Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Reason
MENU
About Us  

Hening. Hanya hela napas yang menandakan ada dua orang dalam ruangan luas tersebut. Sean yang masih terdiam dan Flyn yang setia menunggunya bersuara.

Kebekuan mereka terpecah saat Aland masuk, berjalan cuek melewati ruang tamu sambil bersiul. Tanpa menoleh, melangkah santai menuju dapur. Seakan tak peduli dengan bossnya dan Flyn yang tengah serius.

Siulan Aland membangunkan syaraf dalam tubuh Sean. Membuatnya kembali menjejak dunia nyata, setelah tadi sempat larut dalam pikirannya sendiri. Berusaha mencerna penjelasan Flyn yang terasa tidak masuk akal baginya.

"Anda yakin dengan apa yang anda ucapkan?" Gumam Sean.

"Tentu, Sean. Semua jawabanmu dari test tertulis yang kuberikan selama beberapa jam tadi menegaskannya." Sahut Flyn sambil mengibas-ngibaskan lembaran kertas ditangannya.

"Tapi aku tak pernah takut pada apapun. Bahkan ketika aku harus hidup sendiri. Tanpa ibu atau kakekku."

Flyn mengangguk, penyangkalan Sean memang benar.

"Kau takut pada hal yang kasat mata. Tak bisa diraba, atau dilihat. Dan memang, kau tak pernah takut dengan kesendirianmu. Justru merasa nyaman dengan itu."

"Lalu?"

"Ketakutanmu berlaku sebaliknya. Kau takut pada kebersamaan, perhatian, cinta dan kasih sayang dari orang lain. Philophobia."

"Tidak masuk akal." Sean mendengus sebal. Ia mengambil segelas lemon tea yang tersaji di atas meja, meminum seteguk sebelum melanjutkan,
"Selama ini aku baik-baik saja tanpa perlu hal-hal yang anda sebutkan tadi. Lagi pula.... "

"Seorang philophobia, tidak akan mampu menatap langsung pada objek penyebab phobianya. Memandangnya dalam waktu yang cukup lama." Flyn memotong perkataan Sean. Membuat pria itu sontak terdiam. Tangannya mencengkram gelas dengan sangat erat.

"Merasa takut, berkeringat dingin, tubuh gemetar, sesak napas, ingin kabur dari sana, bahkan pada kasus yang ekstrim bisa menyebabkan pingsan."

Cecaran penjelasan dari Flyn benar-benar membuat Sean mematung dengan wajah pias. Ia bahkan tak sadar jika psikiater berambut putih itu sudah berpindah di sampingnya, mengambil gelas dalam genggaman Sean dan meletakkan di meja.

"Tepat sekali ya?" Flyn terkekeh pelan melihat ekspresi datar dan dingin di wajah Sean menghilang. Sementara yang ditanya hanya mengangguk pasrah. Kepalanya tertunduk lemah.

"Masih tetap bertahan dengan 'aku baik-baik saja'?" Seakan belum puas, Flyn melanjutkan. Dan mendapat gelengan pelan dari Sean.

"Anda benar, aku tidak baik-baik saja setelah mengenalnya."

"Good boy...." Pelan, Flyn menepuk pundak Sean. Membuat pria itu kembali mendongak sambil bertanya
"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Ada tiga hal yang bisa kau pilih.
Pertama, Hypnotheraphy. Aku bisa membantu dengan memberikan sugesti positif. Tapi aku tidak yakin ini akan berhasil. Melihat bagaimana pola pikir dan kemampuan istimewa yang kau miliki, photographic memory."

"Opsi kedua?"

Flyn yang duduk di sebelah Sean mengerutkan dahi. Berpikir selintas.
"Flooding, Exposure Treatment yang ekstrim. Kau akan dihadapkan secara langsung untuk menghadapi, menyentuh, memegang dan merasakan, berinteraksi langsung dengan sumber phobiamu. Sampai rasa takutmu hilang."

Bahu Sean terkulai, kepalanya bersandar di sofa.
"Dan membiarkan dia tahu, aku mengalami phobia?"

"Kau bisa menyembunyikannya."

"Tapi rasanya tidak adil. Seakan menjadikan gadis itu kelinci percobaan." Nurani Sean ternyata masih bekerja dengan baik. Membuat Flyn tersenyum simpul.

"Lalu apa yang ketiga?"

"Opsi ketiga, Desensitisasi Sistematis, lakukan pendekatan dengannya secara bertahap, perlahan. Namun hal itu biasanya memerlukan tekad yang sangat kuat dan memakan waktu yang agak lama." Penjelasan itu membuat Sean berpikir keras. Sementara Flyn terlihat santai. Ia mengambil sebuah eclair yang terhidang di atas meja dan melahapnya.

"Hmmmm.... ini enak. Siapa yang membuat?"

"Bibi Mer."

"Kau beruntung memiliki seseorang seperti dia di rumah ini. Sepeninggal kakekmu, tidak ada yang lebih bertanggung jawab selain Merydith."

"Bagaimana anda tahu?" Sean mengernyit heran.

"Aku sudah lama mengenalnya, Sean. Dia orang baik. Oh ya, opsi nomor berapa yang kau pilih?" Flyn kembali bertanya. Mengembalikan perhatian Sean pada masalahnya sendiri.

