Loading...
Logo TinLit
Read Story - In Her Place
MENU
About Us  

Wirya hampir terjatuh dari kursi mendengar nada tinggi adiknya. Akan tetapi, itu adalah permintaan, berubah pikiran adalah hal yang wajar, bukan? 

"Oke. Kita bakal pergi ke sana. Tapi setelah keadaanmu membaik dan kamu nggak bersikap kayak orang amnesia lagi."

Rei semakin yakin. Kini ia telah bertumpu pada bebatuan yang cukup kuat menahan bobot tubuhnya untuk mencapai puncak. Tinggal beberapa tanjakan lagi, ia akan sampai pada tanah datar. Rei hampir berhasil. Kalau tidak menjadi Ema, ia tak mungkin bisa pergi ke sana. Maka ia harus punya kekuatan untuk berani melakukan ini semua. Ada landasan pacu yang hendak membawanya pada arena kebahagiaan. Karena hanya dengan cara ini, Rei bisa merubah hidupnya untuk hal yang lebih menjanjikan.

Apa kabar paman dan bibinya? Pasti mereka akan mengira bahwa yang tewas terbunuh itu adalah keponakan mereka. Tak ada bukti yang bisa membenarkan bahwa yang tergeletak bersimbah darah itu adalah seorang Rei. Mereka punya wajah dan tubuh yang sama persis. Benda-benda milik Ema semuanya berada di tangan Rei tanpa harus berpindah tangan atau kembali pada pemiliknya. Semua orang yang pernah mengenal Rei akan mengira dia sudah mati. Meskipun dalam keadaan yang amat sangat mengenaskan.

Hanya dengan cara merahasiakan semua inilah ia bisa keluar dari keterpurukan juga kesusahan yang tak berujung. Menjadi seorang Ema kiranya bukanlah hal yang harus ditakuti atau dipersulit. Kenyataannya, kedua orang tolol itu sangat yakin dan percaya bahwa ia adalah adik kandung mereka. Maka ia tak perlu memikul kesalahan itu sendirian. Merekalah yang telah membuat ia terjebak dalam situasi rumit seperti ini. Menggoda iman dan juga niat baiknya yang pada mulanya bermaksud menolong mereka dari sebuah kenyataan yang harus dihadapi. Kini, Rei punya cerita yang berbeda. Tak buruk bila harus menjadi seorang Ema kelihatannya.

Ia hanya butuh penyesuaian, maka semuanya akan berjalan normal sebagaimana biasanya.

***

Vivi tak sengaja lewat dan mendapati adiknya termenung di undakan tangga. Ia pun datang menghampiri Ema, duduk merapat di sampingnya, menyentuh bahu Ema perlahan.

"Kenapa masih di sini?"

Ema hanya tersenyum.

"Mbak antar kamu ke kamar ya? Kamu mandi terus habis itu tidur. Ayo!" Vivi menarik tangan Ema kemudian menuntunnya ke lantai atas. Ada living room yang lebih indah dari pada yang lantai bawah, lebih luas dan mungkin bisa dipakai untuk main bulu tangkis.

Mereka masuk ke dalam kamar milik Ema yang luas dan memiliki furnitur serta aksesori klasik terlihat jelas melalui pola penataan yang cenderung simetris dan geometris. Kasur dengan selimut berwarna coklat tua dan bantal berwarna capucino membuat ia ingin segera menggeluti guling-guling yang tersusun rapi di situ.

Itu adalah kamar tidur yang sangat luas, luasnya hampir sama dengan rumah kontrakan Rei sebelumnya. Dengan menempati kamar ini, ia akan merasa bagaikan berada di dalam hotel berbintang lima. Ada TV layar datar di hadapannya. Sebuah lukisan duplikat berjudul The dream karya Pablo Picasso terpampang di dinding atas tempat tidur. Atau jika ia ingin menjajal atau memilih baju, ia bisa membuka lemari selebar tiga meter dengan koleksi baju-baju mahal di dalamnya. Rei akan menunggu saatnya nanti.

