Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta si Kembar Ganteng
MENU
About Us  

Ika Rizkya Keumala duduk berhadapan dengan Teuku Rifky Kurniawan, di sebuah kafe sedikit remang malam itu. Keumala terlihat sangat bahagia dengan keadaan yang dimilikinya. Apa yang dinanti telah terjadi. Tinggal waktu yang menghadapkan pada benar nyata atau tidak untuk terus bersama sampai usia memisahkan.

Rifky sedikit tidak tenang. Bukan sulit tetapi bingung hatinya untuk bersikap sejauh mana. Di cermin lemari yang bisa memperlihatkan seluruh tubuhnya, ia telah berlatih semampunya. Gaya bahasa yang sering Rafky pakai kalau berbicara. Suara sedikit manja dan tak ada pemisah antara suka dan duka.

Keumala terus memperhatikan cincin seberat 2 mayam di jari manisnya. RK. Tertulis jelas cincin itu; di bagian dalam. Sesekali, pantulan cahaya lampu dari kafe yang makin ramai itu, memantulkan warna keemasan entah ke sudut mana. Seolah-olah, Keumala ingin berteriak maupun ingin mengumumkan kepada siapa saja yang tak dikenalnya di sana, bahwa dirinya telah bertunangan.

“Aku masih belum percaya, kamu bisa seserius ini, Sayang!” ujar Keumala dengan benar-benar bahagia, yang belum pernah sekalipun Rifky melihat pada rona mata wanita lain di dunia ini.

“Kamu sebahagia itu, Sayang?” ujar Rifky; begitu ganjil untuk dirinya dengar sendiri.

“Jelas dong. Ini momen yang aku tunggu-tunggu. Aku sudah nggak sabar untuk segera cerita ke banyak orang, kalau aku segera menikah!” suara Keumala seolah-olah histeris panjang di telinga Rifky.

Jangan cerita. Cukup kamu dan aku saja. Tapi, “Ceritakan saja, itu bisa membuat hatimu tenang. Begitu kan, Sayang?”

“Sayang, kamu tahu nggak. Teman kantorku, sampai posting di feed dia lho. Nggak pernah-pernah. Anak itu biasanya posting sekali purnama,” girang Keumala.

“Suka dia kalau kamu bahagia,”

“Iya. Waktu yang buat aku bahagia dan nggak galau lagi,”

“Biasanya kamu galau apa, Sayang?”

“Kamu asyik tunda terus,”

“Kamu asyik paksa terus,”

“Untuk kebaikan kita lho, Sayang,”

“Bukan kebaikan kamu, Sayang?”

“Kita berdua, Sayang,”

“Iya, kita berdua!”

Keumala dan Rifky sama-sama tersenyum. Tanpa Keumala sadari, senyum itu tak lain milik Rifky, bukan Rafky orang yang  dirinya cinta. Keumala terlanjur memancarkan cahaya kebahagiaan dari dalam dirinya yang panjang.

Alunan musik lembut membuat malam makin panjang dan romantis. Di sudut ruangan, sepasang anak muda sedang berdebat panjang. Mungkin hal sepele yang membuat mereka ingin mengakhiri hubungan atau memang suka saja bertengkar, sebagai bumbu percintaan.

“Kamu ingat nggak, Sayang,” ujar Keumala setelah berpaling dari pasangan muda itu. Semua orang di kafe itu, sejenak memalingkan wajah ke arah suara yang menyalak dari orang bermesraan itu. Meskipun, pasangan tersebut tidak menyadari karena sedang kau dan kau yang salah karena ini dan karena itu pada waktu-waktu lalu dalam kisah mereka.

“Semua tentang kamu aku ingat, Sayang,” kata Rifky sambil mengerutkan kening. Antara, sebuah tebakan, atau apa yang dirinya tidak ketahui. Semoga benar. Itu saja. Rafky dan Keumala pernah berdebat atau mungkin bertengkar di suatu tempat, dalam ramai pandangan tanpa malu orang melihatnya.

“Waktu aku bilang, Raf, ayo dong, teman-temanku sudah punya anak, sudah bulan madu ke Venessia, sudah ke Seoul, sudah mau lahir anak kedua,” Rifky memusatkan konsentrasi pada apa yang tidak diketahuinya. “Kamu jawab apa waktu itu?”

Aku tidak tahu.

“Masih ada hari esok kok, Sayang,” lanjut Keumala. “Aku langsung marah dan orang-orang lihat ke kita dengan penasaran. Aku merasa malu sekali sekarang ini lho. Kayak mereka itu mungkin ya. Semua orang lihat ke kita. Aku terus marah-marah. Kamu terus bercanda. Aduh, nggak sanggup deh aku bayangin itu lagi,”

“Dinikmati saja, Sayang,”

“Benar, kan? Kamu itu nggak berubah sama sekali,”

“Kalau berubah aku jadi monster,”

“Nggak. Kamu selalu bilang, kalau berubah aku Bill Gates,”

Rafky nggak bilang soal ini.

