Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sendiri diantara kita
MENU
About Us  

 

JAM penjas dan olahraga. Bukan waktu yang menyenangkan untuk Arien. Bukan karena takut muka nya bertambah ireng. Cuma malas saja. Arien kurang suka keluar tanpa alasan yang penting, Cuma buat nontonin orang lain olahraga misalnya juga Arien sendiri kurang jago olahraga kecuali beladiri, pencak silat terutama. Arien jagonya

Dilapangan Pak Wusdi Nampak menengahi keributan antara siswa laki-laki dan perempuan yang berebut lapangan. Anak-anak laki-laki ingin bermain sepak bola. Sementara yang perempuan ingin bermain basket.

Pak Wusdi sepertinya sukses membuat siswa laki-laki mengalah. Melangkah keluar dari lapangan serbaguna menuju lapangan futsal di halaman depan dengan muka bersungut sungut. Sementera siswa perempuan terenyum lebar. Muka nya mencerah. Mungkin cerahnya bisa mengalahkan terik matahari pagi

Arien menatap kosong lapangan dengan luas 36 kali 14 meter dihadapannya. Melirik jam tangan Laras lagi. Baru jam delapan lewat dua puluh Masih tiga puluh menit lagi olahraga selesai. Mendengus. Lalu kembali memandangi lapangan.

Di tengah Nampak Pak Wusdi sedang menghela nafas. Tersenyum tipis melihat anak-anak muridnya kembali bermain lagi. Berjalan ke pinggir lapangan menuju teras tempat Arien dan Laras duduk.

“Kalian nggak ikut olahraga nih?” Pak Wusdi bertanya. Duduk disampin Laras

Laras dan Arien menggeleng. “Tidak Pak, Males”

Pak Wusdi manggut manggut. Meraih botol minum nya yang berada didekatnya. Beberapa kali teguk, nampaknya isi botolnya langsung habis.

“Bapak kira kamu anak aktif, Rien” Pak Wusdi menoleh pada Arien yang duduk di samping kiri Laras

“Saya emang aktif kali pak. kalo nggak aktif, yaa saya nggak bakal nongol disini. Mungkin sudah tidur di tanah kali” Arien menjawab lugas. Pak Wusdi Nampak mengernyitkan dahi mendengar jawabannya.

“Maksud Pak Wusdi bukan gituuu” Laras menepuk bahu Arien

“Tapi iya kan? Kalo saya nggak aktif berarti saya dah mati” Arien mengangkat bahu

“Berarti kamu dah mati?” Pak Wusdi bertanya. Pura pura tak paham

“Iya. Ini arwahnya mau bales dendam” lagi lagi dia menjawab asal. mengangkat bahu

“Heh?”

“Ya nggak lah Pak” Arien memperbaiki jawabannya. Pak Wusdi sedang serius apa gimana sih hari ini?

“Arien memang nggak jago—nggak suka olahraga Pak” Laras baik hati menjawab

        “Ooooh.”

“Iya Bapak kira kamu tuh anaknya suka olahraga. Muka mukanya kayak yang suka nongkrong gitu”

“Ya nggaklah pak. Cuma tampilannyaa aja gini. Kayak anak ekstrinsik banget. Gitu kan pak?”

Pak Wusdi mengangguk “Yeah, bahkan bapak sempet ngira kamu cewek basis”

Arien Cuma nyengir. Enak aja mikir gitu.

     Tapi mungkin kalo kalian melihat penampilannya secara langsung kalian akan mengira Arien adalah ketua geng basis. Rambut pendek setelinga dipotong model laki laki, celana cargo nge-press, kaos hitam sama dengan warna celananya. Suka keluyuran pake motor besar—introvert gini dia suka keluyuran walaupun solo, sendirian. Nggak baik tidur-tiduran terus di rumah. Muka bodo amat tapi bisa dipercaya.

Kecuali buat seragam sekolah selain olahraga. Demi tata tertib, Arien pake rok seperti anak perempuan yang lain.

Ketambah tambah ke-ekstrensik-an Arien.

     “Seriusan kamu nggak suka olahraga?” Pak Wusdi bertanya lagi

“Aduh pak, emang muka saya kayak yang nggak bisa serius?. Ya seriuslah pak”

Pak Wusdi manggut manggut “Menurut bapak mah ya, kamu tuh bukan nggak suka olahraga, tapi males olahraga”

“Emang apa bedanya nggak suka sama males Pak?”

