Loading...
Logo TinLit
Read Story - Janji-Janji Masa Depan
MENU
About Us  

Tiba hari bertemu malam. Entah mengapa aku tak bisa tidur, padahal sudah seharian bekerja, bertemu banyak orang, berkeringat sampai bau kecut, tapi kalau malam masih saja susah tidur.

Mungkin mataku menutup, pura-pura mau tidur, tapi pikiran tetap saja kelayapan. Kalau saja ada turnamen kejuaraan orang paling susah tidur aku bisa mendaftar jadi kontestannya.

Dahulu, semasa SMP, sekolah pernah diliburkan sebulan penuh karena wabah penyakit menular sedang melanda Nara.

Kami dilarang keluar rumah, apalagi mampir ke rumah tetangga. Virus itu menyebar secara mengerikan, bisa lewat sentuhan tangan, bersin, batuk, dan kabarnya juga bisa menyebar lewat udara.

Banyak orang yang meninggal karena virus kecil yang ukurannya tidak sampai setengah milimeter itu.

Tapi Zahwa bukan tipe anak yang mau diam, dia merajuk bukan main minta jalan-jalan.

Karena Bu Widi pusing, akhirnya Zahwa diselundupkan dari pintu belakang rumah supaya tidak dilihat tetangga dan mengetuk pintu rumahku.

Bu Widi percaya rumahku aman. Virus tidak senang main-main di kebun.

Betapa terkejutnya Ibu, Zahwa datang dengan mulut tertutup masker, memakai jas hujan padahal hari sedang cerah, bersepatu boots, lengkap dengan sarung tangan.

Aku hampir tidak mengenalinya. Bu Widi berbisik-bisik, bilang ingin menitipkan Zahwa karena ia tak mau disuruh tinggal di rumah saja.

Ibu mengangguk dan buru-buru melepas kostum Zahwa yang mirip kepompong.

Zahwa adalah anak yang cerdas, sudah sejak kecil ia memiliki pikiran yang tidak sama dengan anak-anak lain.

Kami berdua bermain di teras rumah saat hari mulai mendung, dan ia bercerita padaku;

“Bagaimana bisa orang percaya bahwa yang tertiup dan kemudian kita rasakan ini adalah angin? Ia bahkan tidak terlihat sama sekali. Bagaimana jika ternyata yang tertiup dan kita rasakan ini adalah kentut atau gas beracun, kita mengira angin dan baru menyadari setelah mencium baunya.”

Aku mengangguk dan kemudian menggeleng, setuju tapi tidak bisa menjawab pertanyaannya. Kemudian ia berkata lagi;

“Bagaimana bisa orang menyebutnya gerimis? Bisa saja air yang berjatuhan itu ternyata adalah kelakuan burung-burung yang bermain genangan air yang terjebak di talang rumah, bentuk rintiknya tak beda jauh.”

Aku mengangguk dan menggeleng lagi, tidak terlalu setuju tapi tidak memiliki kalimat untuk menyanggahnya. Kemudian ia berkata lagi;

“Bagaimana bisa orang percaya bahwa bumi adalah satu-satunya planet yang ada penghuninya?”

Aku masih menunggu ucapannya yang selanjutnya yang ternyata sudah selesai. Baru kemudian aku menggeleng tapi aku menjawab, “Karena di planet lain tidak ada air?”

“Memangnya air untuk apa?” tanyanya dengan nada polos.

“Sumber kehidupan, manusia bergantung dengan air,” jawabku seadanya.

“Bagaimana jika manusia di sana sumber kehidupannya bukan air, bisa saja benda lain yang tidak ada di bumi. Beda rumah beda penghuni, beda planet apalagi.” Jelas beda sekali, maksudnya begitu.

“Tapi belum ada penelitian yang membuktikan keberadaannya, Wa.” Aku mengeluarkan argumen seadanya lagi.

“Belum ada, bukan berarti tidak ada. Bang, bagaimana kamu bisa tahu kalau di kepalamu tidak ada kutu?”

Jidatku mengernyit heran. “Gatal-gatal?”

“Bisa jadi iya, bisa juga tidak. Semisal Bang Nadif kutuan, mungkin awalnya akan gatal-gatal, lalu Ibu akan mencari kutu-kutu itu tapi tidak menemukan. Lalu Ibu menyimpulkan bahwa di kepala Abang tidak ada kutu. Sampai berhari-hari Abang masih merasa gatal, sampai akhirnya Abang memutuskan untuk pakai sampo terbaik agar jika benar itu kutu, ia akan mati. Baru setelahnya gatal itu reda, apa yang seperti itu bisa serta merta menandakan bahwa di kepala Abang tidak pernah ada kutu?”

Aku menggeleng untuk kesekian kali.

