahkan, terus menerus menyalahkan anaknya sendiri atas kepergian istrinya. 

"Anak tidak tahu diuntung, harusnya kamu nurut perkataan Papa. Biar, Papa nggak selalu emosi berhadapan dengan kamu. Dasar anak--"  Bimo terlihat tersulut emosi. 

"Aku tahu kok, Pah. Lagipula, aku nggak sepintar, baik, dan penurut kayak Yumika. Soalnya, aku bukan anak kecil lagi yang gampang disalahkan atau kambing hitamkan. Itu bikin aku nggak bisa hidup tenang, Pah. Aku butuh hidup lebih baik. Nggak harus dalam tuduhan yang bukan merupakan salahku. Padahal, itu udah takdir tidak bisa disalahkan." Libby kini tidak mau selalu disalahkan. Serta, terlihat lemah dalam menghadapi segala tuduhan tidak berdasar padanya. 

"Udah, Mas. Mungkin, Libby butuh waktu menikmati masa mudanya. Lagian, dia udah bilang cuma mau pergi sebentar ke mall bareng temannya." Mawar berusaha menenangkan serta suaminya. Agar, lelaki itu memberi izin Libby pergi ke mall. 

"Tetap aja, lebih di rumah belajar. Biar, nilai dia makin naik itu akan membuat kita bangga." Bimo masih tidak bisa memberikan izin pada Libby. "Kamu lihat, Yumika selalu menuruti keinginan kita dan terbukti prestasinya selalu bagus. Berbeda,--" 

"Mereka berdua berbeda, Mas. Tidak perlu selalu dibandingkan satu sama lain. Akan lebih baik, Mas bisa dukung apapun yang dilakuin anak-anak kita. Jadi, izinin aja Libby pergi ke mall buat beli buku, ya?" Mawar terus memberi penjelasan sekaligus pengertian pada Bimo, suaminya. 

Bimo menghela napas, mulai paham dengan apa yang dikatakan oleh Mawar. Kemudian, beralih menatap Libby. Anaknya. "Oke. Papa izinin kamu pergi, tapi--"

Tak mau memperpanjang perdebatan, Libby melangkah meninggalkan rumah itu. Meskipun, mendapatkan izin seperti terpaksa dari Papanya. Akan tetapi, ia pergi bukan untuk melakukan hal buruk. Ia hanya ingin sedikit menghilangkan rasa stres-nya. 

Dasar wanita ular, muka dua, dan penuh kemunafikan. Pantas saja, Papa selalu ketipu sama wanita itu. Soalnya, perkataan dari mulutnya manis banget. Padahal, aslinya sangat berbisa. 

Kini, Libby sudah keluar dari rumahnya. Sembari melangkah menuju mobil Razel yang sudah terparkir di depan rumahnya. 

"Maaf... Aku agak lama, ya? Jadi, kalian pasti udah nunggu dari tadi." Libby sedikit merasa tak enak pada Sera serta Razel. 

Razel diam-diam memperhatikan Libby, merasa ada sesuatu dirahasiakan oleh teman adiknya itu. Akan tetapi, ia merasa bukan urusannya. Namun, merasa hal itu cukup berat ditanggung Libby. Hanya saja, gadis itu terlihat pandai menyembunyikan banyak hal. 

"Kalo gitu, mending kita langsung pergi aja, Kak. Soalnya, ini udah mulai malam. Nanti, biar pulangnya tidak lebih dari jam sembilan." Sera sembari melihat jam tangan miliknya yang sudah menunjukan pukul tujuh malam. 

Razel mengangguk, sambil diam-diam masih memperhatikan ekspresi wajah Libby yang terlihat sudah berubah dipenuhi senyum. Akan tetapi, ia rasa itu bisa aja hanya kamuflase. 

Lima belas menit kemudian. 

Mereka sudah sampai di tempat tujuan. Kini, Sera serta Libby menuju toko buku yang ingin dikunjungi. Karena, keduanya memang suka membaca. Razel hanya mengikuti langkah kedua gadis itu. Lagi pula, ia memang hanya ingin menikmati waktu luang untuk berjalan-jalan. Oleh karena itu, tidak masalah jika hanya mengekor perjalanan adiknya. Anggap saja, dia sedang menjaga Sera dan Libby. 