“Kamu kayak yang bego pelajaran Bahasa Indonesia aja. Ya beda kali” Pak Wusdi menatap Arien kesal. Susah sekali ngajak ngobrol bocah yang satu ini. Pikirnya

“Emang apa bedanya Pak?”

   “Kalo nggak suka itu emang nggak ada minat bakat disitu. Kalo males kayak sebenarnya kamu ada minat, ah nggak kamu mah bukan minat, sebenaranya kamu ada bakat, tapi nggak dikembangin. Disitu situuu aja. Kayak kamu ngegambar, udah bisa anatomi, tapi nggak dilanjutin sampe lengkap. Ya nggak?” Pak Wusdi menatapku

“Ooh” Arien ber-oh pelan. Lalu memandangi lapangan lagi

Heh, ngerti nggak?” Pak Wusdi melambaikan tangannya didepan mata Arien. Mungkin jengkel beliau sudah bicara panjang lebar tapi Cuma di tanggepin oh doang

    “Arien, ditanya Pak Wusdi tuh” Laras menepuk punggung Arien

“Ngerti kok Pak” akhirnya Arien menoleh

“Terus kenapa cuma oh gitu doang heh?”

Arien menggaruk kepalanya yang tak gatal “Lah terus mau bilang apalagi pak? Setidaknya saya nanggepin omongan bapak kan?”

“Lagian kenapa aku aja yang ditanyain begitu? Laras juga males tapi nggak di wawancarai begini” Arien menunjuk Laras disampingnya. yang ditunjuk melotot

Pak Wusdi menghel nafas. “Kalo Laras emang cuma itu aja kali minat bakatnya. Seni sama matematika doang isi otaknya” agak agak ternyata ngobrol sama anak ini. Pikir guru olahraga itu

“Haaaa betul itu pak!” Laras mengangguk angguk. Setuju dengan kalimat Pak Wusdi tentang dirinya tadi.

“Kalo kata bapak, kamu tuh sebenarnya ada bakat tapi nggak kamu keluarin. Entah apa alasannya kamu kayak nyembunyiin tu bakat”

   Masih sambil menggaruk kepala yang tak gatal Arien menoleh pada Laras “Beliau ini kayak gatau dulu aku 'sekeren' apa dalam olahraga. Mending kau kasih tau, Ras” Laras mengangguk.

“Dia mah emang nggak bisa olahraga dan nggak minat sama sekali di olahraga, Pak. Pas SD pernah dia ikut main sepak bola sama yang lain. habis itu kelasnya kalah. Terus diakeluar karna ada yang mau gabung yang lain. Trus kelasnya main lagi, menang nggak ada dia” Laras baik hati bercerita pada Pak Wusdi. Kalau Arien sendiri yang cerita, entah kenapa suka ketawa ketawa terus,

“Oooh” Pak Wusdi ber-ooh panjang. Manggut manggut

“Tapi kan olahraga nggak mesti sepak bola kali? Barangakali nggak jago sepak bola tapi bisa di olahraga lain. basket misalnya”

Arien mengangkat bahu “Nggak tahu pak. Capek-capek berusaha hasilnya sama aja”

“Emang udah dicoba?”

Arien terdiam. Mengangkat bahu

   “Arien dengerin Bapak. Kayak gitu namanya nyerah. Sepak bola bukan satu satunya olahraga. dan satu jenis olahraga nggak bisa jadi indikator penentu kamu tuh jago olahraga apa nggak. Percaya deh, kamu itu sebenarnya bisa tapi gengsi. Dalam artian terlalu merendah. Udah sepuh kok nyoba ngelawan? Gitu kan motto life kamu?

Ubah Rien, itu yag bikin harga bakat Cuma sedikit. Nggak mau mencoba—Kalo Laras emang begitu doang nasibnya. Seolah biarkan semuanya mengalir sendiri. Gitu kan pikiran kamu?. Ingat ingat Arien, badai tidak akan terjadi bila tidak ada angin, penyebabnya. Tidak ada yang namanya badai muncul sendiri. Semua pasti ada penyebabnya.”

Arien terdiam. Jarang jarang Pak Wusdi ngomong panjang kali lebar begini

“Oke Rien? Ngerti?”

Arien mengangguk

“Nah gitu dong! Itu baru semangat!”

