Loading...
Logo TinLit
Read Story - May I be Happy?
MENU
About Us  

Maya meremas ujung tasnya. Dia merasa tegang dan grogi duduk di dalam mobil papanya. Ini adalah hari pertamanya sekolah di SMK Bakti. Sebelumnya, dia adalah siswi di sebuah SMP yang ada di Bali. Sebenarnya dia bisa saja melanjutkan pendidikan SMK disana, namun karena harus mengikuti kepindahan orang tuanya, dia pun melanjutkan SMK ke SMK di Lamongan. 

Saat ini, Maya memikirkan berbagai macam hal yang mungkin terjadi di sekolah barunya nanti. Hal-hal yang sering dia baca dalam cerita-cerita remaha tentang anak baru berseliweran dalam pikirannya. Apakah ada yang mau berteman dengannya? Apakah ada yang tidak suka kepadanya? Apakah ada yang akan berbuat jahat kepadanya? Serta sederet pikiran buruk lainnya. Apalagi dia tidak terlalu fasih berbahasa Jawa, meskipun kedua orang tuanya asli dari Lamongan. Maya sejak lahir di Bali, karena saat direncanakannya Maya hadir di dunia ini, kebetulan kedua orang tuanya sedang merantau di Bali jadi tentu saja dia lahir di Bali. 

Papanya melirik Maya. Dia langsung menyadari kegelisahan anak perempuannya itu. Dia pun berusaha untuk menghibur Maya. "Nggak usah tegang, Dek. Kalo ada yang berani macam-macam sama kamu, bilang aja ya sama papa." Papanya memanggil Maya adek, karena Maya merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Maya memiliki kakak laki-laki.

Maya menoleh ke arah papanya. Dia tahu, papanya sangat mengkhawatirkannya. Sedikit perasaan lega menghinggapinya. Namun tetap saja dia masih merasa cemas. 

"Iya, Papa, tapi tetap saja takut. Aku kan anak baru, pa. Nanti kalo aku salah sedikit aja, kan pasti langsung di bully." 

"Nggak akan! Selama ada Papa, Papa selalu siap belain anak papa yang gemas ini. Adek tenang aja ya?" 

Maya tersenyum menatap papanya. Dia yakin Papa nggak bakal berhenti meyakinkan dirinya sampai dia tenang. "Iyaa pa aku percaya. Makasih Papa!" 

"Nah, gitu dong! Senyum. Kan,cantik!" goda papanya. Maya hanya tersenyum tipis. 

Sampai di sekolah, papanya hanya mengantarkannya sampai didepan pagar sekolah saja. Karena Maya sudah dewasa, tidak mungkin harus mengantarkan sampai dalam seperti anak taman kanak-kanak. 

Sebelum Maya turun dari mobil, papanya dengan terburu-buru yang keluar dari mobil. Ternyata dia ingin membukakan pintu untuk anaknya itu. 

"Hehe, terimakasih banyak papa! Aku sekolah dulu yaa!" Maya mencium punggung tangan papanya untuk berpamitan hari pertamanya ke sekolah. 

"Sama-sama nak. Semangat ya sekolahnya!" jawab papanya. 

"Siap papa. Papa hati-hati dijalan," Maya melambaikan tangannya. 

Papanya hanya tersenyum sambil melambaikan tangan, setelah itu langsung masuk dan menjalankan mobilnya. 

Setelah mobil papanya sudah menghilang dari pandangan Maya, Maya langsung masuk ke sekolah. Maya merasa lega, bisa hadir tepat waktu walaupun jarak rumahnya lumayan jauh. 

Situasi Denpasar- Bali, dengan Lamongan Jawa Timur tentu saja berbeda. Entahlah, ini tidak seperti apa yang dia bayangkan. Padahal mama dan papanya selalu bercerita kalau di Lamongan sangat nyaman, tetapi sekarang Maya tidak merasa seperti itu. 

Ini adalah hari pertama ke sekolah, karena masih dalam masa pengenalan sekolah memberi tahu kalau sementara memakai baju bebas rapi dan juga sopan. Tentu saja Maya sudah menuruti peraturan tersebut dan tidak melanggarnya. Maya memakai celana panjang berwarna abu-abu, dan dia padukan dengan kemeja berwarna hitam. Meskipun dia muslim, dia belum siap untuk mengenakan hijab meskipun dia tahu itu sudah kewajiban dalam beragama. Walaupun dia belum siap seperti itu, dia tetap berusaha untuk selalu berpakaian sopan. Orang tuanya tidak pernah menuntut atau memaksa sedikit pun karena masalah keagamaan adalah hak dari setiap orang masing-masing tidak boleh tanpa paksaan. 

