Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Call(er)
MENU
About Us  

Langit hutan Arkha mulai berubah warna. Awan-awan hitam bergulung cepat, dan aroma ozon yang pekat memenuhi udara. Freya dan Raka terduduk di tanah, masih terguncang setelah perjalanan mereka keluar dari prisma dimensi Cermin Memorium. Napas mereka memburu, namun tatapan keduanya sudah berbeda. Lebih tajam. Lebih sadar.

"Fragmen itu," bisik Freya, matanya menerawang. "Kenapa terasa... seperti kenangan yang belum terjadi?"

Raka bangkit sambil membersihkan tanah dari pakaiannya. "Karena memang belum. Tapi kita tahu itu akan terjadi. Dan kita bisa memilih bagaimana caranya."

Di balik bayangan pohon, sosok Freya dari masa depan masih mengamati. Matanya bersinar tipis biru keunguan, pertanda bahwa kekuatannya telah matang. Ia bukan hanya versi masa depan. Ia adalah versi yang memutuskan untuk bertahan di masa kini. Dan ia membawa tujuan sendiri.

Hutan Arkha tak lagi tenang. Suara burung beraksen British berganti dengan gema lirih lagu kanak-kanak, seperti kaset rusak yang diputar balik. Jalan setapak yang sebelumnya muncul saat patah hati kini tampak jelas, seolah hutan itu sendiri ingin menunjukkan arah.

"Sepertinya cermin telah membuka jalur," gumam Raka.

"Atau ada yang membukanya untuk kita," balas Freya.

Langkah mereka membawa mereka ke sebuah celah bebatuan besar, di mana akar-akar tumbuh terbalik ke atas seperti jari-jari tangan raksasa. Di tengahnya, sebuah pintu logam tua berdiri kontras dengan alam sekitar.

"Ini... teknologi Callindra?" Raka menyipitkan mata.

Freya menyentuh permukaan logam. Ada bekas sidik jari, panasnya masih terasa. "Seseorang baru saja lewat ke sini."

Pintu terbuka otomatis, mengeluarkan hembusan udara dingin. Di dalamnya, lorong logam dengan cahaya merah menyala di sepanjang dinding, tampak seperti urat nadi yang hidup.

Freya dan Raka berjalan perlahan-lahan dengan penuh kehati-hatian. Setiap langkah menggema seperti ketukan jantung. Raut keduanya terlihat tegang. Dalam benak mereka menebak-nebak, hal mencengangkan apa yang akan ditemui di dalam sana.

Di dalam, keduanya menemukan ruang pusat data yang ditinggalkan. Terminal-terminal mengambang di udara, dan layar hologram memperlihatkan gambar-gambar acak, Lyra muda, Raja Vergana, bahkan potret Freya dan Raka sendiri.

"Ini... semua versi kita?" Raka membelalak tak percaya.

"Bukan hanya kita. Ini... semua variabel. Semua kemungkinan."

Sebuah suara muncul dari arah bayangan. "Kalian terlalu cepat sampai di sini. Tapi itu membuat segalanya lebih mudah bagiku." 

Freya dan Raka berbalik. Sosok Freya masa depan berdiri tegak, rambutnya terikat tinggi, pakaiannya berlapis logam dan serat benang merah.

"Kau...," Freya muda bergumam.

"Aku adalah kamu, yang tak pernah meragu serta tak punya rasa takut. Aku datang untuk mempercepat segalanya. Dunia kalian butuh keputusan, bukan keraguan."

Raka maju selangkah. "Apa yang kau inginkan? Mengambil alih Freya?"

"Tidak. Aku ingin menyelamatkan dunia—dengan atau tanpanya. Tapi kita tak punya waktu untuk hanya meratapi segalanya atau mengikuti perasaan yang berubah-ubah tergantung mood. Heartstorm telah dimulai, dan jika kalian tidak bertindak, dunia akan runtuh bukan karena cinta ..., tapi karena kebodohan."

Di layar hologram, peta dunia muncul. Retakan energi menjalar dari pusat Sungai Fluvia Sentis, menyebar seperti tinta di atas air. Di atasnya, benang-benang merah mengambang, terputus di beberapa titik.

