Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
MENU
About Us  

Kaca yang terpajang di sudut ruangan dekat kasir memantulkan kobaran api yang menyala-nyala. Aku menutupi hidung dengan pergelangan tangan,  menyipitkan mata mencari keberadaan Mentari yang terjebak di dalam sana. 

Kepulan asap tebal membuat Mentari sesak napas dan batuk-batuk. Sebab itulah, aku dengan cepat menemukan keberadaan perempuan itu dari suaranya. Aku segera berlari menghampiri untuk menolongnya.

Rupanya Mantari tidak sendirian. Ia sedang sibuk mengguyur api ke kobaran api bersama seorang pria yang ku yakini juga pegawai sini.  Mereka mengguyur air dari toilet  menggunakan baskom besar secara estafet. Namun alih-alih mereda, kobaran api itu makin besar saja. 

"Lo nggak apa-apa?" tanyaku yang mengampiri Mentari yang sudah panik dan hampir menangis.

"Kak Niel?" Mantari sempat terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba. Akan tetapi, suara pegawai pria itu membuat atensi kami berdua langsung beralih padanya.

"Gawat ... api nya makin besar!"

"Ada tabung APAR?" tanyaku pada mereka yang langsung dijawab kompak dengan gelengan. Meskipun aku terheran juga kenapa di kafe ini tidak menyediakan APAR untuk pertolongan darurat semacam ini. "Kalau handuk?" tanyaku lagi.

Refleks Mentari langsung berlari dan mengecek ke belakang gantungan toilet, lalu memberikannya padaku. Aku langsung merendamnya dengan air. Kemudian melempar ke api itu.

"Ada lagi nggak handuknya? Kalau ada lo semua ikutin cara gue. Makin cepet ... apinya bakalan cepet padam."

Di sisi lain Mentari dan temannya pun berpencar. Mereka mencari handuk atau kain yang bisa digunakan untuk membantuku hingga ke lantai dua.

Mentari turun membawa beberapa kain, lalu melakukan yang sama dengan apa yang aku perintahkan. Api sudah tidak seganas seperti awal aku datang. Kulihat sumbernya berasal dari bawah kompor. Tidak salah lagi, ini karena kebocoran gas. Kemudian dengan pergerakan cepat, aku melemparkan handuk basah ke arah tabung gas itu berulang kali. Hingga tak tersisa api lagi. Yang tersisa hanyalah api kecil yang berasal dari bahan mudah terbakar seperti bungkus bumbu, piring plastik, atau tatakan makanan yang berasal dari rotan.

Aku, Mentari, dan seorang lelaki yang menggunakan apron itu pun menghela napas lega.

"Ya Tuhan ... gue kira ini kafe bakalan habis kebakar," cicit pria itu.

"Bisa aja kalau Kak Daniel nggak cepet dateng ke sini," timpal Mentari yang masih mengatur napasnya dalam-dalam.

Kami semua masih shock. Setelah api padam, tidak ada lagi dari kami yang saling bicara. Kami bertiga duduk sambil merebahkan tubuh ke dinding, memandangi dapur setengah terbakar itu dengan tatapan kosong.

**

Setengah jam lalu kafe masih baik-baik saja. Ada beberapa meja yang terisi pelanggan. Semua baik-baik saja sampai Adrian teriak "api, api, api" dari arah dapur. Sontak saja teriakannya membuat panik satu kafe, termasuk aku.

Seluruh pelanggan pergi berhamburan keluar. Aku tidak tahu apakah mereka pergi karena ingin meminta pertolongan apa kabur menyelamatkan diri. Yaaa aku paham, dalam situasi panik seperti itu, orang normal akan lebih memilih menyelamatkan diri.

Harusnya aku pun pergi menyelamatkan diri ketika pantulan kaca memperlihatkan api berkobar-kobar. Akan tetapi aku bukan pelanggan, aku pekerja di sini. Tentu aku harus bertanggung jawab dan membantu Adrian yang berusaha mamadamkan api.

"Mentari! Mentari!"

Suara familiar dari arah depan kafe itu membuatku langsung sadar dan bangkit dari duduk. Kulihat Adrian dan Daniel pun bangkit dan mengikuti dari arah belakang.

Di luar sana sudah gaduh suara orang-orang yang berkerumun melihat kafe yang sudah bergumul asap tebal ini. Kami bertiga berjalan keluar dengan langkah lemas. Di sana sudah ada Mas Aksa berdiri dengan wajah panik. Bahkan aku bisa melihat ia hampir menangis. Kedua tangannya di tahan oleh dua orang dewasa yang tak aku kenal. Mungkin mereka orang yang melarang Mas Aksa masuk ke dalam kafe, menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

"Mas...."

Mas Aksa langsung melepaskan genggaman tangannya, lalu menghampiriku dan memeluk tubuhku erat. "Lo nggak apa-apa kan, Dek?"

Tubuhku bergetar, aku masih shock dan berusaha mengatur napasku agar tidak ketara menangis. "I-iya."