Rei telah sampai di dalam kamar mandi yang dipenuhi dengan aksesori batu alam dan kayu serta tata pencahayaan yang sangat menawan, menciptakan nuansa alami yang tak terhingga. Rei bahkan tidak melihat setetes air sedikitpun di kamar mandi ini. Lantainya kering dengan sentuhan keramik piccaso di mana-mana. Sangat jauh berbeda dengan rumah yang ia tempati sebelumnya, di mana-mana becek, di mana-mana kain kotor bergelantungan, bau pesing, bau kloset yang tidak disiram atau tersumbat, aroma parit pembuangan yang meluap dari lubang got . Tidak seperti di sini, semua serba keset dan harum. Benar-benar menakjubkan. Ia tak pernah menyangka bahkan bermimpi akan memiliki kamar mandi semewah ini.

Shower bewarna keperakan itu menitikkan derasan air ke atas kepalanya. Ia duduk meringkuk dengan tubuh telanjang. Seluruh beban yang tadinya menekan kepalanya terasa meluntur seiring dengan sebuah keputusan gila yang harus siap ia tanggung seumur hidup. Ia pernah membaca buku fiksi ilmiah yang menjelaskan bahwa kita semua punya kembaran, hanya saja kita tidak akan pernah berjumpa dengan mereka karena, dapat menyebabkan dunia kita jadi berbenturan.

Dan memang begitu, kini dunia Rei dan Ema telah berbenturan cukup keras hingga menimbulkan retakkan-retakkan yang bahkan tak bisa diperbaiki seperti semula. Terlalu nekad mungkin, dan ini lebih sulit dibandingkan ia harus menjadi seorang Rei. Mereka pasti akan mengutuknya hidup-hidup, menyalahkannya karena telah meninggalkan Ema dalam keadaan sekarat tanpa meminta bantuan orang lain. 

Jika saja mereka tidak bertemu, atau jika saja Rei yang berada di tempat tidur pagi itu. Barangkali dia lah yang akan tewas. 

***

Sehabis mandi, Rei teringat dengan ponsel milik Ema yang masih ada di saku jaket. Ia berpikir dengan benda itu maka segala hal tentang kepribadian, kebiasaan, hingga orang-orang yang berada di sekitarnya bisa dipelajari. Ia mengisi daya ponsel yang untungnya punya sistem operasi android seperti yang biasa ia gunakan. Ketika layarnya menyala, ia menyeringai puas karena ternyata ponsel tersebut menggunakan face unlock. 

Rei menaruh layar tepat di depan wajahnya, seketika kunci terbuka dan ia berteriak kecil seolah menemukan peti harta karun. Hal pertama yang ia telusuri adalah aplikasi pesan. Siapa saja orang-orang yang sering berinteraksi dengan Ema, termasuk seseorang yang paling dekat dengannya kecuali Wirya dan Vivi yang sudah barang tentu.

Di sana, ia menemukan kontak paling atas bernama Langit yang dari gambar profilnya merupakan cowok yang wajahnya hanya tampak dari samping. Dari percakapan terakhir dua hari lalu, tampaknya Ema berencana bertemu dengan Langit. Lantas entah apa yang terjadi, Langit mengirimkan pesan-pesan yang tak dibalas Ema di malam gadis itu menginap di rumah Rei. Sebelum Ema terbunuh tepatnya.

—----------------------------------------------------------

Tujuh Lapis Langit

Lo, marah sama gue? please telepon gue balik Ma.

Gue bukannya nggak mau nemenin lo pergi, gue pikir lo bercanda. Mbak Vivi bilang lo nggak pulang-pulang dari kemarin sore. 

—-------------------------------------------------------------

Pesan terakhir dikirim satu jam yang lalu. Kemudian belasan panggilan tak terjawab dari Langit. Entah kenapa Rei begitu penasaran. Barangkali ada hubungan spesial antara Langit dengan Ema, apakah mereka berpacaran? Atau sekadar teman yang saling membutuhkan? Pesan-pesan sebelumnya dibaca Rei dengan penuh ketelitian hingga ia bisa menarik kesimpulan kalau Langit tampaknya sangat perhatian atau dalam bahasa lain suka dengan Ema. 

Namun Langit tidak pernah mengatakannya secara frontal. Dari tulisan yang dikirim Langit, Rei menebak kalau Langit satu-satunya cowok yang saat ini dekat dengan Ema. Belum selesai ia menelusuri hal-hal penting di dalam ponsel itu, ia dikejutkan dengan ketukan pintu kamar dari luar. 

