Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ikhlas Berbuah Cinta
MENU
About Us  

"Kalian berdua sudah sama-sama lulus, apa ke depannya sudah ada rencana?" Pertanyaan Ayah membuat kami menoleh kepada kepala keluarga itu. Demikian halnya Emak yang mengangguk, juga yang ingin menanyakan hal yang sama.

 Saat aku hendak menjawab, seorang yang berada di sampingku terlebih dulu bersuara.

"Yah, Mak. Mawar pengen kuliah. Pengen banget, kalau bisa Mawar harus kuliah, ya?"

Dia tampak memohon. Terlihat memelas saat menangkupkan kedua tangan juga mendukung kalau keinginan terbesarnya adalah kuliah. 

Padahal, aku juga berkeinginan menempuh pendidikan di bangku kuliah.

"Kalau seandainya kalian berdua ingin kuliah, kami tidak ada biaya, Nak." 

Kini Emak yang menjawab. Seketika ruang tamu hening. Tidak ada lagi yang bersuara.

"Dhira, kamu setuju kalau Mawar yang kuliah?" 

Aku terperanjat mendengar perkataan emak barusan. Ujung-ujungnya aku juga yang diberi tawaran untuk mengalah. Seolah itulah takdirku. Entahlah. Rasanya sejak dulu sampai detik ini aku selalu berada di posisi yang selalu mengalah. 

Mawar menoleh kepadaku. Dari sorot matanya tampak benar kalau dia memohon.

"Boleh, ya, Kak. Aku yang kuliah." 

Melihat wajahnya yang penuh semangat itu tentu saja emak dan ayah salut pada kegigihan Mawar, sementara aku hanya diam membisu. Beginilah kalau terlalu sering mengalah. Pada akhirnya akan terus-terusan dipaksa mengalah demi kebaikan.

Aku mengangguk pelan. Tidak kuduga, Mawar langsung memelukku. Seumur-umur pertama kalinya pelukan itu datang. Mau tidak mau, aku tersenyum sambil mengusap punggungnya. 

Ketika dihadapkan dengan hal yang paling diinginkan sekalipun, ternyata dituntut harus mengalah demi orang-orang yang disayang.

Begitupun Ayah dan Emak, kelihatan tersenyum karena aku kembali pasrah dengan keadaan. Kemudian aku pamit masuk kamar, mereka masih berceloteh ria di ruang tamu, sibuk memilih kampus dan jurusan apa yang hendak Mawar pilih.

Aku menghembuskan napas berat. Semoga ada hikmah dibalik rasa ikhlas yang dipaksakan ini.

***

Namaku Nadhira As-syifa. Aku akui, sungguh nama yang cantik. Siapapun pasti menduga, dari namaku tentu akan mengira kalau wajah dan fisik ini secantik namaku. Itu salah besar. 

Aku gadis dengan segala kekurangan, kelemahan, dan tidak ada yang bisa dibanggakan. Kulit sawo matang, tinggi hanya 158 cm, berat badan juga hanya 49 kg, dan masih banyak kekurangan dalam diriku. 

Sangat berbeda dengan adikku, Mawar Rainy. Sesuai namanya, dia seperti bunga mawar saat mekar. Parasnya cantik, putih, tinggi, body goals, otaknya juga cemerlang, bahkan lebih berprestasi dibandingkan aku. Terbukti selama di sekolah selalu menjadi bintang kelas. Bagaimana Ayah dan Emak tidak bangga, coba?

Usia kami terpaut setahun, alasan kami sama-sama lulus SMA adalah, aku pernah nganggur saat lulus SD, sehingga kami menjadi sama-sama lulus SMP dan SMA, meskipun sekolah kami berbeda. Mawar menempuh pendidikan di SMA, sementara aku menuntut ilmu di pondok pesantren. 

Selain perbedaan tadi, dari segi pakaian dan penampilan juga kami sangat jauh berbeda. Mawar selalu tampil cantik dengan pakaian-pakaian kekinian, bahkan dia tidak pernah mau ketinggalan fashion. Sementara aku, sejak SD selalu memakai jilbab lebar, kaos kaki ketika keluar rumah bahkan pakaian yang terkadang menyentuh lantai.

Sejak dulu, keluargaku sering mempermasalahkan penampilanku, mereka juga pernah mengancam kalau aku sampai pakai cadar, akan mencoret namaku dari Kartu Keluarga. Walau berat hati, aku tetap mendengarkan. Mengalah dan mengubur dulu rencana untuk memakai cadar.

Tentang keluarga di rumah ini, selain aku dan Mawar, kami juga memiliki tiga Abang. Anak pertama adalah Bang Munar, sudah menikah tiga tahun lalu, tapi sampai sekarang belum dikaruniai anak. Rumah mereka berada di dekat rumah kami sehingga kak Nisa-istrinya, sering datang ke rumah. Sejak awal aku sudah membaca raut dan tatapan Kak Nisa yang memang tidak suka padaku. Demikian halnya dengan Bang Munar. Dari dulu juga tidak pernah dekat denganku. Namun dengan Mawar, mereka akrab sekali. Tentu saja perlakuan mereka berdua membuatku sangat iri.

