Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Seventeen
MENU
About Us  

Ansel menatapku dengan sebelah alis terangkat, menunggu jawabanku.

Setelah satu tarikan napas panjang, aku mengangguk. “Mama mau gue bikin video klarifikasi dan minta maaf sama Dafa.”

“Lo mau?”

Sontak aku mengernyit dan menggeleng. “Makanya gue kabur daripada di rumah, berantem sama Mama. Mana ada Dafa lagi.”

Ansel menumpukan dagu di atas bola basket dan memusatkan perhatiannya kepadaku. “Videonya kayak apa?”

Benakku kembali memutar ulang ide konyol yang disampaikan Mama. Namun, di mata Mama ide itu sangat brilian. “Gue menyesal, mengakui kalau gue selingkuh dari Dafa, tapi gue cintanya cuma sama dia. Lo yang salah karena sengaja ngerayu gue.” Aku mendengkus. “Terus, vlog lain, gue nyamperin Dafa gitu, deh. Kan sebentar lagi dia ulang tahun, jadi gue mau bikin surprise sekaligus minta Dafa balikan. Dafa juga bakal bikin video yang sama dari sudut pandang dia.”

“Sebanyak itu?” Ansel menatalku geli.

“Makin banyak, adsense makin gede.”

Ansel mendengus. “Norak.”

Satu kata itu sukses membuatku tertawa kecil. “Kalau enggak norak, enggak bakal viral.”

Ansel beranjak dari posisinya. Kini, dia duduk di pinggir tempat tidur hingga jaraknya denganku semakin dekat. Ada kilat usil di matanya, membuatku jadi waspada akan apa yang disampaikannya.

“Gue juga harus bikin klarifikasi, enggak? Di Instagram aja, ya. Kan gue enggak punya YouTube. Ntar gue ngaku, deh, gue jadi selingkuhan terus mau rebut lo dari Dafa.” Ansel terkekeh.

Aku tahu dia bercanda, tapi candaan itu enggak membuatku tertawa. “Becandaan lo enggak lucu.”

Ansel berhenti tertawa dan memasang wajah serius. “Gue enggak bisa tinggal diam lihat dia mojokin lo kayak gini.”

“Dia juga mojokin lo, An,” bantahku.

“Who cares? Orang enggak kenal gue. Paling cuma teman sekolah, tapi itu juga enggak penting. Beda sama lo. Jujur, deh, lo dihujat orang yang enggak lo kenal, kan?” tanya Ansel dengan tatapan menyelidik.

Perlahan, aku menganggukkan kepala.

“Lo boleh bilang kalau ini karena nyokap lo, tapi deep down, lo mau seriusin dunia ini. Lo suka banget akting, dan mau jadi aktris yang terlibat di proyek beneran. Terkenal di Instagram cuma batu loncatan,” beber Ansel.

He knows me so well. Sampai-sampai, apa yang selama ini tersimpan rapat-rapat di hatiku pun diketahuinya. 

“Jadi, ini penting buat lo. Dia udah mencoreng nama lo, artinya lo harus ngebersihin nama lo.”

“Enggak dengan idenya Mama.”

“Ada cara lain?”

Tentu saja ada. Aku bisa jujur dan memberitahu yang sebenarnya. Hubunganku dan Dafa cuma kebohongan. Semua yang terjadi antara aku dan dia cuma setting-an.

Namun, kejujuran itu kedengeran sangat mengerikan. Dafa bisa membalas dengan konten yang membuatku makin terpojok. Di sisi lain, kejujuran itu mungkin saja malah membuatku menggali kuburan sendiri.

“I don’t know,” ujarku akhirnya. Aku memberanikan diri untuk menatap Ansel. “Sorry, ya. Lo enggak diledekin temen sekolah lo, kan?”

“Diledekin, sih. Udah punya pacar kayak Nashila, eh selingkuhannya enggak tanggung-tanggung. Sekelas Karianna.” Ansel kembali bercanda.

“An, enggak lucu,” bantahku. “Nashila marah enggak?”

Ansel enggak langsung menjawab. Dari raut wajahnya, aku bisa melihat Ansel tengah mempertimbangkan sesuatu.

“Dia sempat nanya, sih. Gue bilang apa adanya.”

Inilah kebiasaan Ansel yang membuatku geregetan. Dia cenderung suka menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Aku enggak yakin hubungannya dan Nashila baik-baik aja.

“Jangan sampai kalian putus karena gue, ya.”

“Enggak usah pikirin Nash. Pikirin diri lo aja,” sergah Ansel pelan, tapi terdengar begitu menusuk.

