Setelah kejadian tadi malam, sekarang Maria tidak mengendarai snowy. Karena Jun memaksa agar dia yang menghampiri Maria ke rumah, orangtua Maria juga mengetahuinya. Kemarin malam, saat Jun menemani Maria pulang orangtua Maria sempat berbicara banyak hal dengan Jun. Jadi Maria tidak dimarahi, syukurlah. Jun benar-benar penyelamat bagi Maria.
Maria sudah berada di dalam mobil milik Jun, dia duduk di samping kursi pengemudi. Dia mengenakan sabuk pengaman, dan entah kenapa Maria merasa kedinginan. Bodohnya, dia tidak membawa jaket. Menyebalkan sekali, jika dia turun dan mengambilnya dia merasa tidak enak Jun harus menunggu lagi. Mau tidak mau Maria menahannya sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya agar tubuhnya sedikit hangat.
“Lo kedinginan, ya, Mar? Sekarang cuacanya dingin banget soalnya,” ujar Jun. Mungkin Jun peka karena tingkah laku Maria menunjukkan seperti orang yang kedinginan, ya memang sekarang dia sedang kedinginan.
“Iya. Gue lupa bawa jaket, nih,” jawab Maria. Jun tersenyum dan hanya diam, dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia melepaskan jaketnya dan dia kenakan di tubuh Maria.
“Kok lo lepas? Nanti lo yang kedinginan Jun,” ucap Maria.
“Nggak papa, gue kuat. Lebih dingin Korea tahu daripada di sini,” goda Jun.
“Ih gaya amat si Bambang.” Maria meledek Jun. Lalu merapikan jaket yang dipasangkan oleh Jun tadi. Jun lalu melajukan mobilnya kembali, karena sebentar lagi akan memasuki jam masuk sekolah.
********
“Maria … Jun … duo manusia blasteran,” panggil Vina. Seorang bendahara di kelas 10 broadcasting, dia adalah pribadi yang dikenal aktif dan mengutarakan pendapatnya secara bebas tanpa peduli perasaan orang lain. Dia pasti memanggil Maria dan Jun yang baru datang, untuk menagih uang kas. Namun, Maria sedikit sensitif dengan panggilan itu, ‘Manusia Blasteran’ memang mereka blasteran. Tapi apakah harus menyebut seperti itu? Rasanya seperti disudutkan karena berbeda dari orang pada umumnya.
“Apa?” jawab Maria dengan nada ketus. Jun menggenggam tangan Maria, berusaha menenangkan agar tidak terjadi pertengkaran.
“Santai aja kali. Gue mau narik uang kas,” jawab Vina sambil memutar kedua bola matanya. Vina memang sirik dengan Maria dan Jun, entah kenapa alasannya.
“Jun.” Maria melirik ke arah Jun dengan tatapan sinis sambil mengulurkan tangannya. Jun yang mengerti maksud Maria langsung mengambil uang dari sakunya lalu memberikannya kepada Maria.
“Oke.” Maria mengacungkan jempolnya. Lalu dia juga mengeluarkan uang dari sakunya. Maria memegang telapak tangan Vina dan membukanya. Membuat Vina sedikit kebingungan.
“Ngapain lo?” tanya Vina nyolot.
“Nih gue sama Jun, si Manusia Blasteran.” Maria menekan nada bicaranya.
“Udah bayar kas, lunas, ya!” sambungnya.
“Cih,” dercak Vina. “Oke,” jawabnya sambil menerima uang dari Maria. Maria langsung menarik lengan Jun agar cepat menghilang dari pandangan Vina, mereka segera duduk di bangku.
“Maria …” panggil Jun lirih. Ketika mereka sudah duduk dibangkunya.
“Apa, sih Jun?” Maria masih terbawa emosi.
“Ssst ,.. kenapa marah-marah, sih?” Jun berbicara sambil berbisik karena takut menganggu yang lainnya.
“Ya masa lo diledekin kayak gitu nggak marah? Kayak disudutkan banget tahu nggak sih.” Maria juga berusaha memelankan suaranya walaupun masih merasa kesal diperlakukan seperti itu.
“Ya marah Mar, tapi tahan aja. Sabar sabar.” Jun merangkul Maria berusaha menenangkan perasaannya.
“Sabar mulu. Kalau kita sering merasa nggak enak sama orang, orang yang seenaknya sama kita Jun!” gerutu Maria. Wajahnya benar-benar kesal.
