Loading...
Logo TinLit
Read Story - Anikala
MENU
About Us  

Tepat membalikan badan untuk masuk ke dalam rumah. Dalisha sudah menatap nyalang Kala. Membuat Kala otomatis mengigit bibir bawahnya dan memainkan kuku jari. Ia berjalan perlahan penuh keraguan. Semakin dekat menghampiri sang Bunda. Semakin tidak keruan juga perasaan Kala.

"DARI MANA KAMU?!"

Dalisha menepis tangan Kala yang berniat untuk menyalami nya. Perasaan sesak menyelimuti Kala saat mendapat perilaku dari sang Bunda.

"Masuk," ucap Dalisha datar.

"Darimana kamu?!"

"Kala abis bimbingan, Bun."

"Oh, udah berani bohong kamu?" Kala mengernyit ia menggeleng pasti.

"Darimana?" Dalisha kembali menanyakan hal yang sama pada Kala berharap anak itu jujur.

"Abis bimbingan Bunda. Kala gak bohong.."

PLAK!!!

Satu tamparan keras mendarat dipipi mulus Kala. Ia memegangi pipinya yang kini terasa panas. Setetes air mata pun turun dari kedua bola mata Kala. Tetapi, Kala berusaha untuk menghapusnya. Ia tidak ingin terlihat lemah.

"KAMU BILANG KAMU BIMBINGAN KAN YA?" Kala menganggukkan kepala.

Dalisha berdecih. Beberapa saat kemudian ia menunjukkan ponselnya tepat di depan mata Kala. Kala terbelalak dibuatnya.

"INI YANG KAMU SEBUT BIMBINGAN KALA!!"

"KAMU JADI ANAK GA TAU DIUNTUNG! MIKIR DONG UDAH DILAHIRIN HARUS BERGUNA DIKIT!" ucap Dalisha berapi-api.

"BUNDA MINTA KAMU MENGUNDURKAN DIRI DARI OLIMPIADE.

"TAPI KALA BENERAN BIMBINGAN BUNDA. KALA GA PACARAN!"

PLAK!!

Tiba-tiba sebuah tangan kembali menampar pipi kanan Kala. Rasa panas dan perih menyeruak. Kala memandangi Dalisha dan Aksa dengan pandangan yang semakin buram karena air matanya semakin deras.

"Kenapa nangis?"

"Cengeng banget jadi anak!"

"Ga usah pura-pura nangis cuma pengen dapat perhatian deh. Ga ada yang peduli!" lanjut Aksa.

"Masuk lo sekarang ke kamar!"

Kala menggelengkan kepala ia justru menangis semakin menjadi. Berusaha meraih tangan bunda. Tetapi, ditepis kasar. Entah siapa yang sudah menyebarkan fitnah tentang foto itu.

"Ikut gua!"

Aksa meraih lengan Kala. Menariknya dengan kasar membuat Kala kewalahan untuk berdiri. Dengan jalan terseok Kala berusaha mengimbangi langkah kaki Aksa yang menuju pintu kamarnya.

"Masuk!"

"Denger ya Kala.. Gua kurung lo sampe pagi buat renungin kesalahan lo!"

Dari balik pintu kamar Kala duduk menekuk kedua kaki dan menangis. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menangis.

"Aku masih haus kasih sayang. Tapi, rasanya bunda menganggap aku gak butuh itu."

"Kala cape bunda.."

***


"Hari ini bunda mau ke sekolah. Kamu jaga Kala kamu jangan sampe keluar rumah." Pesan Dalisha pada Aksa.

Aksa hanya bisa mengangguk kan kepala seraya mencium punggung tangan Dalisha. Selepas Dalisha pergi, Aksa pun menuju kamar Kala. Berniat memberikan sarapan pagi untuk Kala.

"Bunda kamu gak setuju dan bilang ke wali kelas kita untuk mengundurkan diri?" ucap Andra dari balkon rumah yang kebetulan bersampingan dengan balkon kamar Kala.

Kala menarik napas panjang. Ia tidak mampu menjawab dengan kata hanya anggukan sebagai jawabannya.

"Alasannya apa?!" ucap Andra penuh penekanan dan tanda tanya besar.

Kala menunjukkan sebuah foto yang menunjukkan dirinya dengan Banu saat belajar bersama. Andra menaikkan kedua alis. Dalam benaknya penuh tanda tanya.

"Ada orang yang sengaja kirim foto itu ke bunda."

Mata Andra melotot tidak percaya. "Itu siapa yang kirim? Ngadi ngadi.."

"Entah.." jawab Kala.

"Tenang, Kal. Pasti gua bantu lo."

"Ini gak bisa dibiarin ni.. Lo gak salah. Lo sama Banu murni belajar gak pacaran!"

"Androy... Droy.. Di mana lu? Ayok kita berangkat, gua udah kelar mandi sama pake baju. Sepuluh menit lagi kita telat!"

"Kala, buka pintu. Abang bawa sarapan buat kamu."

Kala dan Andra saling bertatapan ketika mendengar suara-suara itu. Kala sepontan menyahut panggilan Aksa.

"Iyaa, Abang... Sebentar, Kala lagi di kamar mandi..."

"Em.. Andra, maaf ya. Aku harus masuk. Ma- makasih udah dengerin cerita aku.." Andra menganggukkan kepala.

"Aku duluan masuk ya.."

Usai memberikan senyuman pamit pada Andra. Kala bergegas menutup pintu balkon kamar. Dan membuka pintu kamarnya. Karena takut Aksa marah jika ia lama membuka pintu.

"Lama banget.."