“Siapa?” tanyanya sedikit ragu.

“Ini Gue, Ma,” jawab seseorang bersuara pria di luar sana.

Itu bukan Wirya, lalu siapa? Terus terang Rei belum siap untuk bertemu siapa-siapa. Namun ketika ia ingin berteriak untuk tak memberikan izin, engsel pintu itu sudah bergerak dan pintu terbuka. 

Seorang cowok bertubuh tinggi dan berambut ikal berdiri di depan pintu. Ia mengenakan celana joger dan kaos oblong berwarna hitam. Rei melihat layar ponsel, mengklik foto profil Langit, dan ia spontan dilanda kecemasan karena kini Langit ada di dalam kamar. Tersenyum dan sedang berjalan ke arahnya.

Rei turun dari kasur, berdiri tegap memandang Langit gugup. 

“Lo ke mana aja, sih? Gue khawatir banget pas Mbak Vivi kasih tau kalau lo nggak pulang-pulang dari kemarin. Hape lo pake nggak aktif lagi!” 

So … sorry, gue nggak ngabarin lo.”

Kening Langit berkerut heran. Ia mendekat, menatap wajah Rei lekat-lekat hingga membuat jantung Rei semakin tak keruan. Aroma Langit terhidu harum, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang tipis membuat Rei semakin gugup. Takut kalau-kalau Langit melihat perbedaan dirinya dengan Ema yang asi, ia membuang muka, membelakangi Langit yang tampak heran.

“Ngapain lo ke sini?” tanyanya.

“Gue pikir lo masih marah sama gue. Tapi denger lo bilang sorry, gue jadi makin yakin apa yang dibilang Mbak Vivi soal keanehan lo itu nyata.”

Mata Rei membelalak. Memangnya apa saja yang sudah Vivi ceritakan pada Langit? Kalau sampai Vivi cerita tentang Ema yang katanya dibunuh perampok, maka habislah dia. 

“Memangnya Mbak Vivi ngomong apa?”

“Katanya lo butuh psikiater atau dukun. Kayanya lo beneran kena guna-guna.”

“Sialan!” Rei melempar guling ke dada Langit. “Gue gak gila apalagi kerasukan setan! Gue cuma rada linglung nahan laper kelamaan.”

Langit menghempaskan bokongnya di kasur. “Kaya orang miskin aja lo sampe nggak bisa makan.”

“Diem, deh. Gue lagi capek pengen istirahat! Kalau nggak ada yang penting mendingan lo pulang,” cibirnya, berharap Langit pergi secepat mungkin dari hadapannya.

“Soal misi rahasia lo sebelum kabur itu,” kata Langit. “Gue minta maaf nggak bisa nemenin lo. Tapi gue pengen tahu, apa lo berhasil ketemu sama dia?”

Rei menoleh cepat ke Langit yang kini menengadahkan wajahnya menunggu jawaban. “Maksud lo? Ketemu siapa?”

Kini giliran Langit yang tampak sedikit terkejut. “Bukannya lo bilang ke gue kalau lo pengen cari cewek yang terus-terusan datang ke mimpi lo? Yang mukanya mirip banget sama lo.”

Bibir Rei setengah menganga mendengar kalimat Langit. Ia terdiam selama beberapa detik yang panjang.

“Tuh, kan! Beneran lupa. Bener apa yang dibilang Mbak Vivi. Lo butuh psikiater!”

Tidak sepatah kata pun yang sanggup dikeluarkan Rei. Ia justru bertanya-tanya, apa mungkin Ema muncul sore itu bukan karena kebetulan? Tetapi telah direncanakan matang-matang untuk memenuhi ambisinya bertemu dengan orang yang mirip dengannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • kevinsen

    Ema ... sial banget kamu ketemu dopleganger T_T
    3 bab nya bikin penasaran, selanjutnya ?

