Loading...
Logo TinLit
Read Story - Monologue
MENU
About Us  

Ruang dapur masih setengah gelap. Suara air mendidih dari panci kecil menyatu dengan gesekan sendok yang pelan. Anka berdiri di dekat jendela, memandangi hujan pagi yang jatuh seperti detik yang tak bisa dicegah.

Ailova masuk tanpa suara. Wajahnya pucat, rambutnya digulung asal. Dia meletakkan buku kecil berwarna kuning di meja.

"Lo tidur di sofa lagi?" tanyanya tanpa melihat Anka.

Anka diam. Tangannya mengepal di sisi celana. Lalu menjawab, lirih, "Daripada di teras."

Ailova menoleh. "Naskah itu lagi?"

Anka mengangguk pelan. "Ada sesuatu yang membuat gue harus mendalaminya. Kayak... ada yang mengintip hidup gue secara nggak langsung."

Ailova menatap adiknya, cukup lama. Mata yang lelahnya tak bisa menyembunyikan rasa sayang—atau rasa peduli.

"Lo bukan tokoh dalam dunia fiksi." suaranya nyaris hanya bisikan. "Lo bukan sesuatu yang bisa ditulis ulang oleh siapa pun."

Anka menahan napas. Bibirnya membuka, tapi tak ada kata yang keluar. Anka menunduk. Hujan di luar terdengar makin deras.

Ailova tidak pernah akan melupakan hari itu. Dia berusaha keras mencari-cari loker persembunyian yang tidak akan pernah ditemui adiknya—sepulang dari kantor pencatatan sipil untuk memperbarui data kartu keluarga.

Hanya ada satu hal yang dia takuti. Anka mengetahui bahwa dalam kartu keluarga terbaru, hanya tercatat dua nama—Langitsha Ailova dan Langitheo Ankaa.

Untuk ukuran anak berseragam SMP, Anka pasti bertanya-tanya. Ke mana nama orangtuanya? Siapa yang tega menghapus? Banyak tanya akan Anka lontarkan. Atau... menuduh Ailova yang meminta pihak pencatatan sipil menghapus data orangtuanya.

Namun saat itu, hanya ada satu kalimat lirih dari Anka. "Jadi sekarang kita cuma berdua ya, Kak?"

Ailova susah payah mengangkat pandangannya yang sedari tadi menunduk kaku. Bibirnya terkatup rapat. Remasan tangannya pada salinan kartu keluarga sebagai pelampiasan dari rasa cemas itu.

"Anka?"

"Iya, Kakak Ailova?"

Anka mendekat. Tersenyum tenang. Senyumnya selalu begitu. Meruntuhkan pertahanan isak tangis yang telah lama Ailova redam. "Aku nggak akan ninggalin kakak sendirian dalam kartu keluarga."

"Mandi sana!" Ailova memutar tubuh Anka ke arah kamar mandi, berusaha menutup air matanya yang mulai luruh. Dia mendorong adiknya masuk. Isak tangis itu terus terdengar hingga Anka selesai mandi.

Anka yang masih berseragam SMP masih menunjukkan rasa cemas pada kakaknya.

Namun, saat Anka memasuki usia tujuh belas tahun, dia seolah mati rasa. Pandangannya lebih sering datar. Nada bicara yang dulu diiringi senyum, kini hanya menyisakan lengkungan tipis membentuk kata-kata. Tawa yang dulu lepas, kini hanya muncul lewat video lucu yang tak sengaja lewat di beranda sosial media.

Anka-nya telah lama mati. Entah di mana letak senyumnya yang dulu.

Anka-nya telah lama mati. Entah di mana letak tawanya yang dulu.

Ailova sedikit... rindu.

Tapi Ailova pun sama. Telah lama mematikan perasaannya. Maka doktrin yang selalu dia ulang pada Anka sejak kecil, "Pernyataan cinta itu nggak penting. Bersikaplah seolah-olah kamu peduli." Menjadi mantra paling ampuh.

Anka akan bersikap peduli, berlari-lari di lorong rumah sakit. Seperti ketakutan bahwa daftar nama dalam kartu keluarga itu hanya ada dirinya yang tersisa. Nyatanya, Anka hanya bersikap seolah peduli. Seolah Anka adalah adik yang sangat menyayangi Ailova.

Mengetahui Ailova tidak dalam masa kritis, esoknya Anka akan kembali ke kantor redaksi. Seperti tanpa beban. Kembali pada rutinitas hariannya. Hari libur, Anka masih berkutat dengan naskah. Tidak ada waktu luang dengan Ailova. Sekedar sama-sama mencurahkan hari-hari lelah, tawa bersama, makan dan jalan-jalan bersama. Atau meramaikan kursi bioskop yang kadang hanya dipenuhi sepasang kekasih.

Anka versi dewasa adalah Ailova versi setelah kedua orangtuanya tidak baik-baik saja.

Apakah emosi negatif itu menular?

Tidak apa-apa orangtua tidak akan pernah kembali, asalkan Anka dan Ailova selalu kembali pada rumah yang sama.

Sudah dua belas tahun berlalu. Rasa hangat kebersamaan itu seperti apa?

Anka tau, sisi dirinya telah jauh dari Ailova. Anka tau, kakaknya diam-diam memerhatikannya. Anka tau, Ailova yang selalu memberinya selimut saat dirinya tertidur di atas sofa.

Memang, siapa lagi?

***

Langkah Anka terhenti di depan taman kecil dekat rumahnya. Hujan baru saja reda. Seorang balita perempuan berlarian mengejar kucing liar, tertawa riang. Di pergelangan kakinya, ada gelang kecil melingkar dengan suara gemerincing pelan setiap kali dia melangkah.

