Loading...
Logo TinLit
Read Story - Belum Tuntas
MENU
About Us  

Menyapa Rindu

 

Telah kutenangkan pikiran ini agar aku dapat tertidur dengan nyenyak. Namun karena kebahagiaan yang sungguh, telah membuatku tidak sabar menunggu pukul 8 malam nanti. Aku gelisah. Selalu terbayang-bayang. Aku pun membangunkan diri dengan menggaruk-garuk kepala karena kesal dengan perasaanku sendiri yang tidak tahu malu bahwa tubuh ini butuh tidur. Hingga pada akhirnya aku menyadari bahwa insomnia bukan sebuah penyakit bagi seorang perindu. Namun sebuah keharusan yang segera mungkin dituntaskan dengan cara bertemu. Badan rasanya mengigil. Angin terus keluar dari pantatku. Sepertinya aku masuk angin.

Aku berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka lalu menatap kaca untuk melihat keadaanku; mataku merah dan mukaku lusuh. Aku pun berkata di dalam hati dengan menatap dinding atas kamar, "Aku harus tidur. Kalau begini terus malah membuat tubuhku lesu." Aku kembali ke kamar untuk berjuang tidur.

Bola mataku beranikan diri untuk menarik kelopak mata. Pikiranku mulai meliburkan diri dari aktivitasnya dan sedangkan perasaan terus bekerja untuk mengejar target. Diri ini mulai memberikan arahan ke perasaan untuk tenang karena ada yang ingin tertidur. Aku pun berhasil tertidur dengan kegelapan kamar. Tidak berselang lama, suara kegaduhan terdengar dari luar rumah, "Ayo lempar bolanya". Aku menutup telinga dengan bantal guling agar tidak ada satu pun orang yang dapat menganggu waktu tidurku.

Hari sudah semakin siang, matahari mulai menyoroti kamarku padahal aku sudah menutupnya dengan hordeng tapi Ia tidak kuasa untuk menghentikan silaunya. Aku terbangun dengan setengah sadar, sedangkan tanganku menjelajahi kasur untuk mencari benda mati yang pintar; ponsel. Tanganku tidak menemukannya. Aku pun bangun dari tempat tidurku. Ponsel yang kugeletakan di sekitar kasur menjadi pencarianku saat ini tanpa mengucek kedua mata. Kucari celah-celahnya tak ditemukan, di bawah bantal pun tidak ada, dan di bawah kasur pun tidak ada. Aku panik saat itu. Akhirnya aku bangun dengan penuh sadar untuk mencarinya penuh semangat ke seluruh isi ruangan; dari ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar kecil, namun tidak satupun ditemukan.

Setelah kutelusuri seperti detektif, akhirnya kumenemukan penerangan bahwa ponsel yang kucari ada di saku celanaku. Aku tidak tersadar bahwa ponsel ini sangat pintar bersembunyi dan membuat susah pemiliknya. Andaikan saja aku adalah ponsel pasti aku seringkali dicari oleh banyak orang atau rebutan orang, namun di saat aku telah menjadi satu pemilik yang utuh; sosok tersebut masih sayang dan mencariku meskipun aku bersembunyi. Kulupakanlah khayalanku itu.

Aku membuka ponsel tersebut dan kumulai membalas pesan singkatnya yang sempat tertunda olehku, "Oke deh Des. Nanti berkabar saja ya," balasku. Aku pun menggeletakan ponselku ke kasur dan tujuanku saat ini ke kamar kecil untuk membersihkan diri supaya badan makin segar dan tidak bau, karena aku tahu bahwa perawatan bukan hanya milik wanita namun pria juga harus merawat diri agar orang yang dekat dengan kita tetap nyaman. Aku mandi dengan melakukan konser di sana. Hingga kumerasa kuman-kuman telah kapok bermain dengan tubuhku, aku keluar dan memakai kaos sama celana pendek. Saat aku sedang rapih-rapih, ponselku goyang itik di kasur sepertinya ada pesan masuk. Pesan itu dari Desi yang menyetujui untuk saling berkabar. Aku biarkan saja sampai menjelang waktu pertemuan nanti.

Masih tersisa 5 Jam untuk bertemu dengannya. Kuhabiskan dengan membaca buku yang masih belum tuntas. Tidak lupa dengan secangkir kopi yang telah kubuat untuk menemani perjalanan seorang penulis di dalam buku yang sedang kubaca. Aku terasa tenang saat membaca buku sampai lupa, waktu akan segera menutupkan dirinya. Aku pun menghentikan bacaanku. Aku kembali ke kamar kecil lagi untuk mandi lagi, aku khawatir bahwa bau badanku membuatnya tidak nyaman berada di dekatku. Aku mandi dan mempersiapkan diri.

Setelah aku mandi. Aku mencari pakaian yang pantas untuk mendampinginya di malam hari; kuharap malam ini penuh cerita dan mengundang cinta. Setelah semuanya telah aku hias sedemikian rupa, aku pergi ke tetangga untuk meminjam sepeda motor untuk menuju ke tempat kopi, karena baru-baru ini motorku turun mesin jadi butuh biaya yang cukup besar. Sedangkan uangku telah aku kirimkan ke kampung halaman.

