Loading...
Logo TinLit
Read Story - Behind The Spotlight
MENU
About Us  

Ren dan Sakha mencak-mencak karena Alan diam saja walaupun diperlakukan demikian oleh Sean. Mereka bersikap sok tua dengan mengeluarkan kalimat-kalimat wejangan. Namun, cowok itu malah tertawa mendengar celotehan dua bayinya. Memangnya dia harus melakukan apa? Sejak dulu Alan tidak peduli akan penilaian orang, sebab susah payah menjelaskan pun jika di mata mereka Alan sudah salah, akan tetap terlihat salah. Lagi pula, mereka belum lama saling mengenal. Terlalu dini menyimpulkan bahwa Sean jahat, sebab tidak semua orang selalu seperti yang terlihat. Mereka bisa lebih buruk dari yang diperkirakan, bisa pula lebih hangat dari yang dipertontonkan. Jadi, Alan memilih mengamati mereka dalam diam.

"Yah, kita pisah kamar. Hasil voting-ku malah nomor sembilan, sih."

Benar, padahal Alan sudah merasa nyaman satu kamar dengan Ren, meskipun dia berisik. Sekarang harus terpisah karena pemilihan kamar sesuai dengan hasil voting terakhir, yang artinya Alan satu kamar dengan Evan. Nuka satu kamar dengan Jean. Sean satu kamar dengan Saga. Kamar terakhir dihuni oleh tiga orang, yakni Sakha, Ren, dan Arthur.

Saat mereka hendak bersantai, tiba-tiba alarm dari ruang rapat berbunyi. Ketiganya langsung bergegas menuju ruangan tersebut, dan begitu sampai sudah ada Evan dan yang lain di sana.

Sebuah monitor tiba-tiba menyala. Tidak ada siapa pun yang muncul, hanya terdengar suara narator.

"Telepon genggam kalian ada di lemari kamar masing-masing. Silakan gunakan untuk berkomunikasi dengan pihak keluarga dan gunakan sebaik mungkin untuk promosi. Buat akun media sosial dengan menyertakan nama The Spotlight di belakang nama kalian. Contoh: Alan The Spotlight. Kalian boleh melakukan siaran langsung di media sosial dengan catatan tidak melakukan sesuatu atau mengeluarkan statement yang merugikan pihak perusahaan, media penyiaran, atau diri kalian pribadi. Challenge selanjutnya diberikan hari Minggu jam 06.00 WIB."

Setelah itu, monitor kembali mati. Mereka langsung bergegas ke kamar masing-masing. Sama seperti yang lain, Alan pun melakukan hal yang sama. Namun, jika teman-temannya tampak antusias karena hendak berkomunikasi dengan keluarganya, Alan justru terlihat cemas.

Pertama, sang bunda sudah pasti menghubunginya dan Alan tidak siap mendengar apa pun untuk saat ini. Kedua, dia dibebani untuk membuat media sosial. Masalahnya, apa yang harus dia suguhkan untuk mempromosikan dirinya sedangkan bicara saja sulit? 

Dia mengambil ponselnya ke kamar, kemudian melipir ke studio rekaman, memilih menyepi di sana. Selama ini dia menghindari media sosial karena malas berinteraksi.

Alan memandangi layar ponselnya yang mulai aktif. Ada debaran aneh di dadanya begitu benda tersebut menyala. Bertepatan dengan itu, serbuan notifikasi masuk, dari teman sekolahnya dulu yang tidak sengaja melihat penampilannya di televisi, juga sang bunda. Dengan tangan sedikit gemetar, Alan mulai membaca pesan bundanya. 

Bunda

Nak, ingat pesan Bunda. Kamu harus terlihat berbeda. Bagaimanapun caranya kamu harus menarik perhatian publik.

Bunda

Di X kamu rame lho, sampai #Alanthespotlight naik. Jadi kamu harus bikin media sosial. Aktif ngobrol sama mereka, nggak peduli kamu capek atau sakit kamu harus terus ngobrol sama mereka.

Bunda

Penyanyi aslinya pun sampai mengapresiasi.

