Loading...
Logo TinLit
Read Story - Psikiater-psikiater di Dunia Skizofrenia
MENU
About Us  

Bab 21

Kejadian Aneh

 

Lala mengetuk ruangan praktik Dokter Krisna. Tidak ada jawaban. Apakah ruangannya kosong? Lala memutuskan untuk memutar handel pintu dan mencoba membukanya. Bisa. Ternyata, ruangan itu tidak dikunci. Dokter Krisna sedang duduk di belakang mejanya. Lala mendekat dan duduk di kursi kayu cokelat di depan meja Dokter Krisna.

 

Lala melihat dr. Krisna sedang mengetik sesuatu dengan cepat di komputernya. Lala memperhatikan jari-jari Dokter Krisna yang seperti ketukan musik rap itu. Lala bertanya-tanya dalam hati, “Sebenarnya, apa yang ia ketik? Apakah itu ada hubungannya denganku?”

 

Lala ingin melihat apa yang sedang dr. Krisna ketik, tetapi Lala tidak bisa. Layar komputer itu menghadap ke dr. Krisna yang duduk di seberang Lala. Lala hanya bisa melihat kabel-kabel yang menyembul dari belakang komputer, entah kabel apa saja. Sambil menahan debar jantungnya, Lala memberanikan diri bertanya, “Apa sebenarnya yang sedang Anda ketik itu, Dok?”

 

Dr. Krisna menghentikan jari-jemarinya yang berada pada keyboard. Ia menurunkan kacamatanya dan memandang ke arah Lala. Lala berharap ia akan mendapat jawaban dari dr. Krisna. Namun, dr. Krisna diam seribu bahasa.

 

“Apakah itu ada hubungannya dengan penyakit saya? Sudah ada penelitiannya kah? Apakah penyakit saya bisa disembuhkan? Apakah saya akan harus meminum obat seumur hidup?” tanya Lala lagi.

 

Lagi-lagi dr. Krisna diam seribu bahasa. Matanya seperti akan melotot keluar. Urat-urat berwarna kemerahan terlihat di bagian bola matanya yang berwarna putih. Lala berpikir, “Ini pasti karena aku tidak memberinya uang.”

 

Lala merogoh saku bajunya, lalu saku celananya. Kosong. Umpatnya, “Sial! Aku tidak mempunyai uang sepeser pun. Oh, di mana Mama? Aku harus meminta uang kepadanya.”
 

Lala memutuskan untuk keluar ruangan dan meninggalkan dr. Krisna meskipun sesi terapi belum berakhir. Mama sudah mendaftarkannya sejak jauh hari dan hari ini adalah jadwalnya. Lala mencari-cari Mama di luar ruangan, tetapi Lala tidak menemukan Mama di mana-mana.

 

Lala masuk dan keluar dari setiap ruangan yang berada di rumah sakit itu, termasuk kamar mandi. Mama tetap tidak ada. Bahkan bau parfumnya pun tidak tercium. Seorang petugas berseragam putih memarahinya ketika Lala masuk ke sebuah ruangan yang dipenuhi dengan berkas-berkas.

 

Tiba-tiba, Mama sudah ada di belakang Lala sambil membawa bungkusan. Lala mengetahuinya ketika ia berbalik menghadap ke pagar rumah sakit.

 

“Hayo? Ternyata, kamu merindukan Mama juga kan? Kamu tidak bisa hidup tanpa Mama?” goda Mama. Sudut mulut kirinya terangkat sedikit.

 

“Mama dari mana?” tanya Lala, cemas. Sudut-sudut bibirnya tertarik ke bawah.

 

“Mama membeli makanan sebentar,” sahut Mama. Ia mengangkat bungkusan di tangannya tinggi-tinggi. Lalu, ia menurunkannya sedikit sehingga bungkusan itu berada tepat di depan hidung Lala. Lala menghirup baunya yang sedap. Tiba-tiba, ia merasa lapar.

 

“Ya sudah, Ma. Ayo kita pulang!” ajak Lala.

 

“Sebentar. Dokter tidak memberimu obat?” tanya Mama. Lala hanya menggeleng. Ia malas berkata-kata lagi. Ia tak ingin menceritakan kejadian yang dialaminya barusan di ruang dokter kepada Mama.

