Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reandra
MENU
About Us  

Andra memandang langit kamar. Ia kini merasa hidupnya harus lebih baik daripada sebelum ia terjebak oleh Vandra. Bagi Andra jika dahulu semua terasa seperti awan kelabu. Maka, sekarang awan kelabu tersebut harus segera pergi berganti menjadi langit cerah.

Andra tekadnya sudah kuat, ia harus belajar seperti Banu yang mengubah sikap dari anak yang susah diatur yang hanya membuat kedua orang tuaya malu kini menjadi juara satu dalam olimpiade IPS.

Sejak ia dinyatakan tidak bersalah, Andra kini tinggal di rumah Alea. Tante Dahlia yang meminta Andra untuk tinggal di rumahnya mengingat Andra pernah masuk rumah sakit karena asam lambung.

Rumah yang tampak sepi hanya ada suara detak jam dinding. Tante Dahlia sedang mengantarkan Alea untuk cek up di rumah sakit sedangkan Om Pradipta bekerja. Jadilah usai pulang sekolah rumah itu masih tampak sepi. Terdengar suara beli berbunyi, Andra yang sedang asik meonton televisi di ruang tamu langsung berdiri hendak membukan pintu.

Tubuh Andra mendadak kaku begitu pun mulutnya seperti tidak bisa bersuara. Mata Andra berkedip berkali-kali melihat siapa orang yang baru saja membunyikan beli tersebut. Andra pikir itu adalah Alea dan Tante Dahlia, namun dugaanya salah besar.

Andra tak tahu harus bersikap bagaimana apakah ia harus merasa senang atau marah terhadap orang dihadapannya ini.

"Andra," lirih Cakka. Ia lantas meleburkan pelukan pada Andra. Meskipun pelukan itu tidak dibalas oleh Andra.

Cakka mengeluarkan bulir air mata. Ia sungguh senang akhir bisa melihat adiknya. Setelah seminggu yang lalu ia berusaha untuk menolong Andra tapi, keadaan yang tidak memungkinkan.

Ia harus mengejar dosen pembimbing yang sudah berbulan-bulan pergi ke luar negeri membuatnya tidak bisa menghubungi dengan bebas untuk meminta bimbingan skripsi. Di saat dosen pembimbingnya sudah kembali, namun di saat itu juga Cakka harus menerima kabar bahwa Andra ditangkap polisi.

Cakka bingung harus bagaimana terlebih kedua orang taunya yang tidak terlalu peduli dengan keadaan adiknya. Ia tak ingin seperti orang taunya yang membenci Andra tanpa alasan yang jelas, karena Andra hanya punya dirinya begitu pun Cakka hanya punya Andra.

"Lepas!" ujar Andra.

Andra menepis pelukan itu. Dadanya naik turun menahan emosi. Ia tak ingin melihat Cakka berada dihadapannya.

"NGAPAIN LO DI SINI, HA?!" pekik Andra.

"Andra, dengerin penjelasan gua dulu," kata Cakka.

"Gak perlu." Andra Membalik tubub hendak menutup pintu, tapi dengan pergerakan cepat Cakka menahannya.

"Maaf. Maaf gua gak datang saat lo ada masalah."

"Lo boleh pukul gua. Lo boleh lampiasin kemarahan lo ke gua. Asal jangan diemin gua dan pergi dari hidup gua. Gua emang kakak yang gak bisa diandalkan buat lo." Andra meneguk ludah.

"Gua berusaha untuk ada buat lo. Tapi, gua di Bandung lagi ada keperluan jadi belum bisa jenguk lo."

"Jadi keperluan lo lebih penting daripada gua?" tanya Andra memastikan. Cakka menggeleng cepat.

"Bukan gitu maksud gua."

"Pergi! Gua gak butuh lo!" Andra mendorong tubuh Cakka.

"Andra! Jangan gitu sama Bang Cakka!" terik Alea yang baru saja datang langsung dikejutkan dengan pertikaian kedua kakak beradik itu.

"Bang Cakka selau nanya kabar tentang lo sama gua. Meskipun Bang Cakka gak bisa jenguk, tapi dia selalu nanya kabar perkembangan masalah lo ke gua."

"Bang Cakka pengen jenguk lo. Tapi dia belum punya cukup uang untuk ke Jakarta buat liat keadaan lo. Dia harus nunggu gajian part-timenya, dia harus ngejar skripsinya supaya tahun depan gak nambah semester lagi."

"Andra, lo harus tau. Bukan lo aja yang terluka di sini. Tapi, abang lo juga. Dia berusaha nutupin semua itu dari lo. Dia lebih milih dicap jelek dimata lo daripada menjelaskan apa yang terjadi sama dirinya!" Kali ini Alea yang berbicara penuh penekanan.

