Loading...
Logo TinLit
Read Story - Buku Harian Ayyana
MENU
About Us  

Kirana terbangun dari tidurnya. Saat ada satu suara yang membuatnya terganggu. Namun dia tahu, dari mana suara itu terpusat. Kirana membuka pintu kamarnya dan bergegas pergi ke arah ruang tengah keluarga.

Benar, seperti dugaannya. Itu adalah suara Papa-nya yang masih saja sibuk begadang mengerjakan urusan kantor walaupun kondisinya sedang tidak bersahabat.

“Uhuk, uhuk.” Suara itu dari hari ke hari semakin sering saja terdengar. Membuat Kirana menjadi kesal sendiri karena Papa benar-benar tak memikirkan kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja.

Kirana pergi ke arah dapur untuk mengambilkan air hangat dan obat. Kirana yakin, Papa-nya kelupaan untuk minum obatnya lagi.

“Minum dulu, Pah!” Kirana menyodorkan air hangat itu lalu duduk di sofa samping kanan Papanya.

“Eh, sayang. Maaf ya, pasti keganggu sama suara batuk Papa.” Papa melirik hangat ke arah anak semata wayangnya itu. Lalu menerima segelas air hangat.

“Makasih ya, sayang.” Ucap Papa sambil mengelus lembut rambut Kirana.

Kirana melirik ke arah jam dinding ruangan. Dia menghela napas panjang kala melihat jam sudah menunjukkan pukul 01.12 malam.

“Papa gak capek, ngurusin kerjaan kantor terus?” ucap Kirana.

Tapi Papa membalasnya dengan senyuman. Seperti biasanya.

“Papa gak kasian sama mama? Mama pasti juga sedih loh lihat Papa terlalu kerja keras kaya gini.”

“Kirana sayang, Papa kan kerja gini juga buat kamu.” Ucap Papanya dengan lembut. Pandangannya kini teralih. Dari yang tadi melihat laptopnya kini melihat ke arah Kirana.

“Iya Kirana tahu. Tapi Papa musti tahu waktu! Masa kerja sampai malem kaya gini!” Kirana mulai terlihat kesal namun sebisa mungkin tetap mencoba sabar. “Papa juga harus mikirin kesehatan Papa. Ini,” Kirana memberikan obat pada Papanya. Obat yang memang resep dari dokter.

Papa tersenyum. “Makasih ya sayang. Tuan putri kesayangannya Mama Papa,” ucap Papa sambil mencubit kecil pipi Kirana.

                                      -oOo-                                          

Jurnal Ayyana.

Waktu itu aku sedang duduk santai bersama Isyana di taman sekolah. Itu tepat di jam istirahat. Di lapangan sekolah yang tak jauh dari tempat kami duduk, ada beberapa orang siswa yang kebanyakan kelas dua belas sedang bermain bola basket. Sangat jelas terlihat, ada dia juga di sana. Radit. Cinta pertamaku.

Aku melihat jelas ke arah dia. Sangat bersemangat sekali main basketnya. Peluh keringat bercucur deras di antara keningnya. Menandakan dia benar-benar puas bermain olahraga favoritnya itu.

Tak lama ada sebuah lambaian yang sakti membuat aku terdiam saat itu juga. Membuat aku kebingungan setengah mati, apa maksud dari lambaian lengkap dengan lengkungan senyumannya yang merekah. Lagi, dadaku merasa sesak tak karuan. Ini gila! Yang membuat aku merasa gila adalah, lambaian itu datang dari seorang kakak kelas stress bin sakit jiwa. Siapa lagi kalau bukan Reyhan!

“Eh, Ayy, itu kak Reyhan dadahin lo ya?” tanya Isyana. Matanya menatap terang-terangan pada sosok Reyhan yang sedang menjugling bola basketnya. Isyana balik melambai-lambai tangannya pada Reyhan, seakan mewakili aku yang seharusnya merespon lambaiannya.

“Ih apaan sih lo. Buat apa juga dia lambai-lambai ke gue? Emangnya gue kamera tersembunyi di acara uji nyali?” kataku sambil kembali membaca buku novel yang sedang aku pegang dalam genggaman.

Isyana hanya terkekeh geli mendengar ucapanku tadi. Lalu dia juga kembali melanjutkan aktivitasnya. Yakni menonton video-video olimpiade berisikan tentang atlet-atlet disabilitas.