Aksa meletakkan nampan yang berisi sarapan dan duduk di atas tempat tidur Kala. Ia menatap Kala yang masih saja berdiri di dekat pintu. Aksa memberi isyarat untuk Kala supaya ia duduk di sampingnya. Dengan canggung Kala menurut. Aksa sedikit menarik napas sebelum berkata.

"Bunda ke sekolah. Mau minta Bu Loli buat hapus nama kamu dari daftar olimpiade. Minta buat diganti sama orang lain."

Kala tidak menjawab ia hanya bisa menarik napas panjang. Sudah tidak ada harapan lagi.

"Lagi lu kenapa sih.. Aneh aneh aja."

"Banggain bunda sedikit dong. Kalo ga bisa kaya gua, minimal ga usah buat bunda marah dengan cara bohong."

Perkataan Aksa langsung menghujam hati Kala. Tidak lama setelah Aksa berujar.

"Kala udah bilang Kalo, Kala gak pacaran sama Banu!"

"Lu kok jadi ngebentak gua?!" sentak Aksa kesal. "Gua bilangnya baik-baik ya sama lu."

"Abang... Bunda.. Sama Ayah itu gak ada yang pernah ngertiin Kala.."

"Kalo abang salah pasti Bunda garda terdepan buat belain abang. Terus kalo adel salah ayah garda terdepan buat belain. Terus kalo, Kala yang salah gak ada yang mau jadi garda buat Kala!"

"Kala cuma punya Kala sendiri.. Kala salah ya Kala harus bisa bela sendiri. Walaupun gak akan bisa.."

"Kala pengen jadi kaya abang sama adek yang kalo mau makan pasti ditanyain mau dimasakin apa..."

"Selama ini Kala gak pernah ditanyain sama Bunda mau dimasakin makasan apa. Bunda sellau bilang udah banyak masak masakan kesukaan abang sama adek. Jadi Kala harus makan makanan yang udah ada."

"Ayah juga sama kalo abang dibolehin buat pilih sekolah di mana abang mau sekolah dan adel yang dibolehin pilih mainan yang disuka waktu mau beli. Kala ga dapat keduanya."

Aksa membalik badan menatap Kala yang sudah berbulir penuh air mata. Saat Aksa ingin mendekat buru-buru Kala berlari masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya. Kala kemudian menyadarkan tubih dari balik pintu kamar mandi. Beberapa kali Kala mendengar suara Aksa yang samar-samar memanggil namanya.

"Kal.. Kala.. Buka pintunya.."

"Abang mau ngomong sama kamu.."

"Ga ada yang oerlu diomongin bang.. Karena Kala cuma punya diri Kala sendiri. Engga kaya Abang Aksa sama adek."

Mendengar ucapan itu perasaan Aksa sungguh berkecamuk. Aksa kira dirinya lah yang paling menderita karena ia harus menanggung beban ekspektasi sang Bunda yang selalu mendambakan anak berprestasi. Sampai-sampai segala prestasi sekecil apapun selalu diceritakan kepada teman-temannya. Namun, ternyata Aksa salah, Kala lah yang selama ini menderita. Menderita karena haus kasih sayang dari orang tua yang membedakan perlakuan setiap anaknya.

"Maafin abang ya, Kal.."

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
14 Days
999      692     1     
Romance
disaat Han Ni sudah menemukan tempat yang tepat untuk mengakhiri hidupnya setelah sekian kali gagal dalam percobaan bunuh dirinya, seorang pemuda bernama Kim Ji Woon datang merusak mood-nya untuk mati. sejak saat pertemuannya dengan Ji Woon hidup Han Ni berubah secara perlahan. cara pandangannya tentang arti kehidupan juga berubah. Tak ada lagi Han Han Ni yang selalu tertindas oleh kejamnya d...
Nobody is perfect
14052      2544     7     
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya. Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
Magelang, Je t`aime!
680      511     0     
Short Story
Magelang kota yang jauh itu adalah kota tua yang dingin dan tinggal orang-orang lebut. Kecuali orang-orang yang datang untuk jadi tentara. Jika kalian keluar rumah pada sore hari dan naik bus kota untuk berkeliling melihat senja dan siluet. Kalian akan sepakat denganku. bahwa Magelang adalah atlantis yang hilang. Ngomong-ngomong itu bukanlah omong kosong. Pernyatanku tadi dibuktikan dengan data-d...
May I be Happy?
974      526     0     
Inspirational
Mencari arti kebahagian dalam kehidupan yang serba tidak pasti, itulah kehidupan yang dijalani oleh Maya. Maya merupakan seseorang yang pemalu, selalu berada didalam zona nyamannya, takut untuk mengambil keputusan, karena dia merasa keluarganya sendiri tidak menaruh kepercayaan kepada dirinya sejak kecil. Hal itu membuat Maya tumbuh menjadi seperti itu, dia tersiksa memiliki sifat itu sedangka...
NADA DAN NYAWA
15779      2963     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Wait! This's Fifty-Fifty, but...
144      127     0     
Romance
Is he coming? Of course, I'm a good girl and a perfect woman. No, all possibilities have the same opportunity.
Moira
26223      2673     5     
Romance
Diana adalah seorang ratu yang tidak dicintai rajanya sendiri, Lucas Jours Houston, raja ketiga belas Kerajaan Xavier. Ia dijodohkan karena pengaruh keluarganya dalam bidang pertanian dan batu bara terhadap perekonomian Kerajaan Xavier. Sayangnya, Lucas sudah memiliki dambaan hati, Cecilia Barton, teman masa kecilnya sekaligus salah satu keluarga Barton yang terkenal loyal terhadap Kerajaan Xavie...
Coldest Husband
1669      835     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
Kenangan Hujan
545      404     0     
Short Story
kisah perjuangan cinta Sandra dengan Andi
Unexpectedly Survived
149      130     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...