Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sebelah Hati
MENU
About Us  

“Mama pulang aja ke rumah.” Kak Redho datang sejam setelahnya. Sebelum ke rumah sakit, mengantarkan Mbak Rika ke rumah orang tuanya di Bekasi. Ya, Kak Redho berkeras akan menunggui Papa. Dan menyuruh Mama pulang. Aku tahu, usahanya akan sia-sia saja melihat betapa keukeuh-nya Mama.

Mereka sempat bersitegang. Aku dan Erlan hanya jadi penonton. Papa tidur beberapa saat yang lalu.

“Jangan bantah Mama.” Mama melebarkan bola matanya. Tanda sudah sangat sebal. Bibirnya tak ada senyum sama sekali sejak Kak Redho mulai berargumen.

Mama dan Kak Redho memang sering berselisih paham begini. Maksudnya mereka baik semua, hanya saja tak bisa mengerti satu sama lain. Sama-sama tak mau mengalah.

Tas ku bergetar. Siapa yang meneleponku jam sebelas malam? Aku beringsut keluar ruangan. Erlan melihatku keluar ruangan dengan tak rela.

Praja calling…

“Halo, Kak,”

“Belum pulang, Aya?”

“Belum, Kak. Mama dan Kak Redho masih rebutan menginap disini.” Akhirnya aku kesal juga. Menghadapi tingkah mereka.

“Redho cerita mau menginap.”

“Iya, Kak. Mama disuruh pulang engga mau.”

“Oh begitu.” Telepon terputus, setelah sekali lagi memintaku pulang untuk istirahat.

Ada chat dari Alfian.

Alfian : Hai

Kanaya : Hai, maaf baru bls. Aku di rs.

Hitungan detik saja, dan langsung dibalas.

Alfian : Siapa yg sakit?

Kanaya : Papa kena stroke ringan.

Alfian : Ya Allah, yg sabar Kan,

Kanaya : InsyaAllah, Kak

Alfian : Sma siapa di rs?

Kanaya : Semuanya disini kok. Ini mau pulng.

Alfian : Careful ya. Boleh aku tahu di rs mana?

Kanaya : RS Sehati, bougenvill 2

Alfian : Insyaallah bsok aku kesna, toh sabtu.

Kanaya : Ga perlu repot, Al

Alfian : No repot kok Kan

Aku menghembuskan nafasku. Kenapa begini berat rasanya?

 

>.<

 

  “Mbak.” Erlan menyenggol bahuku. Membuyarkan lamunanku. “Mama udah ribut itu.” Mukanya memelas.

“Sana ke RS dulu, makanannya udah disiapin Bik Tami kan?”

“Mbak, pleaseee, aku ada janji sama Risma ini,” pantas, masih jam tujuh pagi dihari sabtu dan Erlan sudah berpakaian rapi begini.  Aku bersedekap. “Aku terlanjur janji mau antar ke Bogor, ke rumah neneknya.” Raut mukanya tak berdaya dengan rengekan Risma.

“Bilanglah Papa masuk RS.”

“A, aku engga bisa, Kak. Neneknya juga lagi sakit,” ia meringis.

Stupid Erlan.

“Sekarang begini, penting Papamu atau nenek dia?” aku memberinya pilihan. “Kalo penting Papamu, tetap disini.”

“Tapi kan ada Mama, Kak redho, Kak Kanaya juga.” Ni bocah kayak engga tahu gimana sifat Mama aja.

“Kalo penting nenek si Risma itu, keluar dari rumah,” desisku.

Wajahnya pias.

“Kakak bukannya nakutin kamu. Tapi kamu tahu sendiri gimana Mama. Bisa marah besar kalau tahu kamu malah pergi.”

“Kak, tolong bantu aku lah.” Wajahnya memelas.

“Kakak engga bisa bantu, Lan. Kakak harus ke kantor bentar, ada urusan urgent sebentar. Terus ke RS.”

“Non, ini makannya Ibu sama Mas Redho.” Bik Tami menata beberapa wadah diatas meja.

