Loading...
Logo TinLit
Read Story - Anikala
MENU
About Us  

"Semua yang terjadi sama Lo hari ini itu cuma sementara, Kal. Jadi sedihnya jangan berlarut-larut ya?" ujar Banu berusaha memberikan semangat pada Kala.

"Nu, jadi kalo misalnya gua bunuh diri—" Kala tampak mengantung kalimatnya. Sementara Banu penasaran untuk mendengarkan kelanjutan perkataan Kala.

"Kalo misalnya gua bunuh diri. Berarti gua akan bahagia kan, Nu? Soalnya didunia itu kan sementara terus surga itu selamanya. Jadi aku pengen pergi ke surga aja."

Napas Banu tercekat mendengar ucapan Kala. Ia sangat terkejut, barangkali perkataan dia tadi salah.

"Kal. Lo ngomong apa sih?"

Banu memegang kedua pundak Kala. Menghadapkan tubuh Kala supaya mereka saling bertatapan.

"Dengerin gua Kal. Ia gua tau surga itu selamanya, tapi kalau lo berpikir dengan bunuh diri bisa bahagia selamanya. Itu salah, Kal."

"Surga itu, akan menjadi tempat bahagia buat mereka yang benar-benar udah waktunya untuk dipanggil. Tapi, kalau belum waktunya dipanggil dan lo udah menentukan jalan sendiri supaya bisa ke surga. Itu salah Kal."

Kala tidak bisa membendung air mata pelupuk matanya. Banu yang menyadari itu, langsung memeluk tubuh Kala. Kala tidak dapat membendung perasaan sedihnya. Ia sudah terlalu banyak untuk memendam. Bahkan ia menangis di depan seseorang yang baru pertama kali ia kenal.

"Nangis sepuas lo, kal. Mungkin kejadian hari ini buat lo sedih. Tapi, semua itu di luar kendali lo. Jadi, jangan terlalu nyalahin diri Lo sendiri. Dunia mungkin terlihat jahat, tapi Lo harus tetap kuat dan baik sama diri Lo sendiri," pungkas Banu. Yang entah mengapa ia berbicara tiba-tiba seperti itu pada Kala. Ia sendiri tidak tahu dari mana asal perkataan itu muncul.

Kala menatap manik mata Banu, ia mengusap bulir air matanya. "Ma—makasih ya,nu."

Banu mengangguk pasti. "Sekarang udah mau jam sembilan. Lo istirahat ya bersih-bersih badan. Besok masuk sekolah 'kan?"

Kala tidak menjawab pertanyaan Banu, ia hanya mengangguk kepala. "Ya udah sekarang Lo masuk, istirahat."

Banu mengantarkan Kala ke depan pintu kamar balkon. Menunggunya masuk dan segera menutup pintu yang terbuat dari kaca. Setelah itu, Banu pun kembali ke kamar Andra.

***

Aksana atau bisa dipanggil Aksa mengusap wajah dan mengacak rambut frustasi. Ia sudah muak dengan semua buku-buku yang sengaja ia beli untuk belajar SBMPTN dan segala buku yang bisa digunakan untuk tes masuk disalah satu universitas impiannya. Sudah hampir setahun ia gap year atau mengambil jeda untuk menunda kuliah. Bukan karena tidak memiliki niat tapi, ia sudah mencoba namun nasib baik ternyata belum menghampirinya.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Suasana terasa sangat hening, tapi tidak dengan isi pikiran Aksa. Pikirannya kacau hatinya berkecamuk logika dan akalnya seakan beradu. Aksa pun memilih untuk menjernihkan pikirannya dengan membuat mie instan kesukaannya. Kebetulan juga ia sedang lapar dan sudah lama tidak makan mie instan. Karena Bunda sangat melarang anak-anaknya untuk makan mie instan.

Aksa segera keluar dari kamar dan menuju dapur. Setelah sampai ia mengecek pada lemari dapur apakah ada persediaan mie instan atau tidak.

"Yes ada!" seru Aksa senang.

Ia mengambil panci dan mengisikan air secukupnya serta menyalakan kompor. Seraya bersenandung kecil menghilangkan keheningan. Air pun sudah mendidih Aksa memasukkan mie yang sudah dibuka dari bungkus dan meletakkan di atas panci. Sambil menunggu mie matang ia pun mengambil mangkok untuk wadah. Sekitar sepuluh menit Aksa pun mematikan kompor dilihatnya mie yang sudah sangat lembek dan itu kesukaan nya. Ia pun mengambil mie dari panci dan air panas dari galon. Setelah siap bumbu kemudian ditaburkan dan diaduk.