Denting. Denting.

Suara itu memukul keras indra pendengaran Anka, tapi yang terasa nyeri justru dadanya. Suara logam kecil itu bukan sekadar bunyi. Ada sesuatu di baliknya—sesuatu yang seperti pernah menyentuhnya.

Dia berdiri diam, memaku pandangan ke arah lain. Dunia di sekitarnya pelan-pelan memudar. Yang ada hanya suara denting itu.

Gelang kaki.

Anka mengerutkan dahi. Dia pernah memakaikannya pada seseorang. Tangannya sendiri yang melingkarkan gelang itu di pergelangan kaki mungil. Tapi kapan? Dan di mana?

"Anka?"

Suara Ailova membuyarkan lamunannya.
"Lo kenapa diam di sini?"

Anka masih diam. Kembali menatap balita perempuan itu.

"Gelang kaki itu..." gumamnya pelan.

"Kenapa?"

"Gue pernah... pakein itu ke seseorang. Tapi gue lupa."

"Lo yakin itu kenangan, bukan cuma perasaan aneh?"

"Nggak. Ini nyata. Ada tangan kecil. Ada tawa... dan gelang itu bunyi. Persis."

"Anka," Ailova menghela napas, mendekat, "kemungkinan besar, lo lagi hanyut dalam naskah."

"Nggak, ini bukan tentang naskah. Ini dari dalam memori gue sendiri."

Hening.

Ailova melirik Anka. Adiknya terlihat lebih pucat dari biasanya. Bibirnya menegang, tatapan matanya kosong. Gestur tubuh Anka saat berdiri terlihat jelas. Seperti tengah menahan gemuruh.

"Mungkin... ada bagian dari hidup lo yang nggak pernah sempat dikasih tahu," ucap Ailova, pelan.

"Maksud lo?" Ailova menggigit bibirnya. Seperti tengah memikirkan sesuatu, tapi tak jadi bicara.

"Bukan apa-apa."

"Lo bohong," lirih Anka.

"Nggak semua kebenaran bisa lo tanggung."

"Jadi memang ada yang lo tutupin?"

Balita perempuan itu tertawa, memanggil ayahnya. Suara gelang itu kembali berdenting, dan kali ini, seperti mengguncang sesuatu dalam diri Anka.

"Kenapa suara itu bikin gue kayak... ditarik ke tempat yang nggak pernah gue datengin?"

"Mungkin, lo memang pernah ke sana."

Anka memandang Ailova. Lama. Lalu berkata tanpa suara,

"Siapa Denting sebenarnya?"

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
(not) the last sunset
621      434     0     
Short Story
Deburan ombak memecah keheningan.diatas batu karang aku duduk bersila menikmati indahnya pemandangan sore ini,matahari yang mulai kembali keperaduannya dan sebentar lagi akan digantikan oleh sinar rembulan.aku menggulung rambutku dan memejamkan mata perlahan,merasakan setiap sentuhan lembut angin pantai. “excusme.. may I sit down?” seseorang bertanya padaku,aku membuka mataku dan untuk bebera...
Havana
946      489     2     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.
Antropolovegi
150      135     0     
Romance
"Ada satu hubungan yang lebih indah dari hubungan sepasang Kekasih Kak, Hubungan itu bernama Kerabat. Tapi kak, boleh aku tetap menaruh hati walau tau akhirnya akan sakit hati?" -Dahayu Jagat Raya. __________________________ Sebagai seseorang yang berada di dalam lingkup yang sama, tentu hal wajar jika terjadi yang namanya jatuh cinta. Kebiasaan selalu berada di sisi masing-masing sepanjang...
Our Tears
3297      1525     3     
Romance
Tidak semua yang kita harapkan akan berjalan seperti yang kita inginkan
Rumah Arwah
1060      583     5     
Short Story
Sejak pulang dari rumah sakit akibat kecelakaan, aku merasa rumah ini penuh teror. Kecelakaan mobil yang aku alami sepertinya tidak beres dan menyisakan misteri. Apalagi, luka-luka di tubuhku bertambah setiap bangun tidur. Lalu, siapa sosok perempuan mengerikan di kamarku?
Gilan(G)ia
522      291     3     
Romance
Membangun perubahan diri, agar menciptakan kenangan indah bersama teman sekelas mungkin bisa membuat Gia melupakan seseorang dari masa lalunya. Namun, ia harus menghadapi Gilang, teman sebangkunya yang terkesan dingin dan antisosial.
From You
416      292     4     
Romance
Hanna George, hanyalah seorang wanita biasa berumur 25 tahun yang amat cantik. Ia bekerja sebagai HRD di suatu perusahaan. Hanna sudah menikah namun di saat yang bersamaan ia akan bercerai. Di tengah hiruk pikuknya perceraian yang berakhir dengan damai—mungkin, Hanna menyempatkan diri untuk pergi ke sebuah bar yang cukup terkenal. Di sanalah Hanna berada. Dalam ruang lingkup dunia malam, ber...
PUBER
2306      989     1     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Until The Last Second Before Your Death
521      378     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”
Dunia Tiga Musim
3833      1606     1     
Inspirational
Sebuah acara talkshow mempertemukan tiga manusia yang dulunya pernah bertetangga dan menjalin pertemanan tanpa rencana. Nda, seorang perempun seabstrak namanya, gadis ambivert yang berusaha mencari arti pencapaian hidup setelah mimpinya menjadi diplomat kandas. Bram, lelaki ekstrovert yang bersikeras bahwa pencapaian hidup bisa ia dapatkan dengan cara-cara mainstream: mengejar titel dan pre...