“Makasih, Bik.” Aku menuntaskan nasi gorengku. Segera bangkit. Menyeret tas tangan. “Bawa ini ke RS, Lan.” Berlalu dari Erlan yang tampak sangat merana.

 

>.<

 

“Kenapa tak katakan kalau orangtua mu masuk RS, Kanaya?” Pak Ghaisan menatapku tajam disela rapat. Siapa yang bilang? Tentu aja Sasi. Ia melengos dari tatapanku.

“Maaf, Pak. Saya rasa tidak perlu diketahui.” Kini giliran aku yang disorot. Semua mata menatapku.

“Kita break,” Pak Ghaisan berjalan keluar ruang rapat. Raut wajahnya tak bisa tebak.

Beberapa berbasa-basi menanyakan sakit Papa, sebelum keluar ruangan. Aku masih diam ditempat saat Sasi beringsut ke samping.

“Maaf ya Nay, aku keceplosan tadi. Em, aku lagi teleponan sama Okan, engga tahu kalau Pak bos dideketku.” Sasi berkata lirih. “Ya, dia denger deh.”

“Ya, engga apa, Sas. Engga perlu minta maaf juga. Toh itu yang terjadi.” Aku tersenyum menenangkan Sasi.  

Sudah jam sepuluh lewat. Tadi Mama melaporkan kalau makanannya sudah sampai RS. Dan yang tak diduga, Erlan minta ijin Mama ke Bogor. Yah, pakai debat sebentar, sebelum diperbolehakn sama Mama, dengan catatan tak sampai malam. Sungguh beruntungnya kamu, Lan.

Yang paling tak kusangka, tengah hari setelah selesai rapat darurat, Pak Ghaisan memintaku mengantarkan ke RS, menjenguk Papa. Sasi menatapku dalam. Seakan bilang, aku bilang juga apa. Apa apaan coba?

 

>.<

 

Yang paling tak kuduga terjadi. Aku berpapasan dengan Praja dan Alfian di lobby RS. Sepertinya mereka bertemu di kamar Papa. Karena jam besuk di RS ini terbatas, tentu saja semua bisa berbenturan begini.

“Tanteeee.” Rifa berlari kecil ke arahku. Rok merahnya berkibar. Senyumnya sangat lebar. Dua kucirnya bergoyang lucu. Mau tak mau aku tersenyum geli.

“Hai Rifa.” Aku berjongkok, dan Rifa langsung memelukku erat. Pak Ghaisan tampak takjub melihat pemandangan ini.

“Rifa kangennnn, tau engga?” tanyanya dengan polosnya.

“Iya, Tante tahu.” Gemasnya, aku menjawil hidung kecilnya.

“Ihhh kangen engga?” rengeknya, mulai dengan manyunnya.

“Kangen, Rifa,”

Seketika Rifa berbalik kearah Alfian, “Tuh denger, Pap, Tante Naya kangen Rifa juga,”

Alfian hanya tersenyum kecil. “Iya, Rifa. Sekarang biarin Tante tengok Kakek Yudha dulu.”

Aku melongo, Kakek Yudha?

“Kakek Yudha bilang, udah sembuh kok. Besok bisa pulang. Terus main-main di taman sama Rifa deh.”

“Iya, Rifa. Nanti kita makan es  krim lagi.”

“Janji ya, Tante?” setelah berjanji kelingking, barulah Rifa mau berlalu digandeng Alfian.

 

>.<

 

Si Kakek Yudha tampak segar bugar melayani tiap obrolan Pak bos. Aku sudah duga, Papa akan cepat recovery. Tak perlu menunggu lama. Karena Papa tipe yang tak bisa diam.

Mama beringsut mendekatiku.  Kak Redho keluar katanya.    

“Itu pak bos, apa semua orang tua karyawannya ditengok?” bisik Mama. Kontan aku menggeleng. Mama mesem. “Mama jadi bingung.”

Aku mengeryit. “Bingung kenapa, Ma?”