 

“Tidak bisa begitu. Setidaknya, kamu harus mendapatkan resep yang harus ditebus,” tegas Mama. Ia tergopoh-gopoh ke ruang dokter seraya melemparkan bungkusan makanan ke dada Lala. Beruntung, Lala bisa menangkap bungkusan itu sehingga isinya tidak berhamburan ke mana-mana.

 

“Lihat! Mama tidak seperti kamu. Mama berhasil mendapatkan resep obat. Ayo mengantri di apotek.” Mama bangga.

 

“Jelas saja. Mama kan punya uang,” batin Lala.

 

Mama dan Lala menuju ke apotek. Setelah menyerahkan resep kepada petugas farmasi, Mama mengajak Lala duduk di bangku kayu coklat panjang. Di sebelah Lala, sudah duduk seorang wanita berambut cepat dengan lipstik merah menyala.

 

“Siapa yang sakit, Mbak?” Mama memulai pembicaraan.

 

“Adik saya,” kata mbak itu.

 

“Mbak sedang mengambilkan obat untuknya?” tanya Mama lagi.

 

“Iya,” sahutnya.

 

Lala mengeluarkan novelnya dari tas hitam besarnya dan disodorkannya novel itu kepada mbak itu. Mata mbak itu berbinar dan tanggapnya, “Ini dikasihkan ke saya? Gratis?”

 

Lala menggeleng. Lalu, ia berkata, “Saya menjualnya.”

 

Lala tidak tega memberikan novel itu secara gratis karena ia sudah susah payah menulisnya. Lagipula, uang untuk membeli laptop, dan membayar listrik serta kuota belum balik modal. Tambahan lagi, ia harus membayar biaya berobat yang saat itu belum dikover BPJS.

 

Mbak itu terlihat kecewa. Ia mengembalikan novel itu kepada Lala seraya berkata, “Saya tidak telaten membaca. Ini tidak bisa dibaca sekali duduk.”

 

“Bisa, karena novel ini terbagi dalam bab-bab. Harganya juga murah,” bujuk Lala.

 

“Tidak. Tidak bisa.” Mbak itu bersikeras.

 

Lala menyerah. Ia memasukkan kembali novelnya ke dalam tas. Toh, ia sudah mendapatkan royalty meskipun hanya sepuluh persen. Ia berpikir, “Mengapa berjualan buku lebih susah ketimbang berjualan makanan? Bukankah buku juga berguna? Makanan memang bisa mengandung nutrisi untuk tubuh, tetapi bukankah buku adalah nutrisi untuk otak?”

 

Lala teringat kepada orang-orang yang berkata kepadanya ketika ia menawari mereka buku, “Hobi saya makan, bukan membaca. Makanan penting, tetapi buku tidak penting. Tidak makan bisa mati, tetapi tidak membaca tidak akan mati.”

 

Lala teringat kepada neneknya yang tidak pikun karena hobi membaca. Ia bertanya dalam hati, “Benarkah membaca itu tidak penting?”

 

“Ayo, La! Kita pulang,” ajak Mama.

 

“Sudah dapat obatnya, Ma?” tanya Lala, heran. Ia tidak menyadari ketika Mama beranjak dari sisinya dan mengambil obat itu.

 

“Kamu ini. Dari tadi melamun saja,” gerutu Mama.

 

Mama berlalu menuju ke pemberhentian bus. Lala mengikutinya dari belakang. Mereka segera naik bus ketika bus yang menuju ke arah rumah mereka datang.

 

Tak disangka, seorang pria yang merupakan pasien rawat jalan rumah sakit tadi ikut naik ke dalam bus bersama dengan seorang ibu tua berkerudung. Pasien itu duduk di sebelah Lala dan mengajaknya bicara. Katanya, “Aku ini sakit, tapi otakku masih jalan. Aku suka membuka internet dan website. Pekerjaanku adalah membenarkan apa saja yang salah di internet dan website itu. Aku juga mempunyai website pribadi. Ini alamatnya.”

 

Pria berambut keriting, bertubuh gempal, dan mengenakan kaos oblong lusuh itu menyodorkan secarik kertas yang berisi kode-kode. Lala menyimpannya ke dalam tasnya. Mungkin, pada suatu waktu, ia akan membutuhkannya.

 

Ibunya bercerita, “Anak saya ini insomnia. Kalau sudah bekerja, ia tidak ingat tidur. Saya tidak tega membangunkannya setiap kali ia tertidur tidak peduli kapan pun. Tidurnya sangat jarang. Saya jadi berempati pada orang yang kena insomnia juga.”