“Bisa jadi ada, tapi memang tidak pernah ada yang menemukan. Sehingga akhirnya dibilang tidak ada. Penghuni planet lain juga begitu, peneliti hanya belum menemukan jadi bilangnya tidak ada. Dan yang seperti itu tidak bisa diartikan absolut, tidak ada. Bisa jadi ada tapi memang belum ditemukan, atau mereka memang sengaja tidak ingin kita temukan.”

“Jadi kamu percaya kalau Alien itu ada?”

“Kalau Alien itu adalah makhluk aneh, tukang culik, dan pakai piring terbang yang ada cahayanya, aku tidak percaya. Tapi jika Alien itu adalah makhluk sederhana yang tinggal dan hidup menjalani hari-harinya di tempatnya berada. Jawabannya adalah aku belum tahu, aku tidak bisa memutuskan apakah aku percaya atau tidak. Tapi jika dipersentasekan kepercayaanku dengan makhluk luar bumi itu, mungkin 75% percaya dan 25% tidak.”

“Cari aman.” Aku terkekeh.

Ia juga tersenyum dengan mata bulan sabit dan wajah sendunya. “Iya, aku hanya tidak suka dengan orang yang kekeh dengan pendapatnya yang kaku, mutlak, dan tidak boleh diganggu gugat bahwa makhluk di luar bumi itu tidak ada. Menurutku kurang bijaksana.”

Kutatap ia yang melamun, tidak jelas memandang apa. Matanya seperti menerawang jauh, dan aku tidak mengerti di mana pangkal ujungnya.

“Mungkin aku akan sepenuhnya percaya jika ada manusia yang telah menghabiskan seumur hidupnya untuk berkeliling galaksi dan luar angkasa, menyambangi planet-planet, menyapu debu angkasa yang bernama nebula, hingga pada suatu ketika ia kehabisan bekal serta kehausan, kemudian ia singgah di suatu planet untuk meminta air. Dan entah dari mana asalnya, ada sebuah sumur yang isinya sulfur, bukan air. Ia kemudian memilih kembali ke bumi dengan tenggorokan kering, dan menyimpulkan di tempat itu tidak ada air maka tidak ada kehidupan. Salah satu alien yang melihat keheranan, mengapa makhluk asing tadi tidak jadi minum padahal ia terlihat membawa botol dan sangat kehausan. Apakah sulfur yang lezat itu memang bukan seleranya?”

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar perkataannya barusan.

“Abang paham maksudku?” tanyanya.

Aku mengangguk masih dengan tertawa. Mungkin maksudnya di planet sana tidak ada air, karena memang tidak dibutuhkan. Mereka lebih butuh sulfur untuk hidup, air bisa jadi adalah benda asing yang berbahaya bagi mereka. Jadi tidak ada air bukan berarti tidak ada kehidupan.

“Dari dulu memang imajinasimu berbeda sekali, Wa.” Dan kami tertawa bersama-sama. Hal apa pun jika sudah masuk ke kepalanya, kemudian diolah sedemikian rupa, hasilnya akan jadi istimewa, setidaknya untukku.

Aku rasa ia punya bakat yang tidak banyak orang lain punya, meskipun aku tak tahu sebutannya apa.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • mesainin

    I wish I can meet Nadif & Pak Bah in real life :'

    Comment on chapter Epilog
  • cimol

    ayoo !!!

    Comment on chapter Prolog
  • wfaaa_

    next chapter!

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Run Away
8517      2011     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Wannable's Dream
41733      6369     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Merayakan Apa Adanya
1061      790     8     
Inspirational
Raya, si kurus yang pintar menyanyi, merasa lebih nyaman menyembunyikan kelebihannya. Padahal suaranya tak kalah keren dari penyanyi remaja jaman sekarang. Tuntutan demi tuntutan hidup terus mendorong dan memojokannya. Hingga dia berpikir, masih ada waktukah untuk dia merayakan sesuatu? Dengan menyanyi tanpa interupsi, sederhana dan apa adanya.
Nina and The Rivanos
10834      2711     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
Langkah yang Tak Diizinkan
340      283     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...
Rasa yang tersapu harap
11082      2479     7     
Romance
Leanandra Kavinta atau yang biasa dipanggil Andra. Gadis receh yang mempunyai sahabat seperjuangan. Selalu bersama setiap ada waktu untuk melakukan kegiatan yang penting maupun tidak penting sama sekali. Darpa Gravila, cowok sederhana, tidak begitu tampan, tidak begitu kaya, dia cuma sekadar cowok baik yang menjaganya setiap sedang bersama. Cowok yang menjadi alasan Andra bertahan diketidakp...
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
6785      2239     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
HURT ANGEL
181      141     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
Reandra
4433      1932     67     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
Just For You
6853      2237     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...