Bunda

Ide kamu bunda suka. Dengan tampil ‘hancur’ di depan mereka, kamu berhasil membuat mereka bersimpati dan menempatkan kamu di nomor satu.

Bunda

Bunda juga aktif banget ngobrol sama mereka biar mereka tau Bunda ramah, kamu ramah, dan semakin besar kesempatan kamu buat menang.

Bunda

Jadi, tolong jangan kecewakan Bunda.

Bunda

Kalau kamu nggak bisa ngomong di depan umum, ayo setiap kamu pegang HP kita latihan di sela-sela kamu latihan untuk kompetisi. Jangan ngeluh capek. Harus ada yang dikorbankan untuk sebuah pencapaian.

Bunda

Buang dulu ego kamu buat jadi penyendiri. Kamu butuh dukungan banyak orang sekarang.

Bunda

Kalau kamu udah pegang HP, balas pesan bunda. Kirim screenshot media sosial kamu, nanti Bunda share biar mereka follow dan bisa ngobrol sama kamu.

Bunda

INGAT, BALAS PESAN MEREKA! BERAPA PUN PESAN YANG MASUK HARUS KAMU BALAS.

Saya

Iya, Bunda.

Pertanyaannya, bagaimana caranya? Jika tiba-tiba mengunggah foto, bukankah aneh? Video apa lagi. Apa yang harus dia katakan dalam video tersebut? Tiba-tiba minta dukungan? Live? Kalau sesuatu yang disiapkan saja bisa berantakan, apalagi bicara secara langsung.

Hal pertama yang Alan lakukan adalah membuat akun instagram, dan hanya dalam hitungan detik setelah dia mengubah foto profilnya, orang-orang berbondong mengikutinya. Nama teman-temannya muncul di rekomendasi. Tanpa mengikuti mereka, Alan mencoba mengintip apa yang mereka lakukan. Dengan percaya diri teman seperjuangannya mengunggah foto selfie mereka.

Apakah Alan juga harus melakukannya? Tapi caption-nya apa? 

Kepalanya celingak-celinguk melihat sekitar, takut ada yang mengintip, kemudian merapikan rambutnya sedikit, dan berfoto. Beberapa kali Alan mengulangnya karena merasa tidak yakin dengan fotonya. Cowok itu kemudian membuka laman Instagram, mencoba mengunggahnya, tetapi memikirkan caption saja pusing.

Akhirnya, Alan mulai mengetik.

Terima kasih dukungannya. Dukung aku terus sampai akhir, ya.

"Gini, ya?"

"Nah, iya, A, gitu."

"Dek!"

Ren spontan tertawa melihat Alan kaget setengah mati. Sejak tadi dia dan Sakha mencari keberadaan lelaki itu, tetapi Alan menghilang begitu saja setelah menerima ponsel masing-masing.

"Kirain digondol Mbak Kun, ternyata lagi mikirin caption," ledek Ren.

Sakha di sampingnya ikut tertawa, sementara Alan tertunduk dengan pipi merona. Bagaimana lagi, dia tidak pernah melakukan ini karena memang tidak mau.

"Followers-nya udah banyak aja, A. Beda, sih, kalau hits."

"Gimana nggak hits, udah ganteng, suara bagus, cool gitu lagi."

"Bukan cool, tapi malu," bantah Alan.

Melihat Alan masih tampak bimbang "Udah, itu posting aja kenapa, sih, banyak banget mikir." 

Dengan ragu, Alan menekan ikon bagikan. Jantungnya kembali berdebar menunggu reaksi mereka. Takutnya mereka tidak suka dan menyerangnya. Untuk saat ini, mereka diam saja sudah bagus. Kalau sampai menyerang, Alan tidak tahu bisa bertahan sampai mana.

Tak lama, notifikasi ponselnya berbunyi. Ren dan Sakha meskipun sibuk dengan media sosial masing-masing, tetapi penasaran juga pada Alan, jadi diam-diam mereka mengintip.

Purplelight01_ Matanya indah banget 🥰 bertahan sampe akhir, ya, Lan.

Sweetsugar_in Ganteng banget please! Benar-benar definisi calon bintang.