Isyana. Anak ini benar-benar luar biasa. Dia sangat baik serta lembut hatinya. Dia memiliki keinginan kuat untuk bisa mendirikan yayasan untuk teman-teman yang memiliki kekurangan atau disabilitas. Itu adalah harapannya di masa depan. Katanya, dia ingin bisa memberikan sebuah asa bagi mereka, kalau hidup akan tetap baik-baik saja walaupun mereka hidup dengan segala keterbatasan. Jujur aku sangat salut padanya. Aku sangat bangga akan sikap empatinya yang sungguh menakjubkan.

Tiba-tiba suara ponselku berbunyi. Ada panggilan masuk. Aku menyeka layar ponselku kala aku melihat ada panggilan dari Ibu.

“Hallo, Bu.” Sapaku.

Kamu bisa pulang?” kata Ibu. Aku agak terdiam untuk beberapa saat. Lalu kembali bercakap.

“Sekarang?”

“Iya! Sakit Papa kambuh!”

“Apa?” aku terkejut. Setelah sekian lama, kenapa sakit Papa harus kambuh lagi? “Aku bakalan izin ke guru untuk pulang sekarang! Ibu tenang ya. Dah.” Aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan melangkah pergi.

Isyana yang tak tahu apa-apa juga ikut-ikutan membuntuti aku yang memang sudah terlihat sangat panik!

“Kenapa?” tanya Isyana. “Ada masalah?” Langkah kakinya nampak sekali berusaha untuk menyamai langkah kakiku yang memang sangat terburu-buru. Aku hanya bisa mengangguk kecil.

Setelah mendapatkan persetujuan dari guru, aku langsung menuju ruang kelasku dan lekas membereskan peralatan sekolahku. Aku tak tahu harus ku gambarkan seperti apa diriku. Antara panik, khawatir, gelisah dan seluruh ragaku bagaikan gemetar tak karuan. Hal itu membuat Isyana juga agak tak mengerti harus bagaimana dia menenangkan aku.

“Ayy.” Ucap Isyana dengan lembut. Aku terdiam. Bibirku sudah bergetar beberapa kali. Air mata ku sudah jatuh di kelopak mata, padahal aku sudah berusaha untuk membuatnya agar tak jatuh. Tapi sebisa mungkin aku harus kuat. Aku harus bisa tegar dan tetap berpikiran positif, kalau Papa akan baik-baik saja setelah dua tahun berlalu.

“Gue... Gue pulang dulu ya, Sya.” Kataku.

“Gue anter lo sampe depan ya.” Aku mengangguk. Kakiku rasanya sudah sangat lemas. Dan aku hanya bisa berjalan perlahan sambil sedikit berusaha menenangkan kembali hatiku yang mulai kalut.

Baru juga aku sampai di depan koridor depan kelasku, tubuhku jatuh secara perlahan, lalu aku terjongkok sedikit demi sedikit. Mendekap lututku. Di situ juga, aku benar-benar tak bisa lagi menahan segalanya. Segala kekhawatiranku menyangkut Papa. Aku menangis sejadi-jadinya. Dan Isyana hanya bisa memelukku dengan erat.

“Gue takut, Sya.” Kataku. “Gue takut Papa kenapa-kenapa.” Bulir-bulir kristal itu sudah tak bisa terelakan lagi untuk ku tahan alirannya.

“Sstttt, lo tenang ya, Ayy. Gue yakin Papa lo akan baik-baik aja.”

“Gimana kalau Papa gue nanti ...”

“Hei.” Isyana menahan kata-kataku. Dia memperhatikan seluruh wajahku yang sudah kusut. Dia tersenyum lembut. Kedua tangannya lalu menghapus sisa-sisa air mata yang masih menempel di pipi ku. Setelah itu, tangannya sibuk merapikan rambutku yang terlihat berantakan. Dia tersenyum lagi.

“Lo percaya sama gue ya, Papa lo bakalan baik-baik aja. Ok?”

Aku tersenyum lalu langsung memeluk sahabatku itu dengan erat. Betapa luar biasanya saat dia bisa begitu sakti menularkan energi positifnya padaku.

Thanks ya, Sya. Gue gak tahu kalau gak ada lo gue gimana.”