Andra menggelengkan kepala. Ia sungguh tidak percaya dengan semua itu. Ia pikir, Cakka tak pernah peduli terhadapnya sama seperti kedua orang tuanya. Cakka melangkah mendekati Andra, ia kembali memeluk Andra kali ini lebih erat dengan balasan pelukan dari Andra.

Beberapa detik berlalu, suasana mulai membaik. Mereka pun masuk untuk duduk di ruang tamu. Tante Dahlia memilih menuju dapur membuat kan sedikit makanan untuk kedua keponakannya. Dan Alea milih istirahat usai transfusi darah.

Cakka mengambil cangkir teh yang sudah disuguhkan oleh tante Dahlia. Menyeruputnya perlahan mengurangi rasa kering pada tenggorokan sebelum kembali berbicara.

"Gua udah bilang ke Mama dan Papa tentang lo."

"Mama bilang, dia udah gak berurusan dengan lo itu udah tanggung jawab Papa."

"Papa bilang, lo gak usah dijemput. Katanya, biar lo  belajar mandiri. Belajar bertanggung jawab atas kesalahan lo sendiri." Andra tak menjawab ia hanya mendengarkan.

Cakka meletakkan sebuah kotak dihadapan Andra.  "Ini apa?" tanya Andra bingung pada sebuah kotak kayu yang diberikan oleh Cakka.

"Buka aja. Lo berhak tau sekarang. Semua tentang Papa."

Andra lagi-lagi tak menjawab ia memilih untuk langsung membuka kotak itu. Saat membuka kotak terlihatlah beberapa surat dan foto-foto.

Untuk Mara
Mar, tolong jangan bohong terus, aku lelah.

Pada sebuah surat yang pertama kali terlihat oleh Andra.

Mara, aku tahu tentang pria itu. Aku tahu bukan hanya sekali kamu melakukan ini. Tapi, aku berusaha bertahan demi anak-anak. Aku lelah jika harus terus berpura-pura demi anak-anak.

Surat kedua yang Andra baca.

Aku pergi bukan karena aku ingin menyerah jadi seorang pemimpin dalam keluarga. Aku pergi karena tidak ingin anak-anak tumbuh dalam bayang-bayang kepalsuan dan kebohongan. Jangan hancurkan mereka karena kemarahanmu. Jangan jadikan mereka alat untuk balas dendam.

Udara disekeliling Andra tiba-tiba seperti menipis usai membaca surat ketiga itu. Tangannya menggali lebih dalam pada sebuah kotak kayu kecil itu. Andra menemukan beberapa foto keluarga mereka yang masih tersenyum bahagia bersama. Namun, tangan Andra terhenti pada sebuah foto seorang laki-laki bersama Mama. Dan laki-laki itu adalah ayah tirinya. Daribalik foto tertulis tahun 2019.

Dari foto tersebut Andra dapat menyimpulkan bahwa. Selama ini bukan hanya tetang perceraian dan ketidak cocokan lagi. Tetapi, ada suatu penghianatan, ada luka yang tercabik dalam. Yang sengaja ditutupi Papa demi menjaga perasaan anak-anaknya.

Jadi, selama ini pandangan Andra salah tentang Bara—papanya. Ia pikir Bara adalah orang jahat yang lebih mementingkan karir daripada keluarga. Sehingga Mama merasa tidak dihargai dan memilih pisah dengan Papa. Selama ini, Papa lebih memilih terlihat bersalah dimata anak-anaknya.

"Lo udah lama tau soal ini?" tanya Andra dengan suara lirih. Cakka diam dan mengangguk pelan.

"Gua tau gak sengaja. Waktu gua masih duduk di bangku SMA. Gua penasaran sama ruang kerja Papa."

"Karena penasaran gua pun masuk dan menemukan kotak itu. Gua pengen banget kasih tau soal ini sama lo. Tapi, waktu itu gua disuruh merahasiakan ini dari lo. Papa bilang jangan bilang apa-apa. Dia gak mau kalo misalnya lo membenci Mama. Cukup Papa aja yang dibenci, Mama jangan."

Air mata Andra pun tak dapat dibendung lagi. Perasaannya campur aduk marah, sedih, bingung dan sesal. Kalimat yang keluar dari Cakka seperti pecahan gelas yang menyayat hati.

"Oh iya, ini ada titipan dari Papa buat lo."