Nonanoni Alan, ya ampun suaranya bagus banget! Bertahan sampe akhir oke? Nggak sabar lihat kamu debut!

Tanpa sadar, sudut bibir cowok itu terangkat melengkungkan seulas senyum. Dia tidak menyangka jika mendapat pujian rasanya membahagiakan. Sudah lama dia nyaris tidak pernah mendengarnya, terutama setelah sang ayah pergi. Ayahnya yang selalu bilang, ‘Alan hebat, Alan terbaik, dan Alan sudah bekerja keras.’

"Followan dulu ayo!" ujar Sakha. 

Alan mengangguk, dia membiarkan kedua bayi Marsupilami itu memainkan ponselnya dan mengikuti Instagram mereka, mereka juga melakukan hal yang sama, balik mengikuti Instagram Alan.

"A, janji, ya, kalau nanti terkenal jangan sombong-sombong."

"Apa, sih, Dek. Kita pasti terkenal bareng."

Entah sejak kapan dia mulai memanggil kedua bayi itu dengan sebutan ‘Dek’ tapi Alan nyaman dengan itu. Dia merasa menemukan sesuatu seperti ... keluarga?

***

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, alarm di ruang rapat kembali berbunyi. Dengan perasaan muka bantal mereka semua langsung berlarian ke ruangan tersebut.

Monitor kembali menyala, dan untuk kali kesekian hanya terdengar suara narator dari sana. Pengumuman mengenai challenge selanjutnya.

"Tulis satu lagu yang bercerita tentang kerinduan. Kalian diberi kebebasan untuk memilih genre dan menentukan aransemen. Lagu tersebut akan dibawakan hari Sabtu mendatang."

Kerinduan?

Di saat yang lain mulai gaduh memikirkan apa yang harus mereka tulis, sementara Alan langsung berpikir saat itu juga dan bukan perkara sulit menulis sebuah lagu. Dia mungkin seorang drummer, tapi dia terbiasa menulis lagu sejak duduk di bangku SMP. Awalnya, hanya iseng berpuisi, tetapi kemudian dia bisa menjadikannya sebuah lagu berbekal aplikasi piano dan drum pada ponsel pintarnya. Namun, sampai sejauh ini semua nyaris tidak pernah diperdengarkan pada siapa pun, jadi Alan takut jika hasilnya tidak begitu bagus.

Sakha yang tampak paling gusar. Dia masuk sini saja hanya bermodal suara. Diminta menulis lagu, rasanya nyaris tidak mungkin.

"Kenapa, Dek?" Pelan sekali Alan bertanya.

"Nggak bisa nulis lagu, A."

"Nanti kita belajar bareng oke?"

"Serius?"

Alan mengangguk.

Ren yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka langsung lebur ke dalam obrolan. "Boleh ikut?"

Sekali lagi Alan mengangguk, kemudian mengusap puncak kepala kedua bayinya. Mereka lucu, jadi Alan tidak mau mereka pulang. Alan hanya akan mengajari dasarnya, lirik dan lain sebagainya biar mereka yang menulis sendiri. 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (12)
  • alin

    Semangat yah buat teteh, tetap semangat nulis. Jangan nyerah walau badai terus menerjang.

    Comment on chapter Chapter 1 - Alan versi lebih hidup
  • alin

    Semangat Alan, kamu pasti bisa. Kamu pasti menang. Bismillah, semoga kakak menang, lolos trainee😊