"Bobby.. Bobby.. Bobby," ucapku menjelang waktu magrib. Salah satu dari keluarganya keluar; adiknya Bobby.

"Ada apa kak Ran?"

"Ada Bobby nggak?"

"Ada tapi lagi mandi tuh. Masuk aja kak Ran."

"Nanti aku panggilin," lanjutnya. Aku pun masuk ke rumahnya dan menunggunya beberapa menit kemudian, "Eh kamu Ran. Rapih bener, mau kemana?" ucapnya dengan mengeringkan rambutnya dengan handuk yang sedang dipegangnya.

"Iyah dong. Aku boleh minjem motormu nggak ke tempat kopi di seberang sana. Mau ketemu wanita idaman," ucapku dengan serius.

"Keluarin aja tuh. Tapi bensinnya bentar lagi habis, nanti kamu isi dulu aja daripada mogok di jalan," pungkasnya.

"Oh itu mah santai aja bos. Makasih ya," tutupku dengan mengeluarkan motor, mengambil kunci, memakai helm dan surat-surat kelengkapan lainnya. Aku pun meninggalkan rumah tetanggaku, "Hati-hati di jalan Ran," tutup tetanggaku. Aku pun mengangkat tangan kanan ke arahnya. Aku melaju menuju ke tempat yang telah dijanjikan. Untuk menempuh ke tempat tersebut, tidak begitu memakan waktu yang cukup banyak hanya sekitar 45 menit dari rumah. Sedangkan aku berangkat pukul 18.37 WIB untuk pergi ke sana, karena aku sadar bahwa seseorang tidak ingin dibuatnya untuk menunggu, terutama wanita. Jadi aku sebagai pria harus tepat waktu untuk mencerminkan diriku sendiri.

Malam menimbulkan bising ribut. Kota ini tidak kenal pagi, siang maupun malam masih tetap ribut dengan waktu. Gedung yang menjulang ke atas pun mewarnai keindahan kota, pengendara saling menunjukan kehebatannya di jalan dan sedangkan aku masih santai membawa motor pinjaman ini, karena sesuatu yang dipinjam harus dijaga sedemkian rupa. Hingga kumenemukan pengisian bahan bakar, aku mengisinya terlebih dahulu agar tidak ada kendala di jalan nanti. Aku mengantrinya. Aku pun mengisinya dengan penuh. Kembali melanjutkan perjalanan.

Aku sudah menempuh selama 40 menit. Malam masih setia membicarakan kegelapannya. Sedangkan tinggal satu rambu lalu lintas yang harus kulewati lagi untuk sampai pada tempat yang kutuju. Dalam benakku sendiri, aku akan akan melewati waktu yang telah kuperkirakan sebelumnya. Aku tetap melaju sampai melewati rambu lalu lintas terakhir, mataku telah menuju ke arah tempat kopi yang telah dijanjikan. Aku berhenti dan sampai tempat pertemuan awal kita berjumpa. Aku sudah tiba 35 menit lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan.

Aku memasuki tempat kopi ini. Namun aku dikejutkan oleh dirinya telah datang lebih dulu daripada aku. Dirinya sudah duduk di meja nomor satu. Aku menghampirinya, "Hey Des, maaf terlambat ya," ucapku dengan sedikit malu, senyum tipis-tipis ke arahnya.

"Kamu nggak terlambat kok. Lagipula sekarang masih jam 19.32 kok," balasnya dengan senyum ke arahku. Saat itu pula, degupan ini sangat kencang tidak berhenti atau setidaknya sedikit tenang. Aku coba menenangkan diriku.

"Kamu udah lama nunggu ya?"

"Enggak kok. Baru saja nyampe, aku juga baru mau kabarin kamu kalau sudah sampai, hehe."

"Owalahehehe. Makasih ya udah luangin waktumu untuk ke sini. Kamu sibuk apa Des?"

"Iyah nggak apa-apa. Lagipula aku lagi nggak sibuk banget sih. Ya kesibukan aku kaya gini aja, jalan-jalan nggak jelas. Kalau ada kerjaan itu juga jarang-jarang. Namanya juga pekerja outsourcing. Aku nggak perlu tanya juga kan kamu lagi sibuk apa?"

"Yaaa, kalau mau tanya juga nggak apa-apa Des," jawabku, senyum malu.</p>

"Lagipula aku udah tahu jawabannya kok."

"Apa tuh Des?"

"Kesibukanmu cuma mikirin aku doang kan? Lagipula aku juga tahu kamu siapa," balasmu dengan menatap ke arahku.

"Kamu kan penggiat literasi. Siapa sih yang nggak kenal sama Randy di kota ini," jawabmu dengan nada bercanda. Saat itu pula, perbincangan kita semakin erat dalam merangkul malam dan memeluk kebersamaan. Kita sepertinya ada kecocokan; saling melengkapi satu sama lainnya. Aku ingin malam ini diperlambat saat bersamamu. Canda tawa menghiasi tempat ini, airmata akibat kesenangan pun saling berjatuhan, tepuk menepuk saling bergantian layaknya kita telah mengenal lama atau bisa dikatakan reuni teman masa kecil. Namun waktu perlahan menghapuskan kebahagiaan kita di sini.