“Iya tahu.” Jun menepuk pelan pundak Maria. Kalau dia ikut banyak bicara emosi Maria tidak akan mereda, jadi dia hanya bisa merangkulnya saja.
Maria menghela napas lalu menepis tangan Jun pelan. Dia mengeluarkan ponselnya.
“Mau ngapain? Sebentar lagi masuk loh,” tanya Jun.
“Biarin. Gue mau ngulik dance Ridin,” jawab Maria membuka laman Youtube dari NCT Dream.
“Lo bisa dance?”
“Lo amnesia? Kan cita-cita gue pengen jadi idol. Gue bisa dance lah!” jawab Maria.
“Oh iya lupa.” Jun cengengesan. Karena Maria fokus dengan music video idolanya, Jun jadi hanya diam. Namun ketika dia berdiam diri, tiba-tiba dia mendepatkan suatu ide.
“Mar Mar.” Jun menggoyang-goyangkan lengan Maria. Maria jadi merasa terganggu dengan tingkahnya.
“Ada apa sih Jun?” jawab Maria.
“Lo, kan suka dance, gue juga. Gimana kalau kita buat channel youtube dance? Cover dance. Dan kasih tutorial juga, setuju nggak lo?” ujar Jun menjelaskan ide mendadaknya itu.
“Gila!” Maria menutup mulutnya dengan tangan. Terkejut mendengar ucapan Jun.
“Lo pintar banget gila. Ya udah ayo, gue punya kamera, lighting dan lain-lain di rumah gue. Mau syuting kapan?” tanya Maria sangat antusias.
“Semangat amat, Neng, kalau nanti gimana?” jawab Jun.
“Okey, berangkat!” Maria mengacungkan kedua jempolnya ke arah Jun. Jun dengan sombongnya bergaya sambil merapikan rambutnya setelah mendapat pujian dari Maria.
“Ehh, tapi bungkus makanan dulu. Kan kalau habis ngedance lapar, Pak,” ucap Maria.
“Iya gampang udah.” Jun mengusap puncak kepala Maria sambil tersenyum manis. Dia suka melihat Maria yang penuh dengan semangat seperti ini.
********
“Mama I’m home. Assalamualaikum,” teriak Maria sambil menekan bel rumahnya.
“Assalamualaikum,” timpal Jun.
Derap langkah dari dalam rumah terdengar. Yang tentunya itu adalah Maya.
“Waalaikumsalam. Anak mama udah datang.” Maya langsung memeluk Maria dengan erat sambil mencium keningnya. Itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari seorang Maya. Maya melepaskan pelukannya lalu melihat ke arah Jun.
“Ya ampun ada Jun. Hai,” sapa Maya.
“Hai tante,” Jun mencium punggung tangan Maya.
“Mau kerja kelompok? Atau mampir?” tanya Maya kepada Jun. Belum saja Jun menjawab, sudah didahului oleh Maria.
“Gini, Ma, Mama tahu, kan aku suka banget sama dance. Jun juga suka dance, jadi kita mau buat akun YouTube kontennya dance cover gitu. Kan lumayan buat bayar kuliah, Ma, hehe,” ujar Maria malu-malu.
“Iya Tante.” Jun mengiyakan ucapan Maria supaya lebih meyakinkan saja,
“Oh, ya?” ekspresi Maya terkejut.
“Iya, Ma. Boleh, kan pasti?” rayu Maria.
“Ya boleh, dong. Ya udah masuk dulu, udah makan belum?” Maya mempersilakan Jun dan Maria masuk.
“Ini Tante udah beli camilan. Maria yang minta.” Jun menunjukkan kantong plastik yang dibawanya daritadi.
“Ya udah kalau gitu. Ke atas gih sana, tempatnya bagus buat dance. Ayo Maria gercep dong,” ucap Maya.
“Siap Tante. Permisi, ya, Tante,” ujar Jun sopan.
“Iya nggak papa silakan,” jawab Maya.
Maria pun mengajak Jun segera ke lantai atas, untuk take video dance cover.
Tetapi sebelum itu, Maria menyuruh Jun berganti pakaian sesuai kostum dari lagu yaitu Ridin. Kebetulan Maria kurang lebih memiliki kostum yang lumayan mirip, jadi dia bisa meminjamkannya untuk Jun.