Dan ya, Maya cukup terkejut karena budaya Bali dan Lamongan sangat amat berbeda. Disini meskipun sekolah negeri ternyata diwajibkan untuk perempuan muslim memakai penutup kepala atau bisa disebut hijab. 

"Hahh? Ini beneran gue salah kostum? Kenapa mama papa nggak kasih tahu ya? Nih cewek-cewek pakai hijab semua. Duhh.." batin Maya. Dia melihat disekelilingnya, yang tidak memakai hijab hanya sedikit. Sisanya banyak sekali yang mengenakan hijab. 

Maya batin seperti itu karena selama dia berjalan sendirian, banyak siswa-siswi yang memperhatikannya dari atas sampai bawah. Ada yang berbisik, melirik Maya dengan tatapan yang kurang enak. Apa Maya seburuk itu sampai dia dipandang dengan tajam? 

Bel masuk jam sekolah telah berbunyi, akhirnya setelah berjalan sendirian mencari kelas yang sudah ditentukan Maya pun menemukannya dan segera masuk. Perasaan gelisah itu masih ada, disini dia tidak mengenal siapa pun. Maya takut kalau dia tidak bisa beradaptasi dengan cepat di tempat yang baru. 

Kringggg!!! 

Semua siswa dan siswi sudah duduk di ruang kelas masing-masing. Maya duduk di kelas jurusan Broadcasting, dia memilih SMK karena dia sangat amat tertarik di dunia broadcasting. Tetapi mungkin broadcasting kurang diminati di SMK ini, lebih banyak yang jurusan akuntansi atau perkantoran. 

Jadi jurusan Broadcasting hanya memiliki satu kelas saja, dan satu kelas itu pastinya selama tiga tahun tetap dan tidak akan ada pergantian teman. 

"Assalamualaikum, halo anak-anak!!" sapa Bu Relly. Bu Relly merupakan guru yang memiliki jabatan untuk mengajar di kelas broadcasting. 

"Waalaikumsalam, halo ibu!" jawab para murid dengan serentak. 

"Sudah kenal ibu ya? karena sebelumnya kita kan sudah bertemu tetapi hanya lewat grup WhatsApp saja. Dan Alhamdulillah kita bisa dipertemukan sekarang di hari pertama pengenalan sekolah," ujar Bu Relly dengan antusias. Dia adalah guru yang sangat ceria, menyambut murid-murid tahun ajaran baru. 

"Iya Bu, Alhamdulillah." 

"Okeyy, selamat datang ya di SMK Bakti. Untuk tiga hari ini kita masih dalam masa pengenalan lingkungan sekolah, belum dimulai kegiatan pembelajaran mengajar. Jadi kalian diikuti ya kegiatan pengenalannya, Nanti bakal dibantu sama kakak kelas kalian, nggak perlu sungkan-sungkan lagi. Kalian harus happy disini nggak boleh merasa tersiksa ya? Apalagi jurusan broadcasting! Jurusan paling asik lohh!" ucap Bu Relly. 

"Baik ibu, terimakasih informasinya," jawab para murid dengan kompak. 

"Sama-sama. Yasudah, ibu keluar dulu ya? sampai ketemu besok lagi! Sekarang giliran kalian ketemu sama kakak kelas kalian, kenalan apalagi sama - sama satu jurusan." 

"Baik ibu." 

"Oke, sekian sambutan dari saya ya. Terimakasih, selamat bersenang-senang. Assalamualaikum," Bu Relly melambaikan tangannya lalu keluar dari ruang kelas.

"Sama-sama ibu. Waalaikumsalam." 

Setelah Bu Relly keluar dari kelas Maya terdiam, dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Sebenarnya dia ingin berkenalan satu persatu , namun Maya adalah tipe seseorang yang tidak berani untuk memulai terlebih dahulu. Dia adalah tipe seseorang kalau ada yang mengajaknya dia berbicara dia akan menanggapinya dengan senang hati. 

