Loading...
Logo TinLit
Read Story - Semu, Nawasena
MENU
About Us  

"Anggaplah kehadiran ku hanya sebatas pelengkap dalam cerita mu."

********

Di dalam UKS.

"Eum," lenguh Akira merasakan kondisi tubuhnya sudah lebih baik daripada sebelumnya, bahkan rasa nyeri di perutnya juga sudah menghilang. Syukurlah, ia baru saja berpikir yang dirinya benar-benar akan pergi ke surga.

"AKHIRNYA LO SIUMAN JUGA!!!" seru dua orang siswi sontak membuat jantung Akira terpelonjat kaget. Sedetik Akira bisa merasakan ruhnya terlepas dari tubuhnya, benar-benar mengejutkan.

"Hiks, gue pikir lo beneran mau meninggal Ra," lebay Zizy dengan ekspresi sedih, kalau seumpama anak itu mengikuti casting film azab sepertinya cocok.

"Bener hiks, kalau lo pergi siapa yang bakal traktir gue lagi nanti," tambah Gendis mengikuti permainan Zizy, bahkan air mata yang mereka keluarkan benar-benar nyata.

Bukannya merasa empati melihat kedua sahabatnya tengah mengkhawatirkan kondisinya sekarang, Akira malah memandang mereka dengan tatapan heran.

"Gue beneran nggak jadi meninggal ya, padahal gue udah bayangin hidup gue enak di surga, nggak diganggu sama lo berdua," balas Akira menggoda berpura-pura memasang wajah kecewa.

"Gila! Lo beneran mau mati Ra! Lo mau ninggalin pasangan sempurna lo di dunia?" seru Zizy menggoyang-goyangkan lengan Akira. Apa gadis itu sudah gila?

"Nggak masalah, lagipula di surga bidadara gue pasti lebih ganteng dan sempurna dari dia," jawab Akira santai dan membuat kedua anak itu melongo karenanya. Kalau kalian belum paham, laki-laki yang mereka maksud adalah Genandra.

"Tapi bukannya dia gantengnya juga sama aja kayak bidadara surga? Pasti sebelas dua belas tuh sama Genan," sahut Gendis.

"Ya tapi kan, yang namanya bidadara itu pasti sempurna, emang manusia ada yang sempurna?" balas Akira sembari mengangkat kedua bahunya.

"Owh jadi gitu," keberadaan Genandra yang sedari tadi memperhatikan dari ambang pintu, sontak membuat ketiga perempuan itu terkejut. Wajahnya tersenyum smirk, ketika sempat mendengar Akira membandingkan dirinya dengan bidadara surga.

"Iya sih, penghuni surga emang pada cakep-cakep, gue mah apa? Cuman butiran pasir," sambungnya memasang muka malas.

"Ge-Genan, gue..." jeda Akira tak mampu melanjutkan ucapannya, bibirnya menjadi kaku seperti batu, bulu kuduknya berdiri seiring dengan berjalannya anak itu menghampiri Akira.

Tatapannya yang tajam menusuk manik mata Akira, ekspresi Genandra yang datar semakin memancarkan aura ketampanannya. Ketika ia sudah sampai dan berhenti tepat di samping kasur, degup jantung Akira semakin berdetak kencang.

"Jadi dimata lo gue belum sesempurna yang lo mau? Sorry," ucap Genandra, tenggorakan Akira kering. Sepertinya dia telah mengatakan sesuatu yang fatal.

"Em em, kita.... kita pulang dulu ya Ra, udah dicariin Mama nih, telepon terus daritadi," sela Zizy merasakan aura menakutkan mulai menyelimuti suasana.

"Iya nih, sepeda motor gue mau dipakai Bapak gue kerja," sahut Gendis dan lekas melarikan diri keluar dari dalam UKS, menyisakan Akira bersama Genandra saja di dalam.

"Eh kalian mau pergi kemana?!" teriaknya namun tidak digubris sama sekali ole kedua temannya itu, bola mata Akira menatap kesal ke arah pintu kaca tersebut, sebelum akhirnya kembali takut ketika bertemu dengan manik mata milik Genandra.

"Hoam, kayaknya gue ngantuk lagi deh," pura-pura Akira hendak kembali merebahkan tubuhnya pada kasur empuk itu, tetapi tangan Genandra lebih dahulu memegang bahu Akira.

"Lo masih hutang jawaban sama gue," ucap Genandra terdengar dingin, ekspresi datar itu belum juga luntur dari wajahnya.

"Ja... jawaban apa? Emang gue habis ngomong apa barusan?" balas Akira sekali lagi mati gaya ketika mata mereka saling bertatapan.

"Akira," panggil Genandra menghela napas berat, dia masih berusaha bersikap sabar.

"Huh iya-iya, sini!" dengkus Akira lalu meminta agar Genandra menundukkan kepalanya. Jari-jarinya mengacak-acak gemas rambut hitam itu, sempat ia bisa mendengar suara Genandra yang mendengkur. Inilah kelemahannya, Genandra paling menyukai ketika kepalanya dibelai manja oleh Akira.

"Lo paling tahu kelemahan gue ya," ucap Genandra, kini pipinya benar-benar merah seperti tomat. Rasa marahnya telah hilang entah kemana, digantikan oleh rasa malu bercampur nyaman.

"Haha, wajah lo lucu banget sih," gemas Akira seperti melihat bayi besar, bukannya remaja sembilan belas tahun.

"Huft, tapi gue masih kesel sama omongan lo tadi," balas Genandra menggembungkan pipinya, benar-benar bulat mirip bakso ikan! Ingin sekali Akira menggigitnya sekarang juga.