"Loh?! Niel,  lo kok?" Mata Aksa melebar, kaget setelah melihat Daniel ada di sana.

Diam-diam aku melirik wajahnya yang cemong dan dipenuhi keringat itu.

"Iya kebetulan saja—“

"Niel!!!!!!" Teriak seorang wanita yang berlari dan membelah kerumunan. Tanpa ragu, wanita itu langsung memeluk tubuh Daniel erat. "LO GAK PAPA KAN?!"

Aku sempat tertegun melihat kejadian itu. Maksudku, sebelumnya aku tak pernah mendengar Daniel punya kekasih atau semacamnya.

Di susul Ethan yang berlari dari arah belakang. "Syukurlah kalau udah padam. Gue panik banget Anjing dikira kebakaran gede. Gue sampai kayak orang gila ngehubungin pemadam kebakaran tapi kagak nyaut-nyaut!"

Aksa melepaskan pelukannya padaku, lalu berjalan mengampiri Daniel. Ia menepuk pudak pemuda itu pelan. "Thanks, Niel. Lo udah nolongin Mentari," katanya dengan tulus. "Dulu lo nolong gue, sekarang nolong adek gue. Banyak utang budi gue sama lo."

"Sans elah! Lagian Babeh sama Ibu kan emang nitipin Mentari ke gue, Sa!"

"Btw, lo kalau pacaran liat tempat apa ya? kagak liat ini banyak orang jomlo yang liat kalian pelukan!" Ethan mengerucutkan bibirnya sebal.

"Ahiwww ... cie cie!" goda orang-orang yang berada di sana. Sementara gadis itu refleks melepaskan pelukannya dan jadi salah tingkah.

"Dasar tolol!" Aksa menengor kepala Ethan sambil tertawa. "Lagi serius, malah lo becandain!"

Ooooh, jadi bener ya kalau mereka pacaran, gumamku dalam hati.

"Tar!" Adrian memanggilku. Kepalanya tertunduk ke bawah. "Maaf, ya. Kalau aja  gue nggak ngide buat mandi dulu, pasti kejadian gini bisa gue antisipasi. Pas gue keluar dari toilet, api-nya udah merembet ke mana-mana."

"Nggak apa-apa, Yan. Namanya musibah. Lo juga kan emang baru pulang kuliah."

"Tetep aja," katanya dengan nada sedih. "Bos gimana, ya?"

"Tenang. Nanti gue coba bantuin bilang."

"Thanks ya, Tar. Maaf sekali lagi."

"It's okay!" balasku setengah tersenyum. Saat itu, tak sengaja pandanganku dan Daniel bertemu. Aku tak sadar kalau sejak tadi dia memandangiku. Interaksi kami yang selalu canggung, membuatku tersenyum kikuk ke arahnya. Akan tetapi, pria itu membalas dengan senyuman yang paling manis yang pernah aku tahu.

Membuat hatiku berdebar kencang. Perasaan apa ini

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Pertama Bikin Dilema
5380      1470     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Potongan kertas
961      496     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
Aku Milikmu
2153      930     2     
Romance
Aku adalah seorang anak yang menerima hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan, namun dalam satu malam aku mengalami insiden yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan dan setelah berusaha untuk berdamai masa lalu kembali untuk membuatku jatuh lagi dengan caranya yang kejam bisakah aku memilih antara cinta dan tujuan ?
Under a Falling Star
1107      641     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Dunia Alen
6266      1774     2     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
KataKu Dalam Hati Season 1
6077      1596     0     
Romance
Terkadang dalam hidup memang tidak dapat di prediksi, bahkan perasaan yang begitu nyata. Bagaikan permainan yang hanya dilakukan untuk kesenangan sesaat dan berakhir dengan tidak bisa melupakan semua itu pada satu pihak. Namun entah mengapa dalam hal permainan ini aku merasa benar-benar kalah telak dengan keadaan, bahkan aku menyimpannya secara diam-diam dan berakhir dengan aku sendirian, berjuan...
Aku Istri Rahasia Suamiku
13767      2619     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Sweet Equivalent [18+]
5095      1278     0     
Romance
When a 19 years old girl adopts a 10 years old boy Its was hard in beginning but no matter how Veronica insist that boy must be in her side cause she thought he deserve a chance for a better live Time flies and the boy turn into a man Fact about his truly indentitiy bring another confilct New path of their life change before they realize it Reading Guide This novel does not follow the rule o...
Let's See!!
2384      999     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Luka atau bahagia?
5163      1479     4     
Romance
trauma itu sangatlah melekat di diriku, ku pikir setelah rumah pertama itu hancur dia akan menjadi rumah keduaku untuk kembali merangkai serpihan kaca yang sejak kecil sudah bertaburan,nyatanya semua hanyalah haluan mimpi yang di mana aku akan terbangun,dan mendapati tidak ada kesembuhan sama sekali. dia bukan kehancuran pertama ku,tapi dia adalah kelanjutan dari kisah kehancuran dan trauma yang...