"Itu adalah sistem pengikat Callindra. Semakin banyak benang yang putus, semakin lemah keseimbangan antar dimensi. Pada titik tertentu, semua versi realitas akan bertabrakan."

Freya menggigit bibir. "Apa yang harus kami lakukan?"

Freya masa depan menatap lurus. "Temukan pusat penenun pertama. Ia adalah satu-satunya yang bisa menyatukan kembali benang dari berbagai dimensi."

Raka mengerutkan kening. "Tapi dia sudah mati. Itu tertulis di semua catatan sejarah."

"Mati bukan berarti hilang. Di dimensi ini, dia disimpan, bukan dikubur."

Freya menatap ke layar. Gambar berikutnya pun muncul. Reruntuhan menara berbentuk spiral terbalik. Di sekelilingnya tertulis ukiran dalam bahasa kuno Veritas Altiora.

"Kita berangkat sekarang," tegas Freya.

Freya masa depan tersenyum. "Akhirnya, kau juga sepakat denganku."

Namun di balik senyumnya, ada kilatan ambisi. Ia tidak berkata bahwa dalam menara itu, bukan hanya sang penenun yang tersimpan, tetapi juga menyimpan rahasia tentang siapa sebenarnya Freya yang asli.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • baskarasoebrata

    Menarik sekali

    Comment on chapter World Building dan Penokohan
  • warna senja

    Sepertinya Freya sedang mengalami quarter life crisise

    Comment on chapter Prolog
  • azrilgg

    Wah, seru, nih

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Fairytale Love
603      428     4     
Short Story
Peri? Kata orang cuma ada didongeng. Tapi bagi Daffa peri ada di dunia nyata. Selain itu, peri ini juga mempunyai hati yang sangat baik.
Mari Collab tanpa Jatuh Hati
5164      1987     2     
Romance
Saat seluruh kegiatan terbatas karena adanya virus yang menyebar bernama Covid-19, dari situlah ide-ide kreatif muncul ke permukaan. Ini sebenarnya kisah dua kubu pertemanan yang menjalin hubungan bisnis, namun terjebak dalam sebuah rasa yang dimunculkan oleh hati. Lalu, mampukah mereka tetap mempertahankan ikatan kolaborasi mereka? Ataukah justru lebih mementingkan percintaan?
FAYENA (Menentukan Takdir)
1324      821     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...
Alfazair Dan Alkana
301      248     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Kembali ke diri kakak yang dulu
2810      1574     10     
Fantasy
Naln adalah seorang anak laki-laki yang hidup dalam penderitaan dan penolakan. Sejak kecil, ia dijauhi oleh ibunya sendiri dan penduduk desa karena sebuah retakan hitam di keningnya tanda misterius yang dianggap pertanda keburukan. Hanya sang adik, Lenard, dan sang paman yang memperlakukannya dengan kasih dan kehangatan. Ini menceritakan tentang dua saudara yang hidup di dunia penuh misteri. ...
I Found Myself
107      96     0     
Romance
Kate Diana Elizabeth memiliki seorang kekasih bernama George Hanry Phoenix. Kate harus terus mengerti apapun kondisi Hanry, harus memahami setiap kekurangan milik Hanry, dengan segala sikap Egois Hanry. Bahkan, Kate merasa Hanry tidak benar-benar mencintai Kate. Apa Kate akan terus mempertahankan Hanry?
Deep End
101      92     0     
Inspirational
"Kamu bukan teka-teki yang harus dipecahkan, tapi cerita yang terus ditulis."
Izinkan Aku Menggapai Mimpiku
252      205     1     
Mystery
Bagaikan malam yang sunyi dan gelap, namun itu membuat tenang seakan tidak ada ketakutan dalam jiwa. Mengapa? Hanya satu jawaban, karena kita tahu esok pagi akan kembali dan matahari akan kembali menerangi bumi. Tapi ini bukan tentang malam dan pagi.
House with No Mirror
542      413     0     
Fantasy
Rumah baru keluarga Spiegelman ternyata menyimpan harta karun. Anak kembar mereka, Margo dan Magdalena terlibat dalam petualangan panjang bersama William Jacobs untuk menemukan lebih banyak harta karun. Berhasilkah mereka menguak misteri Cornwall yang selama ini tersembunyi?
Renata Keyla
7055      1698     3     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...