Cakka meletakkan goodie bag di atas meja tepat dihadapan Andra. Tanpa kata, Andra membuka bingkisan itu perlahan. Terlihat sebuah kotak ponsel keluaran terbaru di sana. Ponsel yang selama ini ingin ia beli, namun terhalang oleh finansialnya yang hanya seorang anak SMA.

"Itu, kado dari Papa buat lo. Karena, Papa tau kalo lo gak bersalah. Kata Papa lo anak baik, jadi gak mungkin melakukan hal yang tidak mencerminkan seorang anak sekolahan."

"Jadi, itu hadiah dari Papa buat lo."

"Dan uang yang selalu Alea titipin buat lo. Yang katanya dari Om Iyan, itu sebenarnya uang dari Papa. Papa minta tolong Alea buat kasih ke lo. Papa—" Cakka mengangantung kalimatnya. Ia sejenak mengambil és teh yang berada di atas meja dan meneguknya.

"Papa terlalu gengsi buat kasih uang itu secara langsung ke, lo."

"Ndra. Papa itu sayang sama kita, tapi cara Papa memberikan kasih sayang mungkin tidak terlihat oleh kita. Mungkin Papa terlihat cuek dan penuh amarah."

"Papa cuma ingin kita belajar untuk menjadi anak yang mandiri yang tahu bahwa dunia itu memang terkadang kejam. Namun, dibalik sikap itu, Papa gak akan membiarkan anaknya sendirian." lanjut Cakka.

Andra tersenyum dalam keheningan yang menyakitkan. Andra sadar jika, tidak semua kebenaran tersampaikan dengan ringan. Tapi, akan ada saatnya sebuah kebenaran akan tersampaikan meskipun terasa menyakitkan.

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Main Character
3108      1569     0     
Romance
Mireya, siswi kelas 2 SMA yang dikenal sebagai ketua OSIS teladanramah, penurut, dan selalu mengutamakan orang lain. Di mata banyak orang, hidupnya tampak sempurna. Tapi di balik senyum tenangnya, ada luka yang tak terlihat. Tinggal bersama ibu tiri dan kakak tiri yang manis di luar tapi menekan di dalam, Mireya terbiasa disalahkan, diminta mengalah, dan menjalani hari-hari dengan suara hati y...
A Poem For Blue Day
382      285     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
Segitiga Sama Kaki
1420      739     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...
RUANGKASA
53      48     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
7184      2119     1     
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin! Masalahnya, semua sudah terlamba...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5519      1479     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Nuraga Kika
44      40     0     
Inspirational
Seorang idola sekolah menembak fangirlnya. Tazkia awalnya tidak ingin melibatkan diri dengan kasus semacam itu. Namun, karena fangirl kali ini adalah Trika—sahabatnya, dan si idola adalah Harsa—orang dari masa lalunya, Tazkia merasa harus menyelamatkan Trika. Dalam usaha penyelamatan itu, Tazkia menemukan fakta tentang luka-luka yang ditelan Harsa, yang salah satunya adalah karena dia. Taz...
Seharusnya Aku Yang Menyerah
202      169     0     
Inspirational
"Aku ingin menyerah. Tapi dunia tak membiarkanku pergi dan keluarga tak pernah benar-benar menginginkanku tinggal." Menjadi anak bungsu katanya menyenangkan dimanja, dicintai, dan selalu dimaafkan. Tapi bagi Mutia, dongeng itu tak pernah berlaku. Sejak kecil, bayang-bayang sang kakak, Asmara, terus menghantuinya: cantik, pintar, hafidzah, dan kebanggaan keluarga. Sementara Mutia? Ia hanya mer...
FAMILY? Apakah ini yang dimaksud keluarga, eyang?
344      278     2     
Inspirational
Kehidupan bahagia Fira di kota runtuh akibat kebangkrutan, membawanya ke rumah kuno Eyang di desa. Berpisah dari orang tua yang merantau dan menghadapi lingkungan baru yang asing, Fira mencari jawaban tentang arti "family" yang dulu terasa pasti. Dalam kehangatan Eyang dan persahabatan tulus dari Anas, Fira menemukan secercah harapan. Namun, kerinduan dan ketidakpastian terus menghantuinya, mendo...
Unframed
1601      894     4     
Inspirational
Abimanyu dan teman-temannya menggabungkan Tugas Akhir mereka ke dalam sebuah dokumenter. Namun, semakin lama, dokumenter yang mereka kerjakan justru menyorot kehidupan pribadi masing-masing, hingga mereka bertemu di satu persimpangan yang sama; tidak ada satu orang pun yang benar-benar baik-baik saja. Andin: Gue percaya kalau cinta bisa nyembuhin luka lama. Tapi, gue juga menyadari kalau cinta...