"Kamu mau pergi kemana?" ucapmu dengan menatap ke arahku.

"Aku ingin membeli temu."

"Ngapain temu dibeli?"

"Untuk bertemu denganmu tidak cukup satu kali," pungkasku dengan mengajaknya untuk pulang bareng. Lalu Ia menyanggupi permintaanku. Karena malam semakin dingin, sedangkan dirinya hanya menggunakan kaos saja; aku berinisiatif untuk melepas jaketku dan digunakan olehnya. Aku khawatir ada penyakit yang menyerangnya dan bagiku dalam mencintai seseorang itu dilihat dari seberapa hebatnya kita menjaga sosok yang dicintai bukan sekadar membeli barang-barang mewah yang bisa jadi orang tersebut menjadi pribadi yang konsumtif.

"Pakai saja jaketku, aku akan menjagamu selama perjalanan pulang," pungkasku. Lalu ia tersenyum dan sepertinya aku akan mengalami diabetes, jikalau dirinya selalu tersenyum ke arahku terus-menerus. Selama perjalanan, kita masih berbincang-bincang meskipun bukan semuanya tentang kita; aku bahagia. Kita saling mengenal satu sama lain. Hingga pada akhirnya rumah yang berwarna hijau dan pagar hitam pun menghentikan perbincangan kita dan menuntaskan pertemuan kita hari ini.

"Terima kasih ya, kamu hati-hati di jalan," ucapnya dengan salim ke tanganku dan mengembalikan jaketku. Aku pun tersenyum ke arahnya dan Ia pun masuk ke dalam rumah. Setelah Ia telah masuk, aku memakai jaket dan menyimpan bekas tangannya ke saku jaket agar tidak mudah pudar harumnya. Jaket yang dipakainya pun akan kujaga sedemekian rupa. Aku balik ke rumah dipenuhi dengan hati-hati yang berbunga-bunga. Selama perjalanan, aku terbayangkan dengan senyumannya, ketawanya dan hal apapun tentang dirinya. Sesampainya di rumah, aku langsung membalikkan motor pinjaman ke tetanggaku. Telah dikembalikan. Aku pun langsung ke rumah dan masuk untuk beristirahat

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta dalam Hayalan Bahagia
681      456     3     
Short Story
“Seikat bunga pada akhirnya akan kalah dengan sebuah janji suci”.
ADITYA DAN RA
19372      3224     4     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
When You're Here
2434      1086     3     
Romance
Mose cinta Allona. Allona cinta Gamaliel yang kini menjadi kekasih Vanya. Ini kisah tentang Allona yang hanya bisa mengagumi dan berharap Gamaliel menyadari kehadirannya. Hingga suatu saat, Allona diberi kesempatan untuk kenal Gamaliel lebih lama dan saat itu juga Gamaliel memintanya untuk menjadi kekasihnya, walau statusnya baru saja putus dari Vanya. Apa yang membuat Gamaliel tiba-tiba mengin...
When the Winter Comes
61457      8306     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Game Z
6354      1795     8     
Science Fiction
Ia datang ke ibukota untuk menuntut ilmu. Tapi, anehnya, ia dikejar dengan sekolompok zombie. Bersama dengan temannya. Arya dan Denayla. Dan teman barunya, yang bertemu di stasiun.
Last Voice
1119      633     1     
Romance
Saat SD Aslan selalu membully temannya dan gadis bernama Hina yang turut menjadi korban bully aslan.akibat perbuatannya dia membully temannya diapun mulai dijauhi dan bahkan dibully oleh teman-temannya hingga SMP.dia tertekan dan menyesal apa yang telah dia perbuat. Di SMA dia berniat berubah untuk masa depannya menjadi penulis."aku akan berusaha untuk berubah untuk mengejar cita-citaku&quo...
SATU FRASA
16075      3380     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Find Dreams
283      233     0     
Romance
Tak ada waktu bagi Minhyun untuk memikirkan soal cinta dalam kehidupan sehari-harinya. Ia sudah terlalu sibuk dengan dunianya. Dunia hiburan yang mengharuskannya tersenyum dan tertawa untuk ratusan bahkan ribuan orang yang mengaguminya, yang setia menunggu setiap karyanya. Dan ia sudah melakukan hal itu untuk 5 tahun lamanya. Tetapi, bagaimana jika semua itu berubah hanya karena sebuah mimpi yan...
Ignis Fatuus
2105      798     1     
Fantasy
Keenan and Lucille are different, at least from every other people within a million hectare. The kind of difference that, even though the opposite of each other, makes them inseparable... Or that's what Keenan thought, until middle school is over and all of the sudden, came Greyson--Lucille's umpteenth prince charming (from the same bloodline, to boot!). All of the sudden, Lucille is no longer t...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
420      303     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?