Loading...
Logo TinLit
Read Story - MANITO
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Semua mulai terungkap dengan caranya sendiri. Apalagi bila hal yang memang sengaja ditutup-tutupi. Karena, itu justru akan muncul dengan sendirinya tanpa diduga. Meskipun demikian, akan mengakibatkan sebuah kekecewaan. Namun, lebih baik terungkap saat ini daripada tidak sama sekali.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Razel memperhatikan Semesta yang baru saja berbicara dengannya. Cowok itu memang seperti tahu banyak hal. Hanya saja, mungkin sengaja tidak menunjukkan kemampuannya.

 

"Terima kasih petunjuknya, Ta. Kapan-kapan bantuin gue cari teman rahasia gue." Razel ingin tahu sampai mana apa yang diketahui Semesta. Serta penasaran kenapa adik kelasnya terlihat memiliki banyak informasi rahasia.

 

Semesta menoleh ke arah Razel, lalu tersenyum. "Boleh aja sih, Kak. Cuma, nggak bisa bantu banyak. Lagipula, lo sebenarnya udah tau siapa teman rahasia lo itu. Jadi, gue bantu dikit doang palingan."

 

Razel mengangguk, tak masalah yang pasti ia nanti memiliki partner untuk mencari tahu siapa sosok teman rahasianya. Meskipun demikian, kata Semesta sebenarnya dia sudah mengetahuinya. "Oke."

 

"Kabarin aja, kalo beneran pengin tau cara biar petunjuknya jelas." Semesta tak berhenti tersenyum, karena memang sudah mengetahuinya dari lama. Bahkan, ia sebenarnya bisa membantu menemukan pelaku yang melakukan tabrak lari Razel.

 

Semesta memang bukan remaja biasa. Cowok itu memiliki kemampuan sebagai hacker yang cukup hebat. Meski begitu, masih belum masuk jajaran paling atas. Karena, ia merupakan asisten salah satu om-nya.

 

"Nanti pasti gue kabarin, moga aja lo punya banyak waktu luang buat bantu gue." Razel tahu, sepertinya Semesta cukup memiliki banyak kegiatan.

 

"Pasti. Semua aman, kalo ngabarinnya nggak dadakan, sih." Semesta ingat, bila dirinya tidak bisa membantu jika sedang membantu Om Aksa. Pekerjaan milik Aksa, butuh konsentrasi sekaligus banyak waktu. Karena, cukup berbahaya. Akan tetapi, hasilnya bisa menguntungkan dirinya.

 

Razel mengangguk, paham dengan apa yang dibicarakan oleh Semesta. Adik kelasnya.

 

"Kalo gitu, gue duluan, kak." Semesta, tersenyum lalu meninggalkan Razel yang masih menunggu Sera.

 

Setelah kepergian Semesta, kini Sera menghampiri Razel. Kakaknya. Sedikit merasa bersalah sedikit terlambat keluar dari kelasnya.

 

"Sori... Kak. Pasti kakak kelamaan nungguin gue ya?" Sera sudah berada di dekat Razel. Tahu, bila kakaknya sampai dari tadi di parkiran.

 

Razel tersenyum. Tak masalah harus menunggu adiknya selama apapun. Karena itu sudah menjadi tanggung jawabnya. "Nggak apa-apa, Dek. Gue bakalan nungguin lo sampai datang. Walaupun, lama juga tetap gue tungguin."

 

"Makasih, Kak. Lo emang kakak gue yang terbaik, sekaligus satu-satunya. Nggak ada yang bisa gantiin sampai kapanpun." Sera memeluk erat Razel, tidak peduli mendapatkan datangnya sinis dari siswa maupun siswi lain. Bagaimanapun, ia serta Razel bersaudara. Tidak perlu ada yang dibicarakan apalagi ada gosip.

 

"Iya sama-sama. Manja banget sih nggak biasanya. Pasti ada mau nya, nih." Razel tahu, ada sesuatu dibalik sifat manja yang ditunjukan oleh Sera. Adiknya.

 

Sera tersenyum, sepertinya Razel sudah hafal dengan tingkah lakunya. "Tau aja, sih, Kak. Gue pengin habis ini jalan-jalan dulu. Nggak tau kenapa pengin banget ke mall."