"Opsi ketiga, bukankah itu sama dengan opsi kedua?" Karena lelah duduk berjam-jam, Sean memutuskan berdiri. Melemaskan kaki dengan mondar-mandir di depan perapian.

"Tentu tidak, opsi ketiga lebih aman untuk kalian berdua. Dan lebih mudah dilakukan. Kau bisa mencoba berteman dengannya, dan hilangkan pikiran 'menjadikannya objek percobaan'. Biarkan semuanya berjalan seperti seharusnya."

Tapi rasanya, tidak akan semudah itu. Setidaknya bagi seorang Sean.

"Lalu, philophobia, apa anda tidak salah? Aku tidak mungkin bisa begitu saja jatuh cinta pada seseorang yang baru saja kutemui." Mata Sean menyipit penuh keraguan. Membuat Flyn terkekeh pelan.

"Sean.... Sean, kadangkala tak perlu waktu lama untuk jatuh cinta pada seseorang. Bahkan hanya dalam hitungan detik, semuanya bisa terjadi."

Impossible....

Tubuh tegak Sean berhenti di depan jendela lebar. Pandangannya mengarah ke halaman luas yang kosong.

Karena tak mendapat tanggapan, Flyn melanjutkan,
"Tapi kebanyakan dari kita, makhluk yang disebut pria ini, terlalu bodoh untuk mengetahui perasaannya sendiri. Lebih banyak menggunakan logika, sepertimu. Dan saat menyadari semuanya, bisa saja sudah terlambat."

Benarkah? Sepertinya mustahil.

Flyn menyusul langkah Sean. Berdiri di sampingnya dan mengamati raut wajah datar tanpa ekspresi milik Sean.

Pandang Sean masih terpaku di halaman. Entah bagaimana ia seakan melihat sosok seorang gadis disana. Memakai celemek stroberi dan tersenyum secerah matahari, yang membuat hatinya menghangat.

Beberapa detik yang amat berharga, ketika menemukan kelebatan ekspresi hangat di mata pemuda itu, tak ragu Flyn berucap,
"Aku berharap kau bukan termasuk dalam kategori pria bodoh itu, Sean."

Dengan bingung, Sean mengalihkan pandangan. Menatap lekat Flyn. Sementara yang dilihat hanya mengedikkan bahu dan berlalu. Sean mengacak rambutnya untuk ke sekian kali. Membuat semakin berantakan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A Poem For Blue Day
337      256     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
My LIttle Hangga
791      514     3     
Short Story
Ini tentang Hangga, si pendek yang gak terlalu tampan dan berbeda dengan cowok SMA pada umunya. ini tentang Kencana, si jerapah yang berbadan bongsor dengan tinggi yang gak seperti cewek normal seusianya. namun, siapa sangka, mereka yang BEDA bisa terjerat dalam satu kisah cinta. penasaran?, baca!.
Be Yourself
537      363     0     
Short Story
be yourself, and your life is feel better
A Ghost Diary
5510      1791     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
sHE's brOKen
7266      1713     2     
Romance
Pertemuan yang tak pernah disangka Tiara, dengan Randi, seorang laki-laki yang ternyata menjadi cinta pertamanya, berakhir pada satu kata yang tak pernah ingin dialaminya kembali. Sebagai perempuan yang baru pertama kali membuka hati, rasa kehilangan dan pengkhianatan yang dialami Tiara benar-benar menyesakkan dada. Bukan hanya itu, Aldi, sahabat laki-laki yang sudah menjadi saksi hidup Tiara yan...
God's Blessings : Jaws
1897      861     9     
Fantasy
"Gue mau tinggal di rumah lu!". Ia memang tampan, seumuran juga dengan si gadis kecil di hadapannya, sama-sama 16 tahun. Namun beberapa saat yang lalu ia adalah seekor lembu putih dengan sembilan mata dan enam tanduk!! Gila!!!
CALISTA
354      283     0     
Fantasy
Semua tentang kehidupan Calista, yang tidak hanya berisi pahit dan manis. Terdapat banyak rasa yang tercampur di dalamnya. Ini adalah kisah dimana seorang Calista yang mendapatkan pengkhianatan dari seorang sahabat, dan seorang kekasih. Disaat Calista berusaha menyelesaikan satu masalah, pasti masalah lain datang. Akankah Calista dapat menyelesaikan semua masalah yang datang padanya?
Triangle of feeling
503      357     0     
Short Story
Triangle of feeling sebuah cerpen yang berisi tentangperjuangan Rheac untuk mrwujudkan mimpinya.
Bad Wish
29888      2545     3     
Romance
Diputuskan oleh Ginov hanya satu dari sekian masalah yang menimpa Eriz. Tapi ketika mengetahui alasan cowok itu mencampakkannya, Eriz janji tidak ada maaf untuknya. Ini kisah kehilangan yang tidak akan bisa kalian tebak akhirnya.
Be My Girlfriend?
17537      2722     1     
Fan Fiction
DO KYUNGSOO FANFICTION Untuk kamu, Walaupun kita hidup di dunia yang berbeda, Walaupun kita tinggal di negara yang berbeda, Walaupun kau hanya seorang fans dan aku idolamu, Aku akan tetap mencintaimu. - DKS "Two people don't have to be together right now, In a month, Or in a year. If those two people are meant to be, Then they will be together, Somehow at sometime in life&q...