Abang kedua bernama Bang Rasyid. dia juga sudah menikah setahun lalu dan tinggal di Kalimantan. Bang Rasyid sangat baik pada, bahkan dia lebih welcome. Bisa dibilang kami memang satu server. Pun dengan istrinya-Kak Aisyah, ramah sekali dan juga bercadar. Kak Aisyah lah yang membuatku berencana akan bercadar.

 Namun, kehadiran Bang Rasyid dan Kak Aisyah sering dianggap tidak ada dan tidak dibutuhkan, sehingga mereka memilih menetap di Kalimantan Barat.

Abang ketiga namanya Leo. dia masih lajang. Aku tidak tahu banyak tentangnya. Emak pernah bercerita kalau Bang Leo pernah menjadi buronan polisi. Aku kira karena itu juga kami menjadi tidak tahu keberadaannya yang entah dimana. Mendekam di penjara? Atau masih berkeliaran? Ayah dan Emak tidak berniat untuk mencari tahu. 

Sifat dan karakter semua saudaraku jugalah yang menjadi alasan untuk mengalah kepada Mawar. Selain itu, Ayah dan Emak juga sudah tidak mampu lagi bekerja, sehingga pendapatan keluarga terus menurun. 

Bahkan, toko grosir milik kami pun terancam tutup. Selain karena persaingan dagang yang semakin ketat, banyak juga bermunculan toko grosir sejenis di setiap sisi. 

Dulu, Ayah dan Emak tergolong pengusaha dan orang berada. Mereka memiliki puluhan ruko, bus sekolah, angkutan umum, bahkan lahan yang berhektar-hektar. Namun, itu dulu saat abang-abangku masih anak-anak.

Sayangnya, terlahir dari keluarga kaya membuat mereka lalai dan sering berfoya-foya, sehingga kekayaan itu secara perlahan hilang dalam sekejap. Saat aku lahir, kami sudah menempati rumah sederhana ini. Sebuah rumah dengan kondisi setengah beton yang memiliki tiga kamar. 

Rumah kami berdiri di antara bangunan mewah nan menjulang tinggi, yang seolah menertawakan kalau kami berada di kelas bawah. Hanya lahan di belakang rumah yang tersisa. Di lahan itulah, Ayah dan Emak berkebun.

Saat aku berumur lima tahun dan Mawar empat tahun, Ayah pernah mengajak kami jalan-jalan keliling kota dengan mengendarai motor. Mungkin kendaraan ini merupakan satu-satunya harta yang tersisa setelah rumah dan lahan kebun terjual habis. Mawar duduk di depan, sementara aku di belakang. Aku memeluk erat tubuh Ayah dan kami tertawa bersama. Sama halnya dengan Ayah, saat itu seolah tak ada beban apapun di pundaknya.

"Ayah akan menyekolahkan kalian tinggi-tinggi sampai sarjana," ujar Ayah lantang. Membuat aku dan Mawar bersorak kencang hingga motor menjadi sedikit oleng. 

Naasnya, bertepatan dengan itu, sebuah mobil pribadi secara tidak terduga telah menghempaskan kami dengan jarak yang sangat jauh. Ayah sigap menggendong Mawar, sementara aku, terlerai sejauh delapan meter. Tubuh sisi kiriku membentur batu, terutama kepala. Banyak darah keluar dari telinga kiriku. Tanganku tidak bisa digerakkan. 

Saat masih sadar dengan tatapan kosong, aku sempat melihat mobil itu putar-balik. Sempat pula aku mendengar suara seorang anak perempuan berteriak. Pelan tetapi pasti, aku mulai tidak mendengar apa-apa lagi dan yang kulihat hanya gelap. 

Dalam kondisi seperti ini, aku memohon kepada Allah agar nyawaku jangan dulu dicabut, karena masih ingin sekolah tinggi sampai sarjana sesuai janji Ayah.

***

"Kak Dhira ikhlas, kan, kalau aku yang kuliah?" Saat itu aku sedang berada di dapur menyiapkan makan malam, sementara Mawar hanya berdiam diri. Sekalipun dia tidak pernah membantu memasak. Huhh!

Aku tersenyum sangat tulus dan ikhlas. Walaupun Ayah tidak menepati janjinya agar kami sekolah tinggi-tinggi, aku tidak menunjukkan kekecewaan sama sekali.

"Maka dari itu rajinlah belajar. Melihat tekadmu yang kuat ingin kuliah, Kakak sudah sangat senang," jawabku sambil menyelipkan nasehat kepadanya. 

Mawar tersenyum. Tiba-tiba terdengar seseorang mengucapkan, "Memang seharusnya Mawar yang kuliah." 

Aku yang tadi tersenyum, langsung terdiam begitu melihat siapa yang datang. Dia adalah Kak Nisa. Selalu begitu, saat tiba waktunya makan, tidak pernah absen datang ke rumah. Paling kesalnya, dia sering mencampuri urusan kami. Malahan, sering mengompori antara aku dan Mawar. Daripada meladeni, aku memilih mengaduk sayur yang sedang dimasak.