 

"Okelah. Kita langsung ke mall, tapi pulangnya jangan kesorean apalagi malam. Takut, nanti ditungguin sama Mama." Razel memang ditugaskan untuk menjaga sekaligus menuruti permintaan Sera. Namun, tidak boleh pergi sepulang sekolah terlalu sore maupun sampai malam. Karena, keluarganya memiliki kesepakatan untuk bisa berkumpul makan malam bersama maupun mengobrol santai ketika malam hari.

 

Sera mengangguk, sangat paham dengan dikatakan Razel. Itu sudah seperti kewajiban mereka pulang sebelum malam hari. "Oke siap, Kak. Kali ini, cuma jalan-jalan aja kok. Soalnya, ngerasa bosen aja langsung pulang ke rumah. Minimal, ke mall beli es krim atau main di time zone lah."

 

Razel mengangguk, tidak masalah bila harus melakukan hal yang dikatakan Sera. Itu sudah hal biasa dilakukan saat ke pusat perbelanjaan. "Nanti lo aja yang main. Gue lagi malas."

 

"Oke. Nggak masalah, kayaknya kakak emang nggak udah bosen main di time zone. Apalagi, permainan basket pasti udah jago kayak sambil merem juga bola nya bisa masuk terus ke ring kalo kakak yang main." Sera tahu, kemampuan Razel sudah tidak perlu diragukan lagi. Mungkin, sudah bosen bermain basket.

 

"Nggak gitu juga, Dek. Kalo gitu, langsung jalan aja kali ya biar nggak kesorean." Razel tak mau membuang waktu di sana jika terus mengobrol.

 

Mereka berdua bergegas menuju pusat perbelanjaan untuk menikmati waktu luang sepulang sekolah. Karena, merasa bosan bila langsung pulang ke rumah.

 

Sesampai di sana, Razel benar-benar mengajak Sera untuk membeli es krim sesuai keinginan adiknya itu. Agar, tidak banyak protes dari adik tercintanya itu.

 

"Habisin aja, kalo kurang gampang nambah beli lagi." Razel tersenyum, sembari memperhatikan adiknya yang lahap memakan es krimnya.

 

Sera mengangguk, sembari masih fokus memakan es krimnya. Seperti anak kecil, yang tak mau sampai menyisakan makanan manis itu. "Kalo Papa tau kita terlalu banyak makan es krim, bisa-bisa dimarahin sama beliau."

 

Razel tersenyum, memang cukup dilarang terlalu banyak memakan makanan manis. Karena, itu tidak baik untuk kesehatan. Namun, bila sesekali melakukannya tidak begitu masalah. Asal, tidak ketahuan oleh Papanya. "Makanya, puas-puasin aja makannya. Jangan bilang ke Papa, Dek."

 

Sera mengangguk, Papanya memang cukup protektif kepada anak-anaknya. Menginginkan anaknya dalam keadaan sehat. Serta, harus memiliki prestasi di atas yang lainnya. "Oke, Kak. Semoga aja, Papa nggak liat lagi makan banyak es krim di sini. Eh... Papa juga nggak mungkin jam segini di mall, kan? Beliau sibuk kerja sampai sering pulang larut malam."

 

"Iya, Dek. Habis ini, mending kita langsung pulang aja ya? Soalnya, udah mau jam lima nih." Razel sambil melihat ke arah selai tangannya. Hari sudah mulai semakin pegal.

 

"Siap, Kak. Gue juga udah kenyang makan banyak es krim." Sera memang menyukai es krim. Apalagi, bila rasanya itu cokelat. Rasa favorit Sera.

 

Setelah puas menikmati es krim. Razel mengajak pulang Sera. Tanpa sengaja, matanya melihat sosok yang dikenalnya sedang berada di salah satu toko pakaian di tempat itu.

 

Dada Razel cukup sesak melihat pemandangan itu. Bagaimana tidak, orang yang dikenalnya sedang bermesraan dengan orang asing. Ia benar-benar tak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Padahal, ia selalu percaya bila orang itu bisa menjadi panutan dalam hidupnya. Kemudian, dia diam-diam menoleh ke arah Sera. Berharap, adiknya tidak melihat keberadaan orang yang dimaksud oleh Razel. Karena itu, itu bisa sangat menyakiti perasaan Sera. Meskipun demikian, mungkin ini hanya dugaan negatifnya semata. Namun, ia melihat Papanya bergandengan mesra dengan wanita lain. Bukan, bersama Mamanya.

