Loading...
Logo TinLit
Read Story - That's Why He My Man
MENU
About Us  

-That's Why He My Man-

•••

You betrayed me

And I know that you'll never feel sorry for the way I hurt, yeah

You talked to her when we were together

Loved you at your worst, but that didn't matter

It took you two weeks to go off and date her

Guess you didn't cheat, but you're still a traitor

(Traitor – Olivia Rodrigo)

 

            Trans Studio adalah tujuan utama dari liburan Nora, Pramudya dan Bella. Namun tempat tersebut akhirnya hanya disambangi oleh Bella di jam 1 siang. Dirinya menempatkan diri di Sky Pirates. Melihat pemandangan Trans Studio dari dalam kapal perompak yang berjalan di langit-langit ruangan. “Abis ini mau kemana lagi, ya?” gumam Bella.

            Perempuan itu turun dari wahana dan menatap sekeliling. Menyadari ternyata hanya dirinya yang bermain sendirian di tempat seluas ini. Setelah beberapa kali mencoba wahana, Bella akhirnya terduduk di salah satu food court, ia memesan makan siangnya yang berupa chicken katsu dan air mineral. Setelah ini ia akan pergi ke Braga City Walk guna mencari bacaan yang sekiranya cocok untuk menemaninya menghabiskan waktu sampai liburannya berakhir dan ia pulang kembali ke rumah.

            Jam menunjukkan pukul 4 sore ketika Bella keluar dari Trans Studio usai sholat ashar. Perempuan itu memesan ojek online untuk mengantarnya ke BCW. Ia akan membeli buku, menonton film, makan dan kembali ke hotel sebelum pukul 9 malam. “Ke Braga ya, Pak,” ucap Bella saat menerima uluran helm berwarna hijau.

            “Iya, Neng. Lagi liburan, ya?” tanya Pak Ojek.

            Bella mengangguk. “Iya, Pak,” jawabnya singkat.

            Keduanya terlibat obrolan selama perjalanan, Bella sebetulnya tidak ingin bicara, namun tidak sopan rasanya mengabaikan orang yang lebih tua darinya. “Makasih ya, Pak,” ucap Bella sembari mengangsurkan helm itu kembali pada Pak Ojek.

            Braga City Walk menurut hasil penelusuran Bella merupakan pusat perbelanjaan. Namun menurut sudut pandang Bella sendiri, setelah ia sampai di tempat ini─agak mirip Malioboro, mengingat di sepanjang jalan banyak toko dari berbagai brand fashion maupun F&B berjejer.

Bella memasuki grand floor menemukan dirinya berada diantara riuhnya manusia yang tengah menonton Steven Pasaribu menyanyikan lagu milik Chrisye yang berjudul Pergilah Kasih.

Bella mengelilingi lantai bawah sampai dirinya bingung sendiri, mengapa tidak menemukan tempat bukunya berada. Tak ingin banyak membuang waktu, Bella akhirnya menanyakan letak toko buku pada satpam. Bella sedang tidak beruntung, Gramedia expo sedang tidak diadakan bulan ini. Jika dirinya ingin mencari, dia bisa pergi ke Gramedia di Jalan Supratman.

Bella akhirnya menaiki eskalator menuju lantai satu dan memilih untuk masuk ke Cinema XXI. Menonton film rasanya lebih baik karena dirinya sudah terlanjur sampai di sini. Sepulang dari sini, ia akan mampir ke Gramedia sesuai arahan satpam tadi.

Bella menghabiskan waktu 1 jam lebih menonton film Inside Out 2. Ia keluar dari bioskop dan menuju kamar mandi, mengecek penampilannya dan merapikan diri. Perempuan itu keluar usai re-apply lip tint-nya. Langkahnya tampak ringan menapaki lantai marmer yang mengkilap.

Langkah yang tadinya nampak tegas dan percaya diri itu perlahan terhenti tatkala Bella melihat sosok yang ia rasa familiar. Jantungnya seketika mencelos, Bella terpaku menatap sosok tersebut.

Tingginya sama, perawakannya juga mirip dengan Rakha yang sering Bella perhatikan setiap video call. Tetapi benarkah itu Rakha, kekasih Bella? Ia tidak salah lihat kan? Rakha bilang dirinya baru pulang dari puskesmas tadi pagi, tidak mungkin lelaki itu berada di tempat yang sama dengan Bella. Rakha itu tinggal di Bogor, untuk apa dirinya berada di Bandung sekarang?