"Itu cuman bercanda," ujar Akira tersenyum, kekasihnya ini memang tukang cemburu ya? Kapan dia bisa menghilangkan sedikit sikap posesifnya itu.

Kedua tangan Akira terangkat lalu memegang kedua sisi kepala Genandra, perlahan ia menariknya mendekat dan menempelkan dahi laki-laki tersebut dengan miliknya.

Genandra sempat merasa terkejut, namun ia memilih untuk diam dan tidak memberontak. Sekarang, kening mereka saling bersentuhan, Genandra bisa melihat wajah Akira benar-benar dekat, sangat dekat. Hembusan napasnya menggelitik bibir Genandra. Apa yang perempuan itu rencanakan, kenapa hanya diam?

"Pangeran gue itu cuman lo, kalaupun di surga nanti ada ribuan bidadara yang melebihi kata sempurna berdiri di hadapan gue. Tetap yang gue pilih itu lo, Genandra," ujar Akira seraya menutup mata, lalu dengan perlahan membukanya kembali.

"Nggak perlu cemburu, Akira itu hanya milik Genandra, hanya untuk Genandra," pungkas Akira melepaskan tangannya dari kepala laki-laki tersebut.

Tubuh Genandra mematung, dengan suara Akira yang masih saja berputar-putar dalam pikirannya. Kata-kata romantis itu, perlakuan istimewa itu benar-benar bagaikan sihir ajaib yang menghipnotis. Ia tidak tahu lagi harus berekspresi seperti apa sekarang.

"Akira," lirih Genandra memanggil.

"Iya?"

"Tubuh lo masih sakit kan?" tanya Genandra lalu bangkit dari tempat duduk.

"Iya, sedikit," balas Akira ragu-ragu.

"Kalau begitu, biarkan Pangeran ini yang melayani Tuan putri," tanpa aba-aba, Genandra langsung membopong tubuh Akira ala bridal style, dengan perasaan terkejut gadis itu mengalungkan tangannya pada leher Genandra.

"Genan, lo ngapain! Turunin gue sekarang!" panik Akira.

"Lo masih sakit, biar gue yang antar lo ke mobil," balasnya santai.

"Ta... tapi, nanti kalau ada yang lihat gimana?"

"Nggak ada, sekarang sekolah sudah sepi. Lagian jarak UKS sama parkiran juga deket kok," balas Genandra sekali lagi tanpa terbebani apapun, sedangkan Akira merasa khawatir kalau sampai ada yang melihat mereka berdua dalam kondisi seperti ini.

"Udah ya, yang namanya orang sakit itu diem. Lo malah bawel banget," tutur Genandra dan segera membawa Akira keluar dari dalam UKS menuju tempat parkir.

"Gimana nggak bawel, lo aja begini caranya," batin Akira menekuk wajah. "Semoga aja nggak ada yang lihat!" meskipun khawatir, tak dapat dipungkiri jika ia merasa senang dan nyaman dalam gendongan Genandra. Haha, mereka berdua memang pasangan yang lucu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Jalan Menuju Braga
641      467     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Return my time
323      273     2     
Fantasy
Riana seorang gadis SMA, di karuniai sebuah kekuatan untuk menolong takdir dari seseorang. Dengan batuan benda magis. Ia dapat menjelajah waktu sesuka hati nya.
Redup.
749      435     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.
A - Z
3110      1055     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Marry Me
477      337     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
CTRL+Z : Menghapus Diri Sendiri
183      160     1     
Inspirational
Di SMA Nirwana Utama, gagal bukan sekadar nilai merah, tapi ancaman untuk dilupakan. Nawasena Adikara atau Sen dikirim ke Room Delete, kelas rahasia bagi siswa "gagal", "bermasalah", atau "tidak cocok dengan sistem" dihari pertamanya karena membuat kekacauan. Di sana, nama mereka dihapus, diganti angka. Mereka diberi waktu untuk membuktikan diri lewat sistem bernama R.E.S.E.T. Akan tetapi, ...
Secarik Puisi, Gadis Senja dan Arti Cinta
1225      819     2     
Short Story
Sebuah kisah yang bermula dari suatu senja hingga menumbuhkan sebuah romansa. Seta dan Shabrina
TRIANGLE
349      229     1     
Romance
Semua berawal dari rasa dendam yang menyebabkan cella ingin menjadi pacarnya. Rasa muak dengan semua kata-katanya. Rasa penasaran dengan seseorang yang bernama Jordan Alexandria. "Apakah sesuatu yang berawal karena paksaan akan berakhir dengan sebuah kekecewaan? Bisakah sella membuatnya menjadi sebuah kebahagiaan?" - Marcella Lintang Aureliantika T R I A N G L E a s t o r ...
Time Travel : Majapahit Empire
54328      5691     10     
Fantasy
Sarah adalah siswa SMA di surabaya. Dia sangat membenci pelajaran sejarah. Setiap ada pelajaran sejarah, dia selalu pergi ke kantin. Suatu hari saat sekolahnya mengadakan studi wisata di Trowulan, sarah kembali ke zaman kerajaan Majapahit 700 tahun yang lalu. Sarah bertemu dengan dyah nertaja, adik dari raja muda Hayam wuruk
KETIKA SENYUM BERBUAH PERTEMANAN
550      390     3     
Short Story
Pertemanan ini bermula saat kampus membuka penerimaan mahasiswa baru dan mereka bertemu dari sebuah senyum Karin yang membuat Nestria mengagumi senyum manis itu.