"Sip! Mantap nih!"

Dengan lahap Aksa menyantap mie instan buatannya. Sampai tidak terasa sudah habis hingga tetes terakhir. Aksa pun segera meneguk air putih yang sudah tersedia. Selesai makan cepat-cepat ia mencuci mangkuk yang digunakan supaya Dalisha—bundanya tidak mengetahui jika ia makan mie instan.

Begitu selesai Aksa langsung kembali ke kamar. Derap langkah kakinya terasa begitu terdengar nyaring karena suasana yang hening. Ketika melewati pintu kamar Kala. Aksa sejenak berhenti ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia menatap pintu kamar Kala yang sudah tertutup dengan lampu kamar yang padam. Perlahan ia melangkahkan kaki untuk melihat sejenak adiknya itu.

Aksa sebenarnya sudah tahu jika Kala sedang tidak baik-baik saja, karena ia sempat mendengar Omelan Bundanya kepada Kala. Sempat Aksa ingin membantu Kala, namun ia merasa tidak enak ikut campur dengan permasalahan yang tidak ia ketahui sebabnya.

Aksa melanjutkan langkahnya untuk menyalakan lampu kamarnya Kala dan duduk dipinggir ranjang Kala. Jujur saja Aksa merasa khawatir dengan Kala ketika Kala tidak keluar kamar untuk makan malam dan Dalisha tak peduli akan hal itu. Aksa menatap Kala kasihan. Aksa mengusap kepala Kala perlahan dan ia dikejutkan oleh kening Kala yang panas. Tanpa menunggu waktu Aksa langsung berinisiatif untuk mengkompres kening Kala dengan kain hangat.

Langkah kaki Aksa terkesan terburu-buru ia segera mengambil baskom lalu menungkan air panas dari termos. Kemudian mengambilkan kain handuk kecil. Dirasa sudah siap Aksa kembali ke kamar Kala. Perlahan Aksa pun meletakkan kain handuk tersebut di atas kening Kala. Saat Aksa meletakkan kain itu, Kala membuka mata perlahan menatap Aksa.

"A—abang?" ucap Kala yang terkejut melihat Aksa di kamarnya.

"Lo demam.." Kala berusaha untuk bangun, namun Aksa lebih dulu mencegahnya.

"Udah istirahat aja.. Lo udah makan?"

Kala hanya menggelengkan kepala. Pantas saja ia merasa sakit kepala ternyata ia lupa untuk makan malam. Apalagi sehabis kehujanan tadi sore dan hanya makan roti pemberian Banu.

"Oke.. tunggu gua buatin bubur instan gak apa-apa ya.. buat ganjel perut lo. Abis itu minum obat," ujar Aksa. Dan ia tidak membutuhkan jawaban dari Kala. Ia lantas pergi dari kamar Kala dan menuju dapur.

Beberapa menit kemudian Aksa pun datang dengan membawa nampan dengan mangkuk berisi bubur, air minum dan obat sakit kepala. Aksa meletakkan nampan itu di atas meja yang berada di samping tempat tidur Kala. Aksa pun duduk di samping Kala dan mengambilkan air minum terlebih dahulu.

"Ini Lo minum dulu. Abis itu makan dan minum obatnya."

Kala mengubah posisinya dari tiduran menjadi duduk. Ia tak berbicara sedikit pun ia hanya menuruti perintah Aksa. Aksa menunggui Kala sampai ia selesai minum obat. Tidak ada percakapan lebih lanjut saat itu.

"Karena lo udah makan dan minum obatnya sekarang istirahat ya, Kal. Kalau besok belum mendingan nanti Abang bilang sama bunda, kamu lagi sakit dan gak bisa istirahat,"

"Abang balik ke kamar ya? Kalau ada perlu apa-apa tinggal telepon abang kalau ga kuat ke kamar Abang. Oke?"

"Dan kalau mau cerita jangan sungkan untuk cerita ke Abang ya, Kal." Lagi-lagi Kala tidak menjawab Aksa. Ia hanya dengan anggukan kepala. Setelah itu Aksa pun pergi dari kamarnya.