"Kuliah itu gimana sih, Kak?" tanya Mawar, kepada Kak Nisa. 

Kini mereka berdua duduk di meja makan. Mengobrol lagi seperti biasanya.

"Seru, Dek. Kakak yakin kamu juga akan betah kalau kuliah. Secara kamu juga berprestasi," puji kak Nisa

Begitulah mereka. Saling bercerita banyak hal diselingi cekikikan dan terlihat tampak akrab tanpa menghiraukan keberadaanku. Seolah aku tidak ada di sana.

"Oh iya. kamu gak pengap apa memakai baju lebar itu di rumah? Lagian hanya ada Abang dan Ayah saja?" tanya Kak Nisa yang entah sudah berapa kali menanyakan hal ini kepadaku.

Kak Nisa memang tidak pernah memakai jilbab di rumah, termasuk di sekitar komplek. Kak Nisa dan Mawar memang sesempurna itu bagi semua orang.

"Gak, Kak," jawabku singkat.

Mereka kembali mengobrol banyak hal. Sekarang tampak berbisik-bisik sehingga aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Baguslah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Our Perfect Times
2153      1153     8     
Inspirational
Keiza Mazaya, seorang cewek SMK yang ingin teman sebangkunya, Radhina atau Radhi kembali menjadi normal. Normal dalam artian; berhenti bolos, berhenti melawan guru dan berhenti kabur dari rumah! Hal itu ia lakukan karena melihat perubahan Radhi yang sangat drastis. Kelas satu masih baik-baik saja, kelas dua sudah berani menyembunyikan rokok di dalam tas-nya! Keiza tahu, penyebab kekacauan itu ...
Di Bawah Langit Bumi
3467      1485     87     
Romance
Awal 2000-an. Era pre-medsos. Nama buruk menyebar bukan lewat unggahan tapi lewat mulut ke mulut, dan Bumi tahu betul rasanya jadi legenda yang tak diinginkan. Saat masuk SMA, ia hanya punya satu misi: jangan bikin masalah. Satu janji pada ibunya dan satu-satunya cara agar ia tak dipindahkan lagi, seperti saat SMP dulu, ketika sebuah insiden membuatnya dicap berbahaya. Tapi sekolah barunya...
Imajinasi si Anak Tengah
3625      1924     16     
Inspirational
Sebagai anak tengah, Tara terbiasa berada di posisi "di antara" Di antara sorotan dan pujian untuk kakaknya. Dan, di antara perhatian untuk adiknya yang selalu dimanjakan. Ia disayang. Dipedulikan. Tapi ada ruang sunyi dalam dirinya yang tak terjamah. Ruang yang sering bertanya, "Kenapa aku merasa sedikit berbeda?" Di usia dua puluh, Tara berhadapan dengan kecemasan yang tak bisa ia jel...
JUST RIGHT
159      137     0     
Romance
"Eh, itu mamah bapak ada di rumah, ada gue di sini, Rano juga nggak kemana-mana. Coba lo... jelasin ke gue satu alasan aja, kenapa lo nggak pernah mau cerita ke seenggaknya salah satu dari kita? Nggak, nggak, bukan tentang mbak di KRL yang nyanggul rambutnya pakai sumpit, atau anak kecil yang lututnya diplester gambar Labubu... tapi cerita tentang lo." Raden bilang gue itu kayak kupu-kupu, p...
TANPA KATA
48      43     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.
PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
848      578     0     
Fan Fiction
Dazzle Lee Ghayari Rozh lahir dari keluarga Lee Han yang tuntun untuk menjadi fotokopi sang Kakak Danzel Lee Ghayari yang sempurna di segala sisi. Kehidupannya yang gemerlap ternyata membuatnya terjebak dalam lorong yang paling gelap. Pencarian jati diri nya di mulai setelah ia di nyatakan mengidap gangguan mental. Ingin sembuh dan menyembuhkan mereka yang sama. Demi melanjutkan misinya mencari k...
Fidelia
2471      1129     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
Catatan Takdirku
1945      1034     6     
Humor
Seorang pemuda yang menjaladi hidupnya dengan santai, terlalu santai. Mengira semuanya akan baik-baik saja, ia mengambil keputusan sembarangan, tanpa pertimbangan dan rencana. sampai suatu hari dirinya terbangun di masa depan ketika dia sudah dewasa. Ternyata masa depan yang ia kira akan baik-baik saja hanya dengan menjalaninya berbeda jauh dari dugaannya. Ia terbangun sebegai pengamen. Dan i...
CERITA MERAH UNTUK BIDADARIKU NAN HIJAU
158      141     1     
Inspirational
Aina Awa Seorang Gadis Muda yang Cantik dan Ceria, Beberapa saat lagi ia akan Lulus SMA. Kehidupannya sangat sempurna dengan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Sampai Sebuah Buku membuka tabir masa lalu yang membuatnya terseret dalam arus pencarian jati diri. Akankah Aina menemukan berhasil kebenarannya ? Akankah hidup Aina akan sama seperti sebelum cerita merah itu menghancurkannya?
Segitiga Sama Kaki
1423      740     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...