“Bill Gates ya?” raut wajah Rifky berubah. Keumala tidak menyadari sama sekali. Cinta yang memaniskan jalan hidupnya tidak pintar menyelidiki apapun.

“Cita-cita kamu mau bangun usaha kopi berbasis digital, mau minta tolong Bang Rifky buat rancang kantor kayak Facebook atau Google, terus semua anak muda Aceh kamu rekrut biar bisa kerja di sana,”

“Terus, kamu dukung, Sayang?”

“Jelas dong. Kamu nggak pernah sekalipun bicara soal kita bagaimana ke depan. Kamu selalu bilang, kalau nanti usaha lancar, gedung sudah siap, investor datang, dan sukses, baru kamu mau memikirkan hubungan kita ke arah yang serius,”

“Kamu tetap dukung?” kali ini mungkin Rifky yang bertanya bukan sebagai Rafky.

“Apapun. Apapun, Sayang,” kedua mata mereka bertemu. Rifky segera berpaling ke jendela, dengan butiran uap air telah menempel di sana. Malam kian larut saja.

“Seandainya kamu bersabar,”

“Kita akan terlambat, Sayang,”

“Terlambat usahaku gagal atau terlambat apa?”

“Kamu mau nggak punya anak pada usia 40 tahun? Nggak, kan? Kapan kamu bangun keluarga, kapan kamu bangun usaha. Kalau usaha kamu berhasil. Kalau usaha kamu gagal,”

“Nggak mungkin gagal,”

“Kamu selalu bilang begitu,”

Rafky bilang begitu?

“Sampai hari ini aku masih bisa bangkit, kan, Sayang?”

“Jatuh bangun kamu itu aku yang paham, Sayang. Tapi sampai kapan? Mau kamu terus-terusan bergantung sama Bang Rifky? Sampai kapan kamu usaha terus, kapan kita bisa menebak usaha kamu akan sukses besar. Menurut aku, usaha kamu sudah sangat sukses, Sayang,”

“Bang Rifky mengerti, kok,” ujar Rifky pada dirinya sendiri.

“Nggak selamanya Bang Rifky bantu kamu. Contohnya sekarang, apa mungkin Bang Rifky gantiin posisi kamu di sini?”

Ini aku sekarang. Rifky.

“Senang aku berlipat-lipat waktu kamu bilang, ayo kita tunangan!”

“Kamu sebahagia itu?”

“Sangat-sangat bahagia!”

Bagaimana jika nanti terluka?

“Aku sudah siapin banyak hal, rencana ke depan bersama kamu, aku sudah lebih dari siap, Raf,”

“Kamu tahu apa aku juga siap, Sayang?”

“Siap. Saat kamu bilang usaha kamu nggak mungkin gagal, kamu juga mau bilang ke aku, kalau perjalanan cinta kita juga nggak akan gagal!”

“Kalau gagal?”

“Kamu tinggal perbaiki,”

“Aku nggak punya cara,”

Rifky tidak punya cara.

“Raf, satu hal yang aku salut dari kamu. Kamu punya cara sendiri dalam mempertahankan hubungan kita. Aku tahu kamu seperti apa. Kamu sangat bergantung pada Bang Rifky. Saat kita berdua, ban mobil kempes saja, kamu telepon Bang Rifky padahal bisa ganti sendiri. Pulsa kamu habis, minta isi Bang Rifky padahal saldo m-banking kamu masih banyak. Tapi, dalam hubungan percintaan kamu tidak bergantung pada Bang Rifky!”

“Bang Rifky segalanya,”

“Karena kalian kembar,”

“Kamu mau anak kembar, Sayang?”

“Nggak!”

“Lho? Katanya cepat menikah, cepat punya anak, masa nggak mau,”

“Repot tahu,”

“Dari mana?”

“Kata orang,”

“Nyak nggak repot besarin kami berdua!” nada suara Rifky sedikit ditekan. Jadi diri sendiri.

“Ya, nggak semua orang sama,”

“Satu di antara kami, mungkin akan punya anak kembar,”

“Keturunan, begitu kamu mau bilang?”

“Silsilahnya begitu,”

“Pusing, deh,”

“Jadi, kamu belum siap?”

“Aku siap. Cuma…,”

“Nggak pakai, cuma, kalau begitu kamu nggak siap namanya,”

“Sayang, aku itu bukan nggak siap menikah, tapi nggak siap punya anak kembar,”

“Menikah itu harus siap segala risiko,”

“Sayang…,”

“Aku ini yang nggak suka, kenapa aku bilang tunda dulu. Karena kamu nggak benar-benar siap,”

“Sayang, dengar dulu. Maksud aku bukan begitu,”

Antara Rifky dan Rafky.