Pun, tanpa sadar Razel tersenyum melihat kedua gadis itu terlihat sangat bahagia berada di toko buku. Seperti asik sendiri, seperti mempunyai dunia sendiri. Pun, Razel bagai ikut merasakan kebahagiaan itu. 

Semoga mereka akan selalu tersenyum sekaligus tertawa bahagia. Kita semua harus selalu bisa tersenyum. Itulah yang bisa membuat hidup lebih bermakna. 

Razel tahu, dalam hidup memang terkadang mengalami beberapa hal. Termasuk, merasakan pahit serta manisnya hidup. Itu sudah menjadi alur hidup manusia. Oleh karena itu, kita hanya perlu menjalani serta berusaha sebaik mungkin melakukannya. Agar, bisa mendapatkan sebuah kebahagiaan.


- Akan Dilanjutkan -

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Best Gift
67      64     1     
Inspirational
Tidak ada cinta, tidak ada keluarga yang selalu ada, tidak ada pekerjaan yang pasti, dan juga teman dekat. Nada Naira, gadis 20 tahun yang merasa tidak pernah beruntung dalam hal apapun. Hidupnya hanya dipenuhi dengan tokoh-tokoh fiksi dalamΒ  novel-novel dan dramaΒ  kesukaannya. Tak seperti manusia yang lain, hidup Ara sangat monoton seakan tak punya mimpi dan ambisi. Hingga pertemuan dengan ...
Sebuah Jawaban
428      308     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
Ibu Mengajariku Tersenyum
4348      2038     1     
Inspirational
Jaya Amanah Putra adalah seorang psikolog berbakat yang bekerja di RSIA Purnama. Dia direkomendasikan oleh Bayu, dokter spesialis genetika medis sekaligus sahabatnya sejak SMA. Lingkungan kerjanya pun sangat ramah, termasuk Pak Atma sang petugas lab yang begitu perhatian. Sesungguhnya, Jaya mempelajari psikologi untuk mendapatkan kembali suara ibunya, Puspa, yang senantiasa diam sejak hamil Jay...
Senja (Ceritamu, Milikmu)
7083      1872     1     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...
PATANGGA
1048      712     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
Dear Kamu
3960      1354     6     
Inspirational
Kamu adalah pengganggu. Turbulensi dalam ketenangan. Pembuat onar dalam kedamaian. Meski begitu, kamu adalah yang paling dirindukan. Dan saat kamu pergi, kamulah yang akhirnya yang paling aku kenang. Dear kamu, siapapun kamu. Terimalah teriakanku ini. Aku kangen, tahu!
Alicia
1480      730     1     
Romance
Alicia Fernita, gadis yang memiliki tiga kakak laki-laki yang sangat protektif terhadapnya. Gadis yang selalu menjadi pusat perhatian sekolahnya karena memiliki banyak kelebihan. Tanpa mereka semua ketahui, gadis itu sedang mencoba mengubur luka pada masa lalunya sedalam mungkin. Gadis itu masih hidup terbayang-bayang dengan masa lalunya. Luka yang berhasil dia kubur kini terbuka sempurna beg...
LARA
9335      2453     3     
Romance
Kau membuat ku sembuh dari luka, semata-mata hanya untuk membuat ku lebih terluka lagi. Cover by @radicaelly (on wattpad) copyright 2018 all rights reserved.
Premonition
2509      1217     10     
Mystery
Julie memiliki kemampuan supranatural melihat masa depan dan masa lalu. Namun, sebatas yang berhubungan dengan kematian. Dia bisa melihat kematian seseorang di masa depan dan mengakses masa lalu orang yang sudah meninggal. Mengapa dan untuk apa? Dia tidak tahu dan ingin mencari tahu. Mengetahui jadwal kematian seseorang tak bisa membuatnya mencegahnya. Dan mengetahui masa lalu orang yang sudah m...
Pulpen Cinta Adik Kelas
504      300     6     
Romance
Segaf tak tahu, pulpen yang ia pinjam menyimpan banyak rahasia. Di pertemuan pertama dengan pemilik pulpen itu, Segaf harus menanggung malu, jatuh di koridor sekolah karena ulah adik kelasnya. Sejak hari itu, Segaf harus dibuat tak tenang, karena pertemuannya dengan Clarisa, membawa ia kepada kenyataan bahwa Clarisa bukanlah gadis baik seperti yang ia kenal. --- Ikut campur tidak, ka...