Loading...
Logo TinLit
Read Story - Train to Heaven
MENU
About Us  

***

 

Kasih menyibakkan tanaman rambat itu dengan kedua tangannya. Samar-samar ia mendengar alunan harmoni dari udara yang bersenandung. Sangat asing di telinga tetapi menenangkan hati. Kasih membuka mata lebar-lebar dan terkejut menemukan pohon-pohon hijau dan lebat menari di depan matanya. Ya, ia tidak salah lihat. Pohon itu hidup dan menari. Kasih menutup mulutnya yang terbelangah. Matanya berkilau membulat sempurna terpukau. Ia sampai mempertanyakan dirinya dimanakah sebenarnya ia berada. 

 

Pepohonan yang daunnya rimbun hijau berkilau membayang langit. Terik matahari terbias indah dari balik sela-sela dedaunan memancarkan cahaya emas dan hangat. Batangnya tumbuh besar tampak seperti coklat almond yang bisa dimakan dalam sekali gigitan. Dahan dan ranting yang bergerak naik turun layaknya tarian ombak di lautan. Harmoni alam seakan digariskan menjadi bagian dari makhluk hidup di tempat ini. 

 

Di setiap pepohonan terdapat beraneka ragam buah-buahan yang memenuhi ujung ranting. Dari berbagai jenis buah tropis sampai subtropis termasuk pisang, pepaya bahkan semua jenis berry menumpuk. Menghias pepohonan hijau dengan warna-warni yang indah dan ranum.

 

Mereka melangkah perlahan memasuki area pepohonan itu. Seakan sadar kedatangan tamu, pepohonan itu menyapa mereka dengan mengayunkan naik turun kedua ranting kanan dan kiri. Lalu, bergeser memberi jalan lebar di tengah untuk mereka berjalan. 

 

"Apakah ini nyata?" tanya Kasih yang masih tidak percaya apa yang dilihatnya.

Julian yang mendengar itu berkata, "Iya, jelas tapi ini bukan di bumi."

"Sebenarnya, kita lagi berada di mana?" Rose mempertanyakan hal yang lain. 

"Saya juga tidak tahu, mungkin dunia lain," ujarnya. 

"Ada banyak hal lain lagi yang bikin kita terkejut, lebih dari ini. Jadi, sebaiknya kita waspada." Tulus memperingati. 

 

Kasih memperhatikan pohon di depannya yang memiliki buah stroberi di salah satu rantingnya. Stroberi sebesar kepalan tangan berwarna merah cerah. Kasih penasaran ingin memakan buah itu untuk mengetahui rasanya. Kasih terus melihat stroberi itu, pohon itu seolah tahu apa yang Kasih inginkan. Lalu, ia mendekatkan ranting yang mengandung stroberi itu di depan Kasih. Kasih yang terkejut menunjuk dirinya sendiri dan berkata, "Untuk aku?"

 

Pohon itu bergerak naik turun seakan mengiyakan. Bright yang melihat kejadian itu langsung mendekati Kasih. "Apa yang kau lakukan?"

 

"Pohon itu memberiku buahnya," ujar Kasih. 

"Tunggu dulu! Apa kau yakin?" Bright tampak cemas dan khawatir. 

 

Pohon itu semakin mendekatkan rantingnya di depan tangan Kasih. Melepaskan buah stroberinya. Kasih dengan sigap menangkap. "Sepertinya, pohon-pohon itu baik. Mereka hanya menawarkan buahnya untuk dimakan kita." 

 

Mata Kasih bersinar lalu ia mencicipi buah stroberi itu. Kasih mengunyah daging stroberi yang lembut dan manis. Ia ketagihan untuk memakannya lagi dan lagi.

 

"Bagaimana rasanya?" tanya Bright.

Kasih mengangguk sembari memberi jempol dengan mulut yang penuh buah. Rose yang tertarik mendekat dan bertanya, "Apa itu? Wah, stroberi yang besar!"

 

Mulut Rose terbuka sedikit penuh dengan air liur. Pupilnya membesar berkilau. Ia mendekati pohon itu dan menunjuk buah manggis yang menggantung jauh di atas kepala. Seakan mengerti, pohon itu memberikan buah manggis itu ke Rose. Sebelumnya, dengan salah satu ranting yang lain dibukanya buah manggis yang berukuran besar menjadi dua bagian lalu diberikan ke gadis bersweater itu. Rose tersenyum lebar dan mengangguk. Ia kembali ke Kasih dan Bright, membagikan sebagian buahnya ke Bright. Ia langsung duduk dan mencoba satu suapan buah. 