KRRIIIIING! KRRIIIING! Suara bel mengejutkan telinga

Ey? cepet banget dah beres waktunya” Pak Wusdi bangun dari duduknya disebelah Laras

“Ayo semua masuk! Pelajaran siapa habis ini???” Pak Wusdi berseru

“Iya Paaak..” murid murid dilapangan mengangguk. Menuju teras.

Arien dan Laras juga bangun dari duduk. Memasuki gedung SMP.

“Rien?” Laras menepuk pundak Arien. Menyeringai

“Aman kok, Ras. Buatku tadi Cuma selingan. Lagian jarang-jarangkan liat Pak Wusdi ceramah?”

Arien dan Laras tertawa.

Pak Wusdi mungkin benar. kata katanya tadi langsung tertanam begitu saja di pikiranku.

Aku memang sepertinya harus mengganti motto life-ku yang satu itu. Gumam Arien tanpa terdengar oleh orang disampingnya

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Segitiga Sama Kaki
2289      1010     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...
Matahari untuk Kita
3647      1138     9     
Inspirational
Sebagai seorang anak pertama di keluarga sederhana, hidup dalam lingkungan masyarakat dengan standar kuno, bagi Hadi Ardian bekerja lebih utama daripada sekolah. Selama 17 tahun dia hidup, mimpinya hanya untuk orangtua dan adik-adiknya. Hadi selalu menjalani hidupnya yang keras itu tanpa keluhan, memendamnya seorang diri. Kisah ini juga menceritakan tentang sahabatnya yang bernama Jelita. Gadis c...
When Flowers Learn to Smile Again
2485      1618     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
Tebing Cahaya
286      213     1     
Romance
Roni pulang ke Tanpo Arang dengan niat liburan sederhana: tidur panjang, sinyal pasrah, dan sarapan santan. Yang melambat ternyata bukan jaringan, melainkan dirinyaterutama saat vila keluarga membuka kembali arsip janji lama: tanah ini hanya pinjaman dari arang. Di desa yang dijaga mitos Tebing Cahayakonon bila laki-perempuan menyaksikan kunang-kunang bersama, mereka tak akan bersatuRoni bertemu ...
Langit Tak Selalu Biru
154      135     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
Pasal 17: Tentang Kita
184      97     1     
Mystery
Kadang, yang membuat manusia kehilangan arah bukanlah lingkungan, melainkan pertanyaan yang tidak terjawab sebagai alasan bertindak. Dan fase itu dimulai saat memasuki usia remaja, fase penuh pembangkangan menuju kedewasaan. Sama seperti Lian, dalam perjalanannya ia menyadari bahwa jawaban tak selalu datang dari orang lain. Lalu apa yang membuatnya bertahan? Lian, remaja mantan narapidana....
Jalan Menuju Braga
1211      789     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Let Me be a Star for You During the Day
1856      1088     16     
Inspirational
Asia Hardjono memiliki rencana hidup yang rapi, yakni berprestasi di kampus dan membahagiakan ibunya. Tetapi semuanya mulai berantakan sejak semester pertama, saat ia harus satu kelompok dengan Aria, si paling santai dan penuh kejutan. Bagi Asia, Aria hanyalah pengganggu ritme dan ambisi. Namun semakin lama mereka bekerjasama, semakin banyak sisi Aria yang tidak bisa ia abaikan. Apalagi setelah A...
Menjadi Aku
1200      854     1     
Inspirational
Masa SMA tak pernah benar-benar ramah bagi mereka yang berbeda. Ejekan adalah makanan harian. Pandangan merendahkan jadi teman akrab. Tapi dunia tak pernah tahu, di balik tawa yang dipaksakan dan diam yang panjang, ada luka yang belum sembuh. Tiga sahabat ini tak sedang mencari pujian. Mereka hanya ingin satu halmenjadi aku, tanpa takut, tanpa malu. Namun untuk berdiri sebagai diri sendi...
Penerang Dalam Duka
3559      1540     5     
Mystery
[Cerita ini mengisahkan seorang gadis bernama Mina yang berusaha untuk tetap berbuat baik meskipun dunia bersikap kejam padanya.] Semenjak kehilangan keluarganya karena sebuah insiden yang disamarkan sebagai kecelakaan, sifat Mina berubah menjadi lebih tak berperasaan dan juga pendiam. Karena tidak bisa merelakan, Mina bertekad tuk membalaskan dendam bagaimana pun caranya. Namun di kala ...