"Apa gue pulang aja ya?" batin Maya menghela nafasnya panjang. Daripada dia merasa bosan, dia menunggu kehadiran kakak kelas sambil memainkan handphonenya. 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Langkah yang Tak Diizinkan
384      324     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...
7°49′S 112°0′E: Titik Nol dari Sebuah Awal yang Besar
1117      747     1     
Inspirational
Di masa depan ketika umat manusia menjelajah waktu dan ruang, seorang pemuda terbangun di dalam sebuah kapsul ruang-waktu yang terdampar di koordinat 7°49′S 112°0′E, sebuah titik di Bumi yang tampaknya berasal dari Kota Kediri, Indonesia. Tanpa ingatan tentang siapa dirinya, tapi dengan suara dalam sistem kapal bernama "ORIGIN" yang terus membisikkan satu misi: "Temukan alasan kamu dikirim ...
Andai Kita Bicara
1709      1073     3     
Romance
Revan selalu terlihat tenang, padahal ia tak pernah benar-benar tahu siapa dirinya. Alea selalu terlihat ceria, padahal ia terus melawan luka yang tak kasat mata. Dua jiwa yang sama-sama hilang arah, bertemu dalam keheningan yang tak banyak bicaratetapi cukup untuk saling menyentuh. Ketika luka mulai terbuka dan kenyataan tak bisa lagi disembunyikan, mereka dihadapkan pada satu pilihan: tetap ...
Fragmen Tanpa Titik
93      86     0     
Inspirational
"Kita tidak perlu menjadi masterpiece cukup menjadi fragmen yang bermakna" Shia menganggap dirinya seperti fragmen - tidak utuh dan penuh kekurangan, meski ia berusaha tampak sempurna di mata orang lain. Sebagai anak pertama, perempuan, ia selalu ingin menonjolkan diri bahwa ia baik-baik saja dalam segala kondisi, bahwa ia bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan siapa pun, bahwa ia bis...
Kisah Cinta Gadis-Gadis Biasa
4235      1808     2     
Inspirational
Raina, si Gadis Lesung Pipi, bertahan dengan pacarnya yang manipulatif karena sang mama. Mama bilang, bersama Bagas, masa depannya akan terjamin. Belum bisa lepas dari 'belenggu' Mama, gadis itu menelan sakit hatinya bulat-bulat. Sofi, si Gadis Rambut Ombak, berparas sangat menawan. Terjerat lingkaran sandwich generation mengharuskannya menerima lamaran Ifan, pemuda kaya yang sejak awal sudah me...
Aku Ibu Bipolar
67      60     1     
True Story
Indah Larasati, 30 tahun. Seorang penulis, ibu, istri, dan penyintas gangguan bipolar. Di balik namanya yang indah, tersimpan pergulatan batin yang penuh luka dan air mata. Hari-harinya dipenuhi amarah yang meledak tiba-tiba, lalu berubah menjadi tangis dan penyesalan yang mengguncang. Depresi menjadi teman akrab, sementara fase mania menjerumuskannya dalam euforia semu yang melelahkan. Namun...
Dimension of desire
514      386     0     
Inspirational
Bianna tidak menyangka dirinya dapat menemukan Diamonds In White Zone, sebuah tempat mistis bin ajaib yang dapat mewujudkan imajinasi siapapun yang masuk ke dalamnya. Dengan keajaiban yang dia temukan di sana, Bianna memutuskan untuk mencari jati dirinya dan mengalami kisah paling menyenangkan dalam hidupnya
DARI NOL KE SERAGAM
183      69     2     
Romance
Aku selalu percaya, jika kita menemani seseorang sejak awal, sejak dia belum punya apa-apa, maka saat dia berhasil kita akan menjadi orang pertama yang ia peluk. Nyatanya, aku salah. Aku bersamanya sejak masih memakai seragam abu-abu putih. Menjadi telinga untuk semua keluhannya, menjadi tangan yang mendorongnya bangkit saat dia hampir menyerah, menjadi bahu yang ia sandari saat dunia teras...
Fidelia
2744      1346     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
Maju Terus Pantang Kurus
4275      1698     4     
Romance
Kalau bukan untuk menyelamatkan nilai mata pelajaran olahraganya yang jeblok, Griss tidak akan mau menjadi Teman Makan Juna, anak guru olahraganya yang kurus dan tidak bisa makan sendirian. Dasar bayi! Padahal Juna satu tahun lebih tua dari Griss. Sejak saat itu, kehidupan sekolah Griss berubah. Cewek pemalu, tidak punya banyak teman, dan minderan itu tiba-tiba jadi incaran penggemar-penggemar...