“Kamu nggak siap, Sayang,”

“Aku siap,”

“Kamu nggak mau punya anak kembar, sedangkan keluarga kami ada silsilah anak kembar. Kakek dari Abu kembar. Buyut kakek kembar juga. Kami kembar. Di antara kami, bisa jadi ada anak kembar lagi. Siapa yang rezeki karena itu nggak bisa ditebak. Nah, kamu?”

“Aku siap,”

“Menikah tapi?”

Keumala diam.

“Kamu belum benar-benar yakin, Sayang,”

“Aku yakin, Raf,”

“Kamu ingin menikah. Kamu mau bersama. Kamu juga ingin punya anak tapi kamu nggak siap. Mau kamu apa sih?”

“Aku sampai ke sini artinya aku siap, Sayang,”

“Kamu nggak yakin. Kata Raf…, menurutku, kamu terlalu sibuk dengan urusan kantor. Takut nggak bisa urus anak. Nggak mau repot ada bayi. Sulit keluar sama teman-teman kamu. Untuk apa juga menikah kalau begitu?”

Rifky berada diambang kesadaran; kalau dirinya sedang memarahi calon adik iparnya sendiri.

“Raf, aku serius sama kamu,”

“Aku nggak bilang kamu nggak serius, Sayang. Tapi, kamu belum benar-benar siap,”

“Aku siap,”

“Kata kamu. Kemungkinan bisa beda, Sayang. Aku nggak mau menikah, tunda kehamilan, karena keegoisan kita berdua!”

“Aku nggak bilang begitu,”

“Kamu nggak bilang. Kamu ‘cuma’ khawatir kalau kita punya anak kembar dan kamu nggak mau menerimanya!”

Keumala menunduk. Api sudah disulut. Rafky yang dirinya kenal memang begitu. Keumala juga tidak mau dianggap bersalah.

“Raf, aku pikir kita nggak usah perpanjang lagi masalah ini,”

“Aku nggak memulai, kamu yang harusnya memikirkan apa yang baik sebelum yakin apa itu benar buat kamu,”

Sepuluh menit kemudian, diam mereka bersama alunan musik yang menghentakkan nadi. Rifky dalam diri kesal yang berkepanjangan. Keumala diam seribu bahasa sampai mereka pulang.

Di pintu pagar rumah Keumala. Rifky memarkirkan mobil dan menarik napas panjang. “Aku minta maaf, Sayang,” ujarnya.

“Kamu nggak perlu minta maaf, Sayang. Aku yang salah,”

“Aku sudah menyakiti perasaan kamu, Sayang,”

“Kamu nggak pernah minta maaf kalau kita berdebat, Raf!”

Rafky nggak pernah minta maaf?

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Selepas patah
213      173     1     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Lady Cyber (Sang Pengintai)
2490      972     8     
Mystery
Setiap manusia, pasti memiliki masa lalu. Entah itu indah, atau pun suram. Seperti dalam kisah Lady Cyber ini. Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Rere Sitagari, yang berjuang demi menghapus masa lalunya yang suram. Dibalut misteri, romansa, dan ketegangan dalam pencarian para pembantai keluarganya. Setingan hanya sekedar fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, peristiwa, karakter, atau s...
Tak Segalanya Indah
708      478     0     
Short Story
Cinta tak pernah meminta syarat apapun
Asrama dan Asmara
526      381     0     
Short Story
kau bahkan membuatku tak sanggup berkata disaat kau meninggalkanku.
Fallen Blossom
567      367     4     
Short Story
Terkadang, rasa sakit hanyalah rasa sakit. Tidak membuatmu lebih kuat, juga tidak memperbaiki karaktermu. Hanya, terasa sakit.
Interaksi
552      378     0     
Romance
Ada manusia yang benar benar tidak hidup di bumi, sebagian dari mereka menciptakan dunia mereka sendiri. Seperti halnya Bulan dan Yolanda. Bulan, yang terlalu terobsesi dengan buku novel dan Yolanda yang terlalu fanatik pada Korea. Dua duanya saling sibuk hingga berteman panjang. Saat mereka mencapai umur 18 dan memutuskan untuk kuliah di kampus yang sama, perasaan takut melanda. Dan berencana u...
Snazzy Girl O Mine
555      349     1     
Romance
Seorang gadis tampak berseri-seri tetapi seperti siput, merangkak perlahan, bertemu dengan seorang pria yang cekatan, seperti singa. Di dunia ini, ada cinta yang indah dimana dua orang saling memahami, ketika dipertemukan kembali setelah beberapa tahun. Hari itu, mereka berdiam diri di alun-alun kota. Vino berkata, Aku mempunyai harapan saat kita melihat pesta kembang api bersama di kota. ...
Trip
965      485     1     
Fantasy
Sebuah liburan idealnya dengan bersantai, bersenang-senang. Lalu apa yang sedang aku lakukan sekarang? Berlari dan ketakutan. Apa itu juga bagian dari liburan?
Gunay and His Broken Life
8733      2540     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...
Kenangan Hujan
546      404     0     
Short Story
kisah perjuangan cinta Sandra dengan Andi