Rasa bingung bercampur sedikit curiga mulai menyelimuti hatinya. Namun, kebingungan itu segera berubah menjadi nyeri yang menghantam ulu hati ketika ia melihat siapa yang berjalan di samping Rakha. Seorang wanita dengan rambut panjang tergerai, tertawa kecil sambil menyentuh lengan Rakha. Bella mengenali siluet itu. Beatari. Nama itu bagai duri yang pernah melukai hatinya dua tahun yang lalu, saat ia tak sengaja mengetahui bukti perselingkuhan Rakha yang ia temukan di instagram. Rakha waktu itu bersumpah telah mengakhiri semuanya dengan Beatari.

Bella mengikuti langkah kedua orang tersebut dengan jantung yang berdebar kencang. Mereka keluar dari bioskop menuruni eskalator menuju lantai bawah. Perempuan itu masih setia membuntuti dengan begitu hati-hati. Sampai di depan pintu masuk, Bella menghentikan langkah. Ia buru-buru mencari tempat sembunyi.

“Mas, sebentar aja, saya butuh tempat sembunyi,” pinta Bella dengan nada memohon. Lelaki bersweeter hitam itu tampak bingung, tetapi mengangguk kecil. Bella segera merapatkan tubuhnya di belakang lelaki itu, berusaha sekecil mungkin terlihat. Perempuan itu memegang erat tas punggung yang lelaki itu gendong. Ia bersembunyi sembari memperhatikan pergerakan kekasihnya.

“Maaf ya, Mas. Sebentar aja, saya musti mastiin kalo cowok yang pakai kemeja flanel sama cewek yang pakai dress item itu bukan orang yang saya kenal,” ucap Bella pelan namun masih dapat didengar oleh si lelaki.

Bella menekan tombol telepon di ponselnya ke nomor Rakha. Dapat Bella lihat pergerakan lelaki yang tak jauh dari dirinya itu mulai merogoh saku dan sepertinya menolak panggilan tersebut karena panggilan yang Bella lakukan tidak diangkat. Bella berdecak sengit. Terbukti sudah jika itu Rakha, Bella ingat-ingat lagi wajah si perempuan, dia jelas Bea─mantan selingkuhan Rakha.

Lelaki yang tanpa sadar menjadi tameng bagi Bella mulai bergerak gelisah. “Eh, bentar, Mas. Mau kemana?” tanya Bella sedikit panik, ia menahan lengan lelaki itu pelan.

“Beli minum,” jawab lelaki itu singkat.

Bella merasa bersalah tapi situasinya terlalu genting. Ia mengangguk kecil, melepaskan lengannya. “Maaf ya, Mas,” ucapnya.

Bella segera mengikuti pergerakan si lelaki itu menjauh dari Rakha. Keduanya berdiri bersisihan ikut mengantri bersama orang-orang yang sedang membeli minuman. Sembari menunggu, jarinya lincah mengetik pesan untuk Rakha, berusaha tetap terlihat santai meskipun hatinya bergejolak. Setelah mengirim pesan, ia mendengar pelayan menyapanya, “Sore, Kak. Mau pesan apa?”

 

Sunshine

Sayang, jangan telpon dulu ya, aku masih ga enak badan

 

Bella

Oh, sorry sayang, kupikir kamu udah sembuh

 

            “Hazelnut Latte satu sama plain toast-nya satu─”

            “Crunchy choco cheese sama hazelnut choco, Mbak,” sambung Bella. Lelaki di samping Bella hanya menganggukan kepalanya pada si pelayan. “Itu aja,” simpulnya.

 

Sunshine

It’s okay, btw kamu jadi ke bandung nggak sih?

 

Bella

Emang kenapa? Kamu jadi nemuin aku?

 

            Tanpa sadar, Bella mendecih tak suka dengan pertanyaan Rakha. “Sok peduli banget nih orang, padahal jelas-jelas lagi selingkuh depan muka,” gumamnya pelan yang masih dapat didengar oleh lelaki di sampingnya. Bella benar-benar totalitas dalam bersembunyi sampai duduk di samping lelaki baik hati yang belum memprotes perbuatannya itu.

 

Sunshine

Nggak kok, aku tanya aja. Lagian aku ga punya ongkos buat nemuin kamu sayangg

Have fun ya kalo kamu jadi ke bandung

Pasti sama Nora sama Bagas lagi ya

 

Bella

Iya lah, aku juga cuma punya mereka berdua. Pasti perginya sama mereka.

Kamu juga have fun ya

 

Sunshine

Have fun apa sih sayangg

Kan aku ga bisa kemana mana

Yaudah aku off dulu ya

Pengin istirahat

Bye sayangg

 

Bella

Sent a picture

Byee, kita putus aja ya

Have fun sama Bea

Eh Bea kan dia

 

You blocked this contact

 

Bella masih setia berdekatan dengan tameng berjalannya itu. Cara ampuh menyembunyikan diri supaya ketika Rakha tak sengaja melihat ke arahnya, lelaki itu berpikir Bella hanya pengunjung biasa yang sedang menikmati live music bersama pasangannya. “Makasih, Mas. Maaf merepotkan, saya permisi dulu,” ucap Bella ketika merasa situasi sudah cukup aman baginya untuk keluar dan pergi dari tempat ini.