 

Buah manggis yang berwarna putih dan berbentuk seperti bawang. Teksturnya yang lembut, manis dan berair. Rose mengepalkan kedua tangannya yang gemas karena rasanya yang enak. Kasih yang melihat itu penasaran dengan rasa manggis itu. Rose menawarkan dan Kasih langsung mencobanya. Saat memakannya ia seperti melayang ke langit karena tubuhnya yang mendadak ringan karena bahagia. Bahkan buah itu tidak ada biji sama sekali. Bright yang awalnya ragu pun akhirnya ikut duduk dan menikmati buah itu bersama-sama. 

 

"Heh!" seru Tulus yang tiba-tiba sudah berada di samping mereka. "Siapa yang menyuruh kalian makan, hah?!" 

 

Mereka bertiga terdiam. Kasih lalu menyodorkan buah manggis ke hadapan Tulus untuk mau mencobanya. Kasih mengangguk dengan mata yang membesar cerah. Pada akhirnya, mereka semua duduk membentuk lingkaran di tengah pepohonan sembari mencicipi buah yang berbeda-beda di tiap pohon itu. 

 

“Semangka ini enak sekali,” ujar Tulus.

“Rasanya sama dengan Semangka di bumi. Bedanya satu buah bisa menghasilkan tiga warna dengan tiga cita rasa. Merah, kuning dan biru,” pungkas Julian.

“Aku pertama kali ini, melihat semangka berwarna biru,” kata Bright penasaran.

“Cobalah!” Julian mengasihkan satu potong semangka.

“Besar sekali! Bagaimana cara memotongnya?” tanya Bright mencoba satu gigitan. Seketika matanya membeliak terkejut dengan rasanya.

“Kita tidak memotongnya, pohon itu yang langsung membelah membaginya menjadi beberapa bagian,” kata Julian.

Kasih terkesan. Buah semangka itu berukuran sangat besar, satu potongan saja bisa seukuran lengan orang dewasa. Tulus memberikan potongan lain ke Kasih dan Rose juga juga yang lainnya.

“Unik sekali! Ada manis-manisnya tapi juga sepet dan asam, tapi rasanya segar sekali seperti ...” Kasih berpikir panjang mencari kata.

“Seperti baru keluar dari kulkas,” imbuh Rose. Kasih mengangguk cepat.

“Um ... seperti semangka salju, dagingnya lembut, dingin, dan segar.” Bright menambah pendapat lain.

“Boleh juga,” kata Kasih. 

 

Di tengah percakapan yang menyenangkan itu, Madam menyampaikan keluh kesahnya yang membuat suasana jadi hening dan muram. “Aku berharap anakku juga ada di sini. Ikut merasakan buah ini.”

Hanya ada suara kunyahan buah di mulut masing-masing. Tanpa ada respon dan jawaban. Satya mendecakkan lidah. Semua orang was-was bila terjadi pertengkaran. Namun, Satya berdiri menghindar. Semua orang menghembuskan napas lega.

“Tenang, Bu! Nanti, kita cari sama-sama. Anaknya Ibu, ya,” tutur Saif.  

“Beneran, Pak?” tanya Madam memastikan.

Saif mengangguk meyakinkan. “Iya Bu, iya kan Pak Tulus?” cakap Saif mencari pembelaan.

Tulus memandang Saif sebentar lalu berkata, “Iya, Bu. Saya cari sampai ketemu anak Ibu dimana. Jadi, Ibu tidak usah sedih lagi.”

Madam langsung menyalami Tulus mengucapkan terima kasih. Tulus melanjutkan makannya dan mengacungkan jempol.

 

“Jangan menjajikan hal yang tidak mungkin!” pungkas Hakim.

Tulus melirik bapak berseragam formal di sebelahnya. “Oh, mungkin Pak Hakim bisa membantu menemukan anak Bu Madam. Apalagi Bapak sudah terbiasa mengatasi kasus-kasus besar di pengadilan. Pasti cuma kasus anak menghilang ini kecil sekali.”

Hakim menggeram dan berkata, “Saya hanya memenuhi permintaan orang waras dan memiliki uang.”

Tulus menatap tajam mata Hakim yang seolah acuh. Madam yang hampir tersinggung oleh perkataannya teralihkan oleh Dori yang mendadak bicara, “Bu, mungkin anak Ibu bisa ketemu selama di perjalanan ini.”

“Oh, iya bener juga,” jawab Madam dengan perasaan yang kembali tenang. 

 

Semua orang memandang Dori dengan tatapan heran juga mengancam. Sedangkan, yang ditatap tidak peduli dan tetap makan dengan tenang. Satya datang membawa belahan buah durian yang gemuk dan matang sekali. Semua orang membuka mulut terkejut. Satya membagikan potongan buah durian per bagian bagi yang menginginkan.