 

"Dek... Buruan yuk. Soalnya, di luar udah mendung kayaknya. Takut, nanti hujan deres terus--" Belum selesai Razel berbicara, ia merasakan lengannya dipegang cukup erat oleh Sera.

 

Kemudian, Razel menoleh memperhatikan kondisi Sera. Adiknya. Sepertinya, ketakutannya terjadi adik kesayangannya itu melihat keberadaan Papa mereka sedang bersama wanita lain di sana.

 

"Kak... Itu gue gak salah liat kan? Papa kok ada di sini sama wanita lain." Mata Sera mulai berkaca-kaca sambil melihat ke arah Papanya.

 

Razel merenung, berusaha mencari alasan untuk membahas pembicaraan tersebut. Meskipun mungkin sudah terlambat. "Hm... Kayaknya lo salah liat, deh. Soalnya, selai segini--"

 

"Itu jelas-jelas Papa, kak. Dia berduaan sama wanita lain mesra banget. Apalagi, keliatan kayak pasangan suami istri." Air mata Sera sudah tidak bisa dibendung lagi. Kini, sudah mulai menetes membasahi pipinya.

 

Razel dengan cepat menarik Sera dalam pelukannya berusaha menenangkan adiknya itu. Sembari, mengelus kepala gadis itu dengan lembut. "Kita pulang aja ya. Nanti, kita bisa tanya langsung sama Papa soal ini benar apa ya? Soalnya, ini lagi di tempat umum."

 

"Nggak bisa, Kak. Gue harus pastiin semuanya sekarang." Sera melepas pelukan Razel, lalu melangkahkan kaki cukup cepat hendak mendekati Papanya yang sedang bersama wanita lain.

Razel sudah berusaha mencegah, tapi tidak membuahkan hasil. Kini, ia hanya bisa pasrah dengan situasi yang ada. Ia mengikuti langkah Sera yang ingin mendekat ke arah Papanya.

Amarah Sera sudah tidak bisa dibendung lagi. Padahal, selama ini ia selalu menganggap Papanya adalah panutan sekaligus kebanggaannya. Namun, kini melihat Papanya benar-benar membuatnya kecewa.

"Ayah!" Sera sudah sampai di belakang Papanya yang masih bergandengan mesra dengan seorang wanita pada salah satu toko pakaian di mall.



 

- Akan Dilanjutkan -

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hati dan Perasaan
1600      1014     8     
Short Story
Apakah hati itu?, tempat segenap perasaan mengendap didalamnya? Lantas mengapa kita begitu peduli, walau setiap hari kita mengaku menyakiti hati dan perasaan yang lain?
Too Sassy For You
1595      721     4     
Fantasy
Sebuah kejadian di pub membuat Nabila ditarik ke masa depan dan terlibat skandal sengan artis yang sedang berada pada puncak kariernya. Sebenarnya apa alasan yang membuat Adilla ditarik ke masa depan? Apakah semua ini berhubungan dengan kematian ayahnya?
HEARTBURN
406      299     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
MALAM DALAM PELUKAN
649      469     3     
Humor
Apakah warna cinta, merah seperti kilauannya ataukah gelap seperti kehilangannya ?
L for Libra [ON GOING]
7997      1802     8     
Fantasy
Jika kamu diberi pilihan untuk mengetahui sebuah kenyataan atau tidak. Mana yang kamu pilih? Sayangnya hal ini tidak berlaku pada Claire. Dirinya menghadapi sebuah kenyataan yang mengubah hidupnya. Dan setelahnya, dia menyesal telah mendengar hal itu.
Reandra
3234      1559     67     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
Untitled
507      290     0     
Romance
This story has deleted.
ONE SIDED LOVE
1581      702     10     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
A Tale of a Girl and Three Monkeys
796      417     6     
Humor
Tiga kakak laki-laki. Satu dapur. Nol ketenangan. Agni adalah remaja mandiri penuh semangat, tapi hidupnya tak pernah tenang karena tiga makhluk paling menguji kesabaran yang ia panggil kakak: Si Anak Emas----pusat gravitasi rumah yang menyedot semua perhatian Mama, Si Anak Babi----rakus, tak tahu batas, dan ahli menghilangkan makanan, dan Si Kingkong----kakak tiran yang mengira hidup Agni ...
RUANGKASA
53      48     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...