Namun pergerakan Bella dicegah. Lelaki yang jadi tameng Bella menyodorkan nampan berisi pesanan mereka. “Pesanan kamu,” ucapnya datar.

Bella menepuk dahinya pelan, ia benar-benar hilang fokus. Perempuan itu sampai tidak bisa menatap lawan bicaranya. “Oh, iya, Mas. Makasih, Mas,” ucapnya kemudian langsung menuju kasir.

“Mbak, ini tadi punya saya totalnya berapa, ya?” tanya Bella sembari mengambil dompet dari dalam sling bag-nya.

“Sudah dibayar sama cowok yang tadi, Kak,” jawab kasir di depan Bella.

Bella terdiam sejenak, merasa semakin tidak enak hati pada lelaki tak di kenal itu. Ia kemudian berbalik mencari keberadaan lelaki yang sudah jadi tamengnya tadi, namun ia tak menemukan lelaki yang ia yakini menggunakan sweeter hitam dan menggendong tas ransel, terlalu banyak manusia berkerumun di sini.

“Udah pergi, Mbak. Saya bayar ulang aja, ya?” tanya Bella yang ditolak oleh kasir.

Akhirnya perempuan itu berlalu dari sana. Sesekali dirinya menoleh ke sekelilingnya mencari keberadaan lelaki tadi. “Cepet banget ilangnya,” gumam Bella.

Tanpa sengaja Bella menabrak seseorang. “Aduh, sorry-sorry,” ucap seseorang itu.

“Mbak! Jalan pake mata dong!” seru si lelaki

“Iya, Mbak, Mas, saya minta ma….” Bella menggantungkan kalimat permintaan maafnya saat dirinya melihat siapa yang ia tabrak─Beatari dan Rakha tentunya. Jantung Bella kembali mencelos, nyeri merambati hatinya.

Bella mengurai jarak, perempuan itu berusaha keras untuk tidak menangis. “Rakha,” panggilnya lirih, suara perempuan itu tercekat.

“Be ... Bella?” Rakha tergagap, matanya tak lepas dari Bella. “Kamu ... kamu ngapain di sini? Bandung? Bukannya kamu ....”

Bella memotong ucapan Rakha dengan tatapan dingin yang belum pernah dilihat Rakha sebelumnya. Di matanya berkilat luka, amarah, dan kekecewaan yang mendalam. “Aku ya liburan, kan kamu tau,” jawab Bella, suaranya meninggi meski berusaha ia kendalikan. Tanpa sadar ia mengarahkan pandangannya sekilas namun tajam pada Beatari, lalu kembali menatap Rakha dengan sorot menuduh.

“Kamu kenal dia?” bisik Beatari bingung pada Rakha.

Rakha membeku, tak memberikan tanggapan apapun. Matanya yang dipenuhi ketakutan dan penyesalan yang terlambat terus terpaku pada Bella.

“Kenal?” Bella tertawa sinis. “Oh, jelas kenal. Ini ... pacar aku. Pacar yang selama ini selalu bilang nggak punya uang buat ketemu. Pacar yang selalu butuh uang buat ini dan itu.” Bella kembali melirik Beatari dengan tatapan merendahkan. “Ternyata uang yang aku kasih selama ini, dipake buat kencan sama cewe lain,” lanjutnya.

Rakha mencoba meraih tangan Bella, wajahnya memelas. “Bella, dengerin aku dulu,” mohonnya. “Ini ... ini nggak seperti yang kamu liat.”

Bella menarik tangannya kasar, menepis sentuhan Rakha dengan jijik. “Nggak seperti yang aku liat? Terus ini apa, Kha?” tanyanya dengan nada tinggi. “Halusinasi? Aku baru keluar dari kamar mandi dan kebetulan liat pacarku keluar dari bioskop yang sama dengan...,” Bella menelan ludah, berusaha menahan air mata yang mulai mengancam ingin keluar. “Perempuan yang dulu pernah kamu bilang udah kamu putusin,” lanjutnya.

“Kha, ini maksudnya apa sih?” tanya Beatari, mulai merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut.

Rakha masih terpaku pada Bella, wajahnya diliputi kepanikan. “Bella, beneran ... Aku bisa jelasin. Ini ... kebetulan aja ketemu di sini. Kita nggak...,” ucapnya terbata-bata.