“Lo sendiri gimana?”

Ansel mengibaskan tangannya di depanku. “Biarin aja, enggak ngaruh sama gue. Yang gue tahu, gue enggak selingkuh dan lo juga enggak. Kita sahabatan sejak kecil dan kita enggak perlu ngasih tahu semua orang soal persahabatan kita. Apa gunanya?”

“Ada gunanya, biar orang enggak salah paham,” tukasku.

“Lo yakin, dengan ngasih tahu, pendapat orang-orang akan berubah? Malah, gue yakin pacar lo akan makin drama. Bikin vlog lain, dengan narasi lain. Lama-lama lo sendiri yang capek.”

I got his point. Dafa enggak akan terima kalau efeknya malah merugikannya. Dia pasti akan menyetir keadaan agar selalu berpihak kepadanya. Lama-lama, aku cuma akan capek sendiri meladeni dramanya yang enggak ada habisnya itu.

Sekali lagi, aku melirik Ansel. Dia begitu tenang, berbanding terbalik denganku. Di detik ini, ingin rasanya mendapatkan sedikit saja ketenangan seperti Ansel.

“Kok lo bisa setenang ini, sih?”

“Karena aromaterapi nyokap gue mungkin.”

“Ansel!” sergahku, karena enggak mau bercanda.

Ansel beranjak dari tempatnya dan duduk di pinggir meja belajar. Dia memutar kursi yang kududuki hingga berhadapan dengannya. Dari posisi ini, dia begitu menjulang di depanku, membuatku terpaksa mendongak.

“Gini, ya, An. Gue enggak hidup buat orang lain. Gue enggak peduli apa kata orang, termasuk followers gue yang enggak sampai dua ribu itu. Menurut lo kenapa gue suka street photography?”

“Karena real?” Aku balas bertanya.

“Yup, real dan apa adanya. Stage photo itu bagus tapi mengada-ada. Dibikin buat menyenangkan orang lain, entah klien atau follower. Kalau street photography, yang senang ya gue. Dapat momen bagus, apalagi momen langka yang cuma terjadi beberapa detik, itu bikin gue puas. It’s priceless.” Ansel menjawab panjang lebar. “Jadi, kenapa lo enggak mencari tahu hal apa yang priceless dan menyenangkan? Buat lo, bukan buat Mama Nica, Dafa, sponsor, atau jutaan followers lo itu.”

“Gue enggak tahu, An.”

“Let’s find out.”

Aku menghela napas panjang. “How?”

Ansel melepaskan genggaman tangannya. Dalam hari, aku meneriakkan protes, enggak mau dia melepaskan genggamannya itu.

Mataku mengikuti Ansel yang merogoh ke dalam salah satu laci di meja belajarnya. Dia mengeluarkan sekotak kartu, yang dulu pernah diperlihatkannya kepadaku sewaktu di Bali.

“Gue pernah cerita soal kartu ini. Sejak Papa meninggal, sulit buat gue bisa cerita sama orang. Mama aja butuh waktu lama buat membujuk gue mau cerita, jadi enggak nyimpan trauma sendiri. Lama-lama jadi kebiasaan, karena sampai sekarang gue enggak nyaman terbuka sama orang. Kecuali lo, karena lo kenal banget gue gimana, jadi gue aman cerita apa pun karena enggak ada judgement dari lo. Nah, kartu ini ngebantu gue.”

Aku menatap Ansel dan tumpukan kartu itu berganti-gantian. “How?”

Ansel mengocok kartu itu, dan menarik salah satunya. “Gue ambil kartu random dan jawab pertanyaan yang ada di kartu itu. Sejujurnya. Cuma gue aja yang dengerin jawaban itu, jadi buat apa bohong? Ngomong sama diri sendiri membantu gue buat jujur. Jadi, kalau lagi ada masalah, gue lari ke kartu ini.”

Ansel meletakkan tumpukan kartu itu di atas tanganku. Aku menatap kartu itu dengan beribu perasaan berkecamuk di benakku.

“Kapan terakhir kali lo benar-benar ngobrol sama diri lo?”

Aku enggak langsung menjawab pertanyaan itu, karena enggak tahu jawabannya. Mungkin saja, aku enggak pernah berdialog dengan diriku sendiri.

Detik ini, aku tahu apa yang harus kulakukan. “Gue boleh pinjam?”

Ansel mengangguk. “Lo bisa simpan kartu ini sampai kapan aja. Semoga lo bisa nemuin jawaban yang lo cari.”

Aku menatap tumpukan kartu itu. Kelihatannya mungkin sepele, cuma setumpuk kartu dengan pertanyaan random. Belum tentu juga bisa membantu.