Usai Aksa pergi, Kala menarik napas panjang. Untuk kali ini pundaknya terasa sangat berat. Ia pun menangis terlebih ketika mendengar ucapan Aksa yang ternyata masih ada rasa peduli terhadap dirinya. Kala menatap langit-langit kamarnya kemudian beralih menatap keluar jendela kamar yang tirai nya lupa ia tutup, di sana di luar sana terdapat bulan yang tetap bercahaya walaupun langit yang gelap menyelimuti.

***

 

Paginya Kala bangun dengan kondisi yang lebih baik dari semalam. Badannya yang bersandar di kepala ranjang perlahan ia turun kan. Dengan semangat yang tipis Kala melangkahkan kaki menatap keluar jendela. Setelah semalam berbaring dengan kondisi tubuh dan perasaan yang kurang sehat. Karena semalam ia sempat menangis dibalik selimut hingga tanpa sadar sudah terlelap tidur.


Pagi ini entah mengapa Kala ingin cepat-cepat pergi ke sekolah. Yang mungkin keadaan akan sama dengan di rumah. Terlebih di sekolah Kala tak mempunyai teman untuk sekadar berbincang. Ada Andra tapi ia tidak pernah berbicara panjang lebar dengan cowok itu. Itu pun hanya ada keperluan saja mereka berbicara.

Selama beberapa saat Kala memperhatikan langit pagi yang menarik untuk dilihat sebelum akhirnya memutuskan untuk mandi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
MAKE ME NEGATIVE THINGKING
1860      792     4     
Humor
Baru tahun ini aku mengalami hari teristimewa yang membuatku merasa bahagia beralih kesifat P E S I M I S. kalian ingin tahu kenapa?
Jika Aku Bertahan
13059      2734     58     
Romance
Tidak wajar, itu adalah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan pertemuan pertama Aya dengan Farel. Ketika depresi mengambil alih kesadarannya, Farel menyelamatkan Aya sebelum gadis itu lompat ke kali. Tapi besoknya secara ajaib lelaki itu pindah ke sekolahnya. Sialnya salah mengenalinya sebagai Lily, sahabat Aya sendiri. Lily mengambil kesempatan itu, dia berpura-pura menjadi Aya yang perna...
The Alpha
2194      965     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...
SOLITUDE
1772      702     2     
Mystery
Lelaki tampan, atau gentleman? Cecilia tidak pernah menyangka keduanya menyimpan rahasia dibalik koma lima tahunnya. Siapa yang harus Cecilia percaya?
TWINS STORY
1372      731     1     
Romance
Di sebuah mansion yang sangat mewah tinggallah 2 orang perempuan.Mereka kembar tapi kayak nggak kembar Kakaknya fenimim,girly,cewek kue banget sedangkan adiknya tomboynya pake banget.Sangat berbeda bukan? Mereka adalah si kembar dari keluarga terkaya nomor 2 di kota Jakarta yaitu Raina dan Raina. Ini adalah kisah mereka berdua.Kisah tentang perjalanan hidup yang penuh tantangan kisah tentang ci...
Secret’s
4318      1377     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
CATCH MY HEART
2898      1127     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Hey, I Love You!
1206      519     7     
Romance
Daru kalau ketemu Sunny itu amit-amit. Tapi Sunny kalau ketemu Daru itu senang banget. Sunny menyukai Daru. Sedangkan Daru ogah banget dekat-dekat sama Sunny. Masalahnya Sunny itu cewek yang nggak tahu malu. Hobinya bilang 'I Love You' tanpa tahu tempat. Belum lagi gayanya nyentrik banget dengan aksesoris berwarna kuning. Terus Sunny juga nggak ada kapok-kapoknya dekatin Daru walaupun sudah d...
Hujan Paling Jujur di Matamu
9398      2099     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...
Interaksi
529      395     1     
Romance
Aku adalah paradoks. Tak kumengerti dengan benar. Tak dapat kujelaskan dengan singkat. Tak dapat kujabarkan perasaan benci dalam diri sendiri. Tak dapat kukatakan bahwa aku sungguh menyukai diri sendiri dengan perasaan jujur didalamnya. Kesepian tak memiliki seorang teman menggerogoti hatiku hingga menciptakan lubang menganga di dada. Sekalipun ada seorang yang bersedia menyebutnya sebagai ...