"Kebetulan?” Bella tertawa getir. “Keluar dari bioskop yang sama setelah nonton film bareng? Kamu bilang kamu butuh istirahat karena abis balik dari puskesmas. Ternyata istirahat versi kamu itu ... nonton sama dia? Di Bandung? Kota yang sama kayak aku, tanpa aku tahu?” Mati-matian Bella menahan air matanya agar tidak tumpah. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menguatkan dirinya.

“Selama ini...,” suara Bella bergetar hebat. “Semua yang kamu bilang ... apa semuanya bohong, Kha? Kamu tega banget, Kha.” Bella menatap Rakha dengan tatapan yang penuh dengan rasa sakit dan pengkhianatan, lalu menggelengkan kepalanya pelan, seolah tak percaya dengan pemandangan di hadapannya.

“Aku ... aku nggak percaya ini,” lirih Bella. “Setelah semua waktu yang aku abisin ... semua cerita yang kita bagi ... ternyata kamu ….” Ia tak sanggup melanjutkan kata-katanya, dengan langkah gontai, Bella membalikkan badan, berjalan menjauhi Rakha dan Beatari. Bahunya bergetar menahan isakan.

“Bella! Tunggu!” seru Rakha berusaha mengejar Bella. Namun Beatari menahan lengan lelaki itu.

Bella tak menghiraukannya. Ia terus melangkah pergi, meninggalkan Rakha yang terpaku di tempatnya, dengan Beatari yang menatapnya penuh tanya dan kebingungan. Sore di Braga City Walk yang tadinya terasa indah, kini terasa pahit dan penuh luka bagi Bella.

Bella berjalan secepat yang ia bisa, menjauhi keramaian Braga City Walk. Setiap langkah terasa berat, menahan isakan yang ingin keluar. Air mata yang ia tahan mati-matian akhirnya tumpah begitu ia menemukan sudut yang lebih sepi. Ia meremas tasnya erat-erat, mencoba menenangkan diri yang bergejolak. Rasa sakit dan pengkhianatan menghantamnya seperti ombak besar. Ketegaran yang ia tunjukkan di depan Rakha dan Beatari runtuh seketika, digantikan oleh kerapuhan hati yang terluka. Ia mengeluarkan ponselnya dengan tangan gemetar, mencari kontak Nora atau Pramudya, satu-satunya tempat ia bisa mencari penghiburan atas lukanya. Namun niat menghubungi kedua sahabatnya itu ia urungkan, mereka juga sedang menghadapi masalahnya masing-masing.

 

•••

-That's Why He My Man-

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My First love Is Dad Dead
94      85     0     
True Story
My First love Is Dad Dead Ketika anak perempuan memasuki usia remaja sekitar usia 13-15 tahun, biasanya orang tua mulai mengkhawatirkan anak-anak mereka yang mulai beranjak dewasa. Terutama anak perempuan, biasanya ayahnya akan lebih khawatir kepada anak perempuan. Dari mulai pergaulan, pertemanan, dan mulai mengenal cinta-cintaan di masa sekolah. Seorang ayah akan lebih protektif menjaga putr...
Monologue
995      678     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...
OWELL’S TALE
498      353     4     
Short Story
A children sgort story about an albino otter called Owell
XIII-A
1458      889     4     
Inspirational
Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka hanya pernah disakiti terlalu dalam dan tidak pernah diberi ruang untuk sembuh. Athariel Pradana, pernah menjadi siswa jeniushingga satu kesalahan yang bukan miliknya membuat semua runtuh. Terbuang dan bertemu dengan mereka yang sama-sama dianggap gagal. Ini adalah kisah tentang sebuah kelas yang dibuang, dan bagaimana mereka menolak menjadi sampah sejar...
Langkah Pulang
899      552     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...
Metafora Dunia Djemima
188      153     2     
Inspirational
Kata orang, menjadi Djemima adalah sebuah anugerah karena terlahir dari keluarga cemara yang terpandang, berkecukupan, berpendidikan, dan penuh kasih sayang. Namun, bagaimana jadinya jika cerita orang lain tersebut hanyalah sebuah sampul kehidupan yang sudah habis dimakan usia?
Kisah Kemarin
7853      1796     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...
Only One
1710      1008     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
Jalan Menuju Braga
817      569     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Izinkan Aku Menggapai Mimpiku
196      160     1     
Mystery
Bagaikan malam yang sunyi dan gelap, namun itu membuat tenang seakan tidak ada ketakutan dalam jiwa. Mengapa? Hanya satu jawaban, karena kita tahu esok pagi akan kembali dan matahari akan kembali menerangi bumi. Tapi ini bukan tentang malam dan pagi.