 

Lala juga sering tidak bisa tidur, tetapi ia lebih memilih untuk diam saja. Ia takut disuruh meminum obat tidur. Ia tidak menyukainya. Lagipula, ide-ide selalu datang berhamburan saat malam di mana ia tidak bisa tidur.        

 

Akhirnya, Mama mengajak Lala turun dari bus. Celetuk Lala, “Ma, aku lupa menawarkan novel kepada orang itu.”

 

“Tidak apa-apa,” timpal Mama.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
the Last Climbing
1324      574     2     
Romance
Marco melihat rekannya sesama climber, jatuh dan tewas saat latihan panjat tebing. Kejadian itu kerap muncul lagi sebagai mimpi buruk yang membayangi hari-hari Marco. Perkenalan Marco dengan Maryam, mahasiswi aktivis di masjid kampus, membuat Marco semangat lagi untuk menuntaskan kuliahnya. Seorang ibu muncul di hadapan Marco, ingin membalas dendam atas kematian putranya saat latihan panjat t...
CERITA MERAH UNTUK BIDADARIKU NAN HIJAU
158      141     1     
Inspirational
Aina Awa Seorang Gadis Muda yang Cantik dan Ceria, Beberapa saat lagi ia akan Lulus SMA. Kehidupannya sangat sempurna dengan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Sampai Sebuah Buku membuka tabir masa lalu yang membuatnya terseret dalam arus pencarian jati diri. Akankah Aina menemukan berhasil kebenarannya ? Akankah hidup Aina akan sama seperti sebelum cerita merah itu menghancurkannya?
Dinikahi Guru Ngaji
913      625     1     
Romance
Hobby balapan liar selama ini ternyata membuat Amara dipindahan ke Jakarta oleh Kedua orang tuanya, Rafka begitu kahwatir akan pergaulan bebas yang selama ini terjadi pada anak muda seperti putrinya. Namun, saat di Jakarta ternyata Amara semakin tidak terkendali, Rendra akhirnya akan menjodohkan cucunya dengan seorang duda anak satu. Shaka adalah guru Ngaji di TPA tidak jauh dari rumah ...
In Her Place
1576      894     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Je te Vois
1798      922     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
The Boy Between the Pages
2929      1307     0     
Romance
Aruna Kanissa, mahasiswi pemalu jurusan pendidikan Bahasa Inggris, tak pernah benar-benar ingin menjadi guru. Mimpinya adalah menulis buku anak-anak. Dunia nyatanya membosankan, kecuali saat ia berada di perpustakaantempat di mana ia pertama kali jatuh cinta, lewat surat-surat rahasia yang ia temukan tersembunyi dalam buku Anne of Green Gables. Tapi sang penulis surat menghilang begitu saja, meni...
Matchmaker's Scenario
1456      778     0     
Romance
Bagi Naraya, sekarang sudah bukan zamannya menjodohkan idola lewat cerita fiksi penggemar. Gadis itu ingin sepasang idolanya benar-benar jatuh cinta dan pacaran di dunia nyata. Ia berniat mewujudkan keinginan itu dengan cara ... menjadi penulis skenario drama. Tatkala ia terpilih menjadi penulis skenario drama musim panas, ia bekerja dengan membawa misi terselubungnya. Selanjutnya, berhasilkah...
Lantas?
58      56     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
No Longer the Same
766      549     1     
True Story
Sejak ibunya pergi, dunia Hafa terasa runtuh pelan-pelan. Rumah yang dulu hangat dan penuh tawa kini hanya menyisakan gema langkah yang dingin. Ayah tirinya membawa perempuan lain ke dalam rumah, seolah menghapus jejak kenangan yang pernah hidup bersama ibunya yang wafat karena kanker. Kakak dan abang yang dulu ia andalkan kini sibuk dengan urusan mereka sendiri, dan ayah kandungnya terlalu jauh ...
Time and Tears
457      341     1     
Romance
Rintik, siswi SMA yang terkenal ceria dan berani itu putus dengan pacarnya. Hal berat namun sudah menjadi pilihan terbaik baginya. Ada banyak perpisahan dalam hidup Rintik. Bahkan temannya, Cea harus putus sekolah. Kisah masa remaja di SMA penuh dengan hal-hal yang tidak terduga. Tak disangka pula, pertemuan dengan seorang laki-laki humoris juga menambah bumbu kehidupan masa remajanya. Akankah Ri...