But, why not?

Ansel bangkit berdiri dan meninggalkanku yang masih terpaku pada kartu itu. Aku mengangkat wajah, dan mengikuti sosoknya yang menjauh.

“An,” panggilku, membuat Ansel berhenti dan berbalik. “Gue boleh peluk lo?”

Ansel tersenyum lembut. “You always have my shoulder to cry on.”

Aku menghambur ke pelukannya. Ansel membalas pelukanku, mengusap punggungku, mengalirkan ketenangan ke dalam diriku.

“Gue cuma butuh dipeluk, An.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Survive in another city
230      187     0     
True Story
Dini adalah seorang gadis lugu nan pemalu, yang tiba-tiba saja harus tinggal di kota lain yang jauh dari kota tempat tinggalnya. Dia adalah gadis yang sulit berbaur dengan orang baru, tapi di kota itu, dia di paksa berani menghadapi tantangan berat dirinya, kota yang tidak pernah dia dengar dari telinganya, kota asing yang tidak tau asal-usulnya. Dia tinggal tanpa mengenal siapapun, dia takut, t...
FLOW : The life story
146      129     0     
Inspirational
Dalam riuh pikuknya dunia hiduplah seorang gadis bernama Sara. Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, pekerja keras dan mandiri, gadis yang memiliki ambisi untuk mencari tujuannya dalam berkehidupan. Namun, dalam perjalanan hidupnya Sara selalu mendapatkan tantangan, masalah dan tekanan yang membuatnya mempertanyakan "Apa itu kebahagiaan ?, di mana itu ketenangan ? dan seperti apa h...
Time and Tears
457      341     1     
Romance
Rintik, siswi SMA yang terkenal ceria dan berani itu putus dengan pacarnya. Hal berat namun sudah menjadi pilihan terbaik baginya. Ada banyak perpisahan dalam hidup Rintik. Bahkan temannya, Cea harus putus sekolah. Kisah masa remaja di SMA penuh dengan hal-hal yang tidak terduga. Tak disangka pula, pertemuan dengan seorang laki-laki humoris juga menambah bumbu kehidupan masa remajanya. Akankah Ri...
Langkah yang Tak Diizinkan
275      220     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...
Kaca yang Berdebu
168      136     1     
Inspirational
Reiji terlalu sibuk menyenangkan semua orang, sampai lupa caranya menjadi diri sendiri. Dirinya perlahan memudar, seperti bayangan samar di kaca berdebu; tak pernah benar-benar terlihat, tertutup lapisan harapan orang lain dan ketakutannya sendiri. Hingga suatu hari, seseorang datang, tak seperti siapa pun yang pernah ia temui. Meera, dengan segala ketidaksempurnaannya, berjalan tegak. Ia ta...
Love Yourself for A2
45      38     1     
Short Story
Arlyn menyadari bahwa dunia yang dihadapinya terlalu ramai. Terlalu banyak suara yang menuntut, terlalu banyak ekspektasi yang berteriak. Ia tak pernah diajarkan bagaimana cara menolak, karena sejak awal ia dibentuk untuk menjadi "andalan". Malam itu, ia menuliskan sesuatu dalam jurnal pribadinya. "Apa jadinya jika aku berhenti menjadi Arlyn yang mereka harapkan? Apa aku masih akan dicintai, a...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5519      1479     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Trying Other People's World
255      206     0     
Romance
Lara punya dendam kesumat sama kakak kelas yang melarangnya gabung OSIS. Ia iri dan ingin merasakan serunya pakai ID card, dapat dispensasi, dan sibuk di luar kelas. Demi membalas semuanya, ia mencoba berbagai hidup milik orang lain—pura-pura ikut ekskul jurnalistik, latihan teater, bahkan sampai gabung jam tambahan olimpiade MIPA. Kebiasan mencoba hidup-hidup orang lain mempertemukannya Ric...
Reach Our Time
11153      2584     5     
Romance
Pertemuan dengan seseorang, membuka jalan baru dalam sebuah pilihan. Terus bertemu dengannya yang menjadi pengubah lajunya kehidupan. Atau hanya sebuah bayangan sekelebat yang tiada makna. Itu adalah pilihan, mau meneruskan hubungan atau tidak. Tergantung, dengan siapa kita bertemu dan berinteraksi. Begitupun hubungan Adiyasa dan Raisha yang bertemu secara tak sengaja di kereta. Raisha, gadis...
Deep End
81      74     0     
Inspirational
"Kamu bukan teka-teki yang harus dipecahkan, tapi cerita yang terus ditulis."