“Mana yang pantes buatmu.”

“Pantes apaan,” celetukanku tak penting, sesungguhnya aku pun berdebar. Menunggu ocehan Mama soal banyaknya laki-laki yang datang. Untung Mama tak mengabari Bima.

“Mama engga buta, Kanaya. Mereka semua mencoba menarik perhatianmu.” Mata Mama berkilat. 

Please, Ma… jangan diperjelas begitu.

 

>.<

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Surat yang Tak Kunjung Usai
1718      1065     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...
Deep End
101      92     0     
Inspirational
"Kamu bukan teka-teki yang harus dipecahkan, tapi cerita yang terus ditulis."
PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
1110      729     0     
Fan Fiction
Dazzle Lee Ghayari Rozh lahir dari keluarga Lee Han yang tuntun untuk menjadi fotokopi sang Kakak Danzel Lee Ghayari yang sempurna di segala sisi. Kehidupannya yang gemerlap ternyata membuatnya terjebak dalam lorong yang paling gelap. Pencarian jati diri nya di mulai setelah ia di nyatakan mengidap gangguan mental. Ingin sembuh dan menyembuhkan mereka yang sama. Demi melanjutkan misinya mencari k...
Rumah?
114      106     1     
Inspirational
Oliv, anak perempuan yang tumbuh dengan banyak tuntutan dari orangtuanya. Selain itu, ia juga mempunyai masalah besar yang belum selesai. Hingga saat ini, ia masih mencari arti dari kata rumah.
Qodrat Merancang Tuhan Karyawala
3308      1776     0     
Inspirational
"Doa kami ingin terus bahagia" *** Kasih sayang dari Ibu, Ayah, Saudara, Sahabat dan Pacar adalah sesuatu yang kita inginkan, tapi bagaimana kalau 5 orang ini tidak mendapatkan kasih sayang dari mereka berlima, ditambah hidup mereka yang harus terus berjuang mencapai mimpi. Mereka juga harus berjuang mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang yang mereka sayangi. Apakah Zayn akan men...
Paint of Pain
3192      1798     38     
Inspirational
Vincia ingin fokus menyelesaikan lukisan untuk tugas akhir. Namun, seorang lelaki misterius muncul dan membuat dunianya terjungkir. Ikuti perjalanan Vincia menemukan dirinya sendiri dalam rahasia yang terpendam dalam takdir.
Je te Vois
2299      1289     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
Smitten Ghost
432      346     3     
Romance
Revel benci dirinya sendiri. Dia dikutuk sepanjang hidupnya karena memiliki penglihatan yang membuatnya bisa melihat hal-hal tak kasatmata. Hal itu membuatnya lebih sering menyindiri dan menjadi pribadi yang anti-sosial. Satu hari, Revel bertemu dengan arwah cewek yang centil, berisik, dan cerewet bernama Joy yang membuat hidup Revel jungkir-balik.
Fusion Taste
386      329     1     
Inspirational
Serayu harus rela kehilangan ibunya pada saat ulang tahunnya yang ke lima belas. Sejak saat itu, ia mulai tinggal bersama dengan Tante Ana yang berada di Jakarta dan meninggalkan kota kelahirannya, Solo. Setelah kepindahannya, Serayu mulai ditinggalkan keberuntunganya. Dia tidak lagi menjadi juara kelas, tidak memiliki banyak teman, mengalami cinta monyet yang sedih dan gagal masuk ke kampus impi...
The First 6, 810 Day
1968      1196     2     
Fantasy
Sejak kecelakaan tragis yang merenggut pendengarannya, dunia Tiara seakan runtuh dalam sekejap. Musik—yang dulu menjadi napas hidupnya—tiba-tiba menjelma menjadi kenangan yang menyakitkan. Mimpi besarnya untuk menjadi seorang pianis hancur, menyisakan kehampaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dalam upaya untuk menyembuhkan luka yang belum sempat pulih, Tiara justru harus menghadapi ke...