    Comment on chapter Chapter 1 - Alan versi lebih hidup
Similar Tags
TITANICNYA CINTA KITA
0      0     0     
Romance
Ketika kapal membawa harapan dan cinta mereka karam di tengah lautan, apakah cinta itu juga akan tenggelam? Arka dan Nara, sepasang kekasih yang telah menjalani tiga tahun penuh warna bersama, akhirnya siap melangkah ke jenjang yang lebih serius. Namun, jarak memisahkan mereka saat Arka harus merantau membawa impian dan uang panai demi masa depan mereka. Perjalanan yang seharusnya menjadi a...
Sweet Like Bubble Gum
2175      1290     2     
Romance
Selama ini Sora tahu Rai bermain kucing-kucingan dengannya. Dengan Sora sebagai si pengejar dan Rai yang bersembunyi. Alasan Rai yang menjauh dan bersembunyi darinya adalah teka-teki yang harus segera dia pecahkan. Mendekati Rai adalah misinya agar Rai membuka mulut dan memberikan alasan mengapa bersembunyi dan menjauhinya. Rai begitu percaya diri bahwa dirinya tak akan pernah tertangkap oleh ...
God, why me?
289      225     5     
True Story
Andine seorang gadis polos yang selalu hidup dalam kerajaan kasih sayang yang berlimpah ruah. Sosoknya yang selalu penuh tawa ceria akan kebahagiaan adalah idaman banyak anak. Dimana semua andai akan mereka sematkan untuk diri mereka. Kebahagiaan yang tak bias semua anak miliki ada di andine. Sosoknya yang tak pernah kenal kesulitan dan penderitaan terlambat untuk menyadari badai itu datang. And...
A Sky Between Us
78      67     2     
Romance
Sejak kecil, Mentari selalu hidup di dalam sangkar besar bernama rumah. Kehidupannya ditentukan dari ia memulai hari hingga bagaimana harinya berakhir. Persis sebuah boneka. Suatu hari, Mentari diberikan jalan untuk mendapat kebebasan. Jalan itu dilabeli dengan sebutan 'pernikahan'. Menukar kehidupan yang ia jalani dengan rutinitas baru yang tak bisa ia terawang akhirnya benar-benar sebuah taruha...
Simfoni Rindu Zindy
1868      1062     0     
Inspirational
Zindy, siswi SMA yang ceria dan gigih, terpaksa tumbuh lebih cepat sejak ayahnya pergi dari rumah tanpa kabar. Di tengah kesulitan ekonomi dan luka keluarga yang belum sembuh, Zindy berjualan di sekolah demi membantu ibunya membayar SPP. Bermodal keranjang jinjing dan tekad baja, ia menjadi pusat perhatian terkadang diejek, tapi perlahan disukai. Dukungan sahabatnya, Rara, menjadi pondasi awal...
Solita Residen
3004      1212     11     
Mystery
Kalau kamu bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa... bukan berarti kau harus menunjukkannya pada semua orang. Dunia ini belum tentu siap untuk itu. Rembulan tidak memilih untuk menjadi berbeda. Sejak kecil, ia bisa melihat yang tak kasatmata, mendengar yang tak bersuara, dan memahami sunyi lebih dari siapa pun. Dunia menolaknya, menertawakannya, menyebutnya aneh. Tapi semua berubah seja...
Kacamata Monita
3013      936     3     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
Finding My Way
1363      845     3     
Inspirational
Medina benci Mama! Padahal Mama tunawicara, tapi sikapnya yang otoriter seolah mampu menghancurkan dunia. Mama juga membuat Papa pergi, menjadikan rumah tidak lagi pantas disebut tempat berpulang melainkan neraka. Belum lagi aturan-aturan konyol yang Mama terapkan, entah apa ada yang lebih buruk darinya. Benarkah demikian?
BestfriEND
77      70     1     
True Story
Di tengah hedonisme kampus yang terasa asing, Iara Deanara memilih teguh pada kesederhanaannya. Berbekal mental kuat sejak sekolah. Dia tak gentar menghadapi perundungan dari teman kampusnya, Frada. Iara yakin, tanpa polesan makeup dan penampilan mewah. Dia akan menemukan orang tulus yang menerima hatinya. Keyakinannya bersemi saat bersahabat dengan Dea dan menjalin kasih dengan Emil, cowok b...
Atraksi Manusia
746      510     7     
Inspirational
Apakah semua orang mendapatkan peran yang mereka inginkan? atau apakah mereka hanya menjalani peran dengan hati yang hampa?. Kehidupan adalah panggung pertunjukan, tempat narasi yang sudah di tetapkan, menjalani nya suka dan duka. Tak akan ada yang tahu bagaimana cerita ini berlanjut, namun hal yang utama adalah jangan sampai berakhir. Perjalanan Anne menemukan jati diri nya dengan menghidupk...