    Comment on chapter Chapter 3 - Darah dan Pelarian
  • tatihasanah

    hati-hati tuh langit kayanya tau tentang tabiatmu rei

    Comment on chapter Chapter 7 - Tujuh Lapisan Langit
  • almaputri

    berarti muka ema sama rei identik banget sampe masnya sendiri ga bisa bedain

    Comment on chapter Chapter 4 - Salah Orang
  • almaputri

    sindrom anak remaja, percaya aja sama orang woyyy

    Comment on chapter Chapter 3 - Darah dan Pelarian
  • penulisabal

    biasanya kalo udah ketemu doppleganger tuh bad luck wkwk

    Comment on chapter Chapter 2 - Bagai Cermin Satu Arah
  • karina016

    sikap Ema sedikit mencurigakan

    Comment on chapter Chapter 2 - Bagai Cermin Satu Arah
Similar Tags
In Your Own Sweet Way
462      330     2     
Short Story
Jazz. Love. Passion. Those used to be his main purpose in life, until an event turned his life upside down. Can he find his way back from the grief that haunts him daily?
Dalam Waktu Yang Lebih Panjang
801      630     22     
True Story
Bagi Maya hidup sebagai wanita normal sudah bukan lagi bagian dari dirinya Didiagnosa PostTraumatic Stress Disorder akibat pelecehan seksual yang ia alami membuatnya kehilangan jati diri sebagai wanita pada umumnya Namun pertemuannya dengan pasangan suami istri pemilik majalah kesenian membuatnya ingin kembali beraktivitas seperti sedia kala Kehidupannya sebagai penulis pun menjadi taruhan hidupn...
DEUCE
697      400     0     
Short Story
\"Cinta dan rasa sakit itu saling mengikuti,\" itu adalah kutipan kalimat yang selalu kuingat dari sebuah novel best seller yang pernah kubaca. Dan benar adanya jika kebahagiaan dan kesakitan itu berjalan selaras sesuai dengan porsinya..
Ilona : My Spotted Skin
1154      776     3     
Romance
Kecantikan menjadi satu-satunya hal yang bisa Ilona banggakan. Tapi, wajah cantik dan kulit mulusnya hancur karena psoriasis. Penyakit autoimun itu membuat tubuh dan wajahnya dipenuhi sisik putih yang gatal dan menjijikkan. Dalam waktu singkat, hidup Ilona kacau. Karirnya sebagai artis berantakan. Orang-orang yang dia cintai menjauh. Jumlah pembencinya meningkat tajam. Lalu, apa lagi yang h...
Eagle Dust
708      474     0     
Action
Saat usiaku tujuh tahun, aku kehilangan penglihatan karena ulah dua pria yang memperkosa mom. Di usia sebelas tahun, aku kehilangan mom yang hingga sekarang tak kuketahui sebabnya mengapa. Sejak itu, seorang pria berwibawa yang kupanggil Tn. Van Yallen datang dan membantuku menemukan kekuatan yang membuat tiga panca inderaku menajam melebihi batas normal. Aku Eleanor Pohl atau yang sering mereka...
Laci Meja
529      357     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
Secuil Senyum Gadis Kampung Belakang
493      378     0     
Short Story
Senyumnya begitu indah dan tak terganti. Begitu indahnya hingga tak bisa hilang dalam memoriku. Sayang aku belum bernai menemuinya dan bertanya siapa namanya.
Kuncup Hati
710      492     4     
Short Story
Darian Tristan telah menyakiti Dalicia Rasty sewaktu di sekolah menengah atas. Perasaan bersalah terus menghantui Darian hingga saat ini. Dibutuhkan keberanian tinggi untuk menemui Dalicia. Darian harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Ia harus mengungkapkan perasaan sesungguhnya kepada Dalicia.
ADIKKU YANG BERNAMA EVE, JADIKAN AKU SEBAGAI MATA KE DUAMU
595      430     2     
Fantasy
Anne dan Eve terlahir prematur, dia dikutuk oleh sepupu nya. sepupu Anne tidak suka Anne dan Eve menjadi putri dan penerus Kerajaan. Begitu juga paman dan bibinya. akankah Anne dan Eve bisa mengalahkan pengkhianat kerajaan? Siapa yang menikahi Anne dan Eve?
My Best Man
171      150     1     
Romance
Impian serta masa depan Malaka harus hancur hanya dalam satu malam saja. Dia harus menerima takdirnya. Mengandung seorang bayi—dari salah satu pelaku yang sudah melecehkan dirinya. Tidak mau dinikahkan dengan salah satu pelaku, karena yakin hidupnya akan semakin malang, Malaka kabur hingga ke Jakarta dalam kondisi perut yang telah membesar. Dia ditemukan oleh dua orang teman baik dari m...