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 1
Submit A Comment
Comments (12)
  • sendirimenjadi

    Wow spechless

    Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1
  • sendirimenjadi

    Ibu nya bikin iri

    Comment on chapter Bab 2 : Bagian 2
  • sendirimenjadi

    Ngakak part ini

    Comment on chapter Bab 1 : Bagian 3
  • sendirimenjadi

    Seru juga lumayan

    Comment on chapter Bab 1 : Bagian 2
  • nafraj

    Ayyana 🤣

    Comment on chapter Bab 6 : Bagian 2
  • nafraj

    Plot twisttt makin seruuuu

    Comment on chapter Bab 6 : Bagian 1
  • nafraj

    Sad :'

    Comment on chapter Bab 5 : Bagian 2
  • nafraj

    Rada males sama radit cuy. Kesannya kaya manfaatin ayyana

    Comment on chapter Bab 3 : Bagian 2
  • nafraj

    Agak mundeng. Jadi di cerita ini ada dua pov ya thor. Pov kirana . Sama ayyana. Baru ngeh eyke 🤣 lanjutttt

    Comment on chapter Bab 2 : Bagian 1
  • nafraj

    Ayyana rada sengklek ya seru

    Comment on chapter Bab 1 : Bagian 2
Similar Tags
Caraphernelia
1067      553     0     
Romance
Ada banyak hal yang dirasakan ketika menjadi mahasiswa populer di kampus, salah satunya memiliki relasi yang banyak. Namun, dibalik semua benefit tersebut ada juga efek negatif yaitu seluruh pandangan mahasiswa terfokus kepadanya. Barra, mahasiswa sastra Indonesia yang berhasil menyematkan gelar tersebut di kehidupan kampusnya. Sebenarnya, ada rasa menyesal di hidupnya k...
Take It Or Leave It
6462      2042     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...
Aku Biru dan Kamu Abu
845      491     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Different World
1044      527     0     
Fantasy
Melody, seorang gadis biasa yang terdampar di dunia yang tak dikenalnya. Berkutat dengan segala peraturan baru yang mengikat membuat kesehariannya penuh dengan tanda tanya. Hal yang paling diinginkannya setelah terdampar adalah kembali ke dunianya. Namun, ditengah usaha untuk kembali ia menguak rahasia antar dunia.
Kani's World
1929      833     0     
Inspirational
Perjalanan cinta dan impian seorang perempuan dari desa yang bernama Kani. Seperti halnya kebanyakan orang alami, jatuh bangun dihadapinya. Saat kisah asmaranya harus teredam, Kani dituntut melanjutkan mimpi yang sempat diabaikannya. Akankah takdir baik menghampirinya? Entah cita-cita atau cinta.
Premium
Beauty Girl VS Smart Girl
11856      2974     30     
Inspirational
Terjadi perdebatan secara terus menerus membuat dua siswi populer di SMA Cakrawala harus bersaing untuk menunjukkan siapa yang paling terbaik di antara mereka berdua Freya yang populer karena kecantikannya dan Aqila yang populer karena prestasinya Gue tantang Lo untuk ngalahin nilai gue Okeh Siapa takut Tapi gue juga harus tantang lo untuk ikut ajang kecantikan seperti gue Okeh No problem F...
Zona Elegi
564      370     0     
Inspirational
Tertimpa rumor tak sedap soal pekerjaannya, Hans terpaksa berhenti mengabadikan momen-momen pernikahan dan banting setir jadi fotografer di rumah duka. Hans kemudian berjumpa dengan Ellie, gadis yang menurutnya menyebalkan dan super idealis. Janji pada sang nenek mengantar Ellie menekuni pekerjaan sebagai perias jenazah, profesi yang ditakuti banyak orang. Sama-sama bekerja di rumah duka, Hans...
Seutas Benang Merah Pada Rajut Putih
1712      831     1     
Mystery
Kakak beradik Anna dan Andi akhirnya hidup bebas setelah lepas dari harapan semu pada Ayah mereka Namun kehidupan yang damai itu tidak berlangsung lama Seseorang dari masa lalu datang menculik Anna dan berniat memisahkan mereka Siapa dalang dibalik penculikan Anna Dapatkah Anna membebaskan diri dan kembali menjalani kehidupannya yang semula dengan adiknya Dalam usahanya Anna akan menghadap...
My Doctor My Soulmate
126      112     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Photograph
1730      809     1     
Romance
Ada banyak hal yang bisa terjadi di dunia dan bertemu Gio adalah salah satu hal yang tak pernah kuduga. Gio itu manusia menyenangkan sekaligus mengesalkan, sialnya rasa nyaman membuatku seperti pulang ketika berada di dekatnya. Hanya saja, jika tak ada yang benar-benar abadi, sampai kapan rasa itu akan tetap ada di hati?