“Aku berharap bisa membawa satu pohon ini dan kutanam di belakang rumahku,” ujar Tulus menyesap buah durian yang manis dan lezat.

“Tidak mungkin. Manusia sangat rakus. Pasti akan mencari cara untuk mendapatkannya,” kata Julian.

Tulus berdehem. “Aku jadi ingat kasus beberapa tahun lalu, ada warga desa mengadukan keluhan ke kantor bilang ada perusahaan yang seenaknya mengambil alih hutan mereka dan menjadikannya perkebunan. Padahal hutan itu sudah menjadi bagian dari hidup mereka sejak dulu.”

Julian ikut berpikir mendengar itu. “Lalu, bagaimana Pak?” Bright yang tak sengaja mendengar pun bertanya.

“Akhirnya, rakyat menuntut perusahaan itu di pengadilan. Sayangnya mereka kalah dan perusahaannya menang," kata Tulus terbesit kekecewaan di sana.

"Bagaimana menurutmu, Pak Hakim? Kenapa warga bisa kalah?” tanya Julian.

“Status hukum tanah yang diklaim oleh warga desa tidak jelas dan tidak diakui secara resmi oleh pemerintah. Selain itu, bukti yang diberikan oleh perusahaan lebih kuat,” jawab Hakim pasti. 

 

Percakapan mereka akhirnya terhenti. Tulus memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena kereta belum berbunyi. Mereka melangkahkan kaki sembari menunduk, mengucapkan terima kasih pada pepohonan itu, dan melambaikan tangan pergi. Pepohonan menggerakkan dahannya kiri kanan seakan ikut membalas lambaian itu. 

 

 

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Journey is Love
780      519     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
karena Aku Punya Papa
498      360     0     
Short Story
Anugrah cinta terindah yang pertama kali aku temukan. aku dapatkan dari seorang lelaki terhebatku, PAPA.
Kafa Almi Xavier (update>KarenaMu)
766      454     3     
Romance
Mengapa cinta bisa membuat seseorang kehilangan akal sehatnya padahal prosesnya sesederhana itu? Hanya berawal dari mata yang mulai terpikat, lalu berakhir pada hati yang perlahan terikat. °°°°##°°°° Berawal dari pesan berantai yang di kirim Syaqila ke seluruh dosen di kampusnya, hingga mengakibatkan hari-harinya menjadi lebih suram, karena seorang dosen tampan bernama Kafa Almi Xavier....
SONGS OF YESTERDAY
242      180     0     
Fantasy
BUKU DUA SERI KERAJAAN MUSIM SEMI "Hanya aku yang boleh memutuskan nasib Rolan, bukan kau!" Rasa kecewa membutakan Molly hingga memulai perburuan demi menemukan si penyair. Namun, yang dia temui hanyalah jalan buntu: tak ada satu pun yang mengingat Rolan. Saat harapan hampir sirna, Moko muncul membawa kabar mengejutkan-Rolan ditawan Baba Randa, penguasa kejam di Hutan Kematian. Bers...
Desire Of The Star
1502      937     4     
Romance
Seorang pria bernama Mahesa Bintang yang hidup dalam keluarga supportif dan harmonis, pendidikan yang baik serta hubungan pertemanan yang baik. Kehidupan Mahesa sibuk dengan perkuliahannya di bidang seni dimana menjadi seniman adalah cita-citanya sejak kecil. Keinginannya cukup sederhana, dari dulu ia ingin sekali mempunyai galeri seni sendiri dan mengadakan pameran seni. Kehidupan Mahesa yang si...
A Ghost Diary
5509      1791     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Not Alone
548      295     3     
Short Story
Mereka bilang rumah baruku sangat menyeramkan, seperti ada yang memantau setiap pergerakan. Padahal yang ku tahu aku hanya tinggal seorang diri. Semua terlihat biasa di mataku, namun pandanganku berubah setelah melihat dia. "seseorang yang tinggal bersamaku."
God's Blessings : Jaws
1897      861     9     
Fantasy
"Gue mau tinggal di rumah lu!". Ia memang tampan, seumuran juga dengan si gadis kecil di hadapannya, sama-sama 16 tahun. Namun beberapa saat yang lalu ia adalah seekor lembu putih dengan sembilan mata dan enam tanduk!! Gila!!!
The Boy Between the Pages
2152      1135     0     
Romance
Aruna Kanissa, mahasiswi pemalu jurusan pendidikan Bahasa Inggris, tak pernