Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Punggungmu, Aku Tahu Kau Berubah
MENU
About Us  

Hari-hari setelah peluncuran resmi forum itu seperti roller coaster: naik, turun, cepat, dan kadang bikin mual. Tapi anehnya, Aditya bertahan. Mungkin karena untuk pertama kalinya dalam hidup, dia merasa dibutuhkan bukan karena pencitraan, tapi karena keberaniannya menjadi jujur.

Pagi itu aku dibawa ke sekolah seperti biasa, menggantung di punggung Aditya yang sedikit lebih ringan meski ujian tengah semester sedang berlangsung. Ada semacam lega yang tak bisa dijelaskan.

Di kelas, pelajaran fisika hampir tak terdengar karena semua kepala menunduk menghafal rumus, tapi satu kertas kecil dilempar ke arah Aditya.

"Thanks ya, gue nulis di forum lo minggu lalu. Gue ngerasa lega."

Aditya membaca, menoleh, dan tersenyum ke arah pengirimnya: Rama, teman sekelas yang jarang bicara. Aditya membalas dengan anggukan pelan. Aku bisa merasakan detak jantungnya menghangatkan punggungku.

Usai sekolah, mereka bertiga—Aditya, Ayu, dan Alif—bertemu di perpustakaan. Bukan untuk belajar, tapi menyusun ide: mereka ingin membuat sesi offline. Sebuah ruang diskusi tatap muka untuk siapa pun yang ingin datang. Bukan sesi curhat atau seminar. Cuma tempat untuk merasa nggak sendiri.

Ayu berkata, "Nggak usah rame-rame dulu. Cuma sepuluh orang. Duduk melingkar. Ngobrol biasa."

Alif menambahkan, “Gue bisa bawa roti bakar sama minuman dari warung tante gue.”

Aditya manggut-manggut. “Gue bakal bikin video teaser buat ngajak orang datang.”

Dan seperti biasa, mereka bekerja cepat.

Satu minggu kemudian, mereka menggelar sesi pertama. Di pojok perpustakaan, sepuluh kursi dilingkarkan. Tujuh di antaranya terisi. Semua datang dengan raut canggung. Tapi setelah dua puluh menit, suasana mencair.

Seorang anak kelas X berkata, “Kadang gue ngerasa kayak bayangan. Ada di sekitar orang-orang, tapi nggak pernah dianggap.”

Yang lain menyahut, “Gue juga pernah ngerasa gitu, terutama pas nyokap bokap gue pisah.”

Dan Aditya, dengan suara lirih, menjawab, “Gue juga. Gue tinggal sama nenek. Dan kadang, gue ngerasa kayak bukan bagian dari rumah mana pun.”

Itulah malam ketika suara-suara yang selama ini bersembunyi akhirnya bersuara. Dan aku, tas ransel yang diam di samping mereka, ikut mendengarkan dalam haru.

Setelah pertemuan itu, Ayu bilang, “Gue baru tahu, ternyata banyak dari kita punya beban yang sama. Kita cuma terlalu takut buat ngomong.”

Aditya membalas, “Dan ketika satu orang berani ngomong, yang lain ikut berani.”

Namun perubahan selalu datang dengan konsekuensi. Kegiatan ini mulai terdengar oleh guru, bahkan kepala sekolah. Pada suatu pagi, Aditya dipanggil ke ruang BK.

Bu Ratih, guru BK yang selama ini cukup pengertian, membuka pembicaraan, “Kami dengar kalian membuat forum dan pertemuan di luar jam pelajaran.”

Aditya mengangguk. “Iya, Bu. Kami berusaha bikin ruang buat teman-teman yang merasa nggak punya tempat cerita.”

“Tujuan kalian baik. Tapi kalian harus hati-hati. Masalah mental itu sensitif. Sekolah tidak bisa mengabaikan dampaknya kalau ada hal yang tidak diantisipasi.”

Aditya menunduk. “Kami nggak maksud sok tahu, Bu. Kami juga ngajak konselor untuk ikut. Tapi kami tahu... kami bukan ahli.”

Bu Ratih menghela napas. “Saya percaya niat kalian. Tapi saya ingin kalian diskusi lebih lanjut. Libatkan guru. Bukan untuk membatasi, tapi untuk mendukung.”

Aditya mengangguk pelan. Di balik ketegangan itu, ada angin segar. Mungkin, forum ini tak lagi berjalan sendirian.

Sore itu di rumah, Aditya duduk di depan laptop. Ia membuka email baru, kali ini dari seorang alumni yang bekerja di bidang psikologi remaja.

“Saya dulu juga merasa kayak Aditya waktu SMA. Saya ingin bantu. Kalau perlu, saya bisa ikut mendampingi sesi diskusi atau review tulisan.”

Aditya tertegun. “Gue nggak nyangka, dunia ini bisa ngebales gue kayak gini,” gumamnya.

Aku hanya terbaring di samping kursi kerjanya. Tapi aku bisa merasakan: suara-suara yang dulu terkubur dalam diam kini mulai menemukan jalannya keluar. Dan Aditya, anak laki-laki yang dulu hanya bicara lewat game Roblox, sekarang jadi jembatan bagi suara-suara itu.

Malam itu, Aditya kembali menulis.

“Kadang, langkah pertama cuma butuh keberanian kecil. Tapi setelah itu, langkah-langkah lain datang dari banyak kaki. Gue nggak sendiri. Dan lo juga nggak.”

Postingan itu viral di dalam forum. Tapi yang lebih penting, itu menyentuh banyak hati. Bukan karena kata-kata indah, tapi karena kejujuran.

Aditya kembali memelukku keesokan harinya, memakaikanku di punggungnya seperti biasa. Tapi kali ini ada sesuatu yang lain—beban dunia yang ia pikul terasa lebih ringan. Karena sekarang, dia tak lagi memikulnya sendiri.

*** 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Reandra
3233      1559     67     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
Pacarku Pergi ke Surga, Tapi Dia Lupa Membawa Buku Catatan Biru Tua Itu
2817      649     7     
Fantasy
Lily adalah siswa kelas 12 yang ambisius, seluruh hidupnya berputar pada orbit Adit, kekasih sekaligus bintang pemandunya. Bersama Adit, yang sudah diterima di Harvard, Lily merajut setiap kata dalam personal statement-nya, sebuah janji masa depan yang terukir di atas kertas. Namun, di penghujung Juli, takdir berkhianat. Sebuah kecelakaan tragis merenggut Adit, meninggalkan Lily dalam kehampaan y...
Fragmen Tanpa Titik
69      63     0     
Inspirational
"Kita tidak perlu menjadi masterpiece cukup menjadi fragmen yang bermakna" Shia menganggap dirinya seperti fragmen - tidak utuh dan penuh kekurangan, meski ia berusaha tampak sempurna di mata orang lain. Sebagai anak pertama, perempuan, ia selalu ingin menonjolkan diri bahwa ia baik-baik saja dalam segala kondisi, bahwa ia bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan siapa pun, bahwa ia bis...
Senja di Balik Jendela Berembun
48      42     0     
Inspirational
Senja di Balik Jendela Berembun Mentari merayap perlahan di balik awan kelabu, meninggalkan jejak jingga yang memudar di cakrawala. Hujan turun rintik-rintik sejak sore, membasahi kaca jendela kamar yang berembun. Di baliknya, Arya duduk termangu, secangkir teh chamomile di tangannya yang mulai mendingin. Usianya baru dua puluh lima, namun beban di pundaknya terasa seperti telah ...
Unexpectedly Survived
188      163     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
Perahu Jumpa
427      336     0     
Inspirational
Jevan hanya memiliki satu impian dalam hidupnya, yaitu membawa sang ayah kembali menghidupkan masa-masa bahagia dengan berlayar, memancing, dan berbahagia sambil menikmati angin laut yang menenangkan. Jevan bahkan tidak memikirkan apapun untuk hatinya sendiri karena baginya, ayahnya adalah yang penting. Sampai pada suatu hari, sebuah kabar dari kampung halaman mengacaukan segala upayanya. Kea...
Finding the Star
1936      1271     9     
Inspirational
"Kamu sangat berharga. Kamu istimewa. Hanya saja, mungkin kamu belum menyadarinya." --- Nilam tak pernah bisa menolak permintaan orang lain, apalagi yang butuh bantuan. Ia percaya kalau hidupnya akan tenang jika menuruti semua orang dan tak membuat orang lain marah. Namun, untuk pertama kali, ia ingin menolak ajakan Naura, sahabatnya, untuk ikut OSIS. Ia terlalu malu dan tak bisa bergaul ...
Surat yang Tak Kunjung Usai
1167      720     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...
Kini Hidup Kembali
113      100     1     
Inspirational
Sebenarnya apa makna rumah bagi seorang anak? Tempat mengadu luka? Bangunan yang selalu ada ketika kamu lelah dengan dunia? Atau jelmaan neraka? Barangkali, Lesta pikir pilihan terakhir adalah yang paling mendekati dunianya. Rumah adalah tempat yang inginnya selalu dihindari. Namun, ia tidak bisa pergi ke mana-mana lagi.
Heavenly Project
803      536     5     
Inspirational
Sakha dan Reina, dua remaja yang tau seperti apa rasanya kehilangan dan ditinggalkan. Kehilangan orang yang dikasihi membuat Sakha paham bahwa ia harus menjaga setiap puing kenangan indah dengan baik. Sementara Reina, ditinggal setiap orang yang menurutnya berhaga, membuat ia mengerti bahwa tidak seharusnya ia menjaga setiap hal dengan baik. Dua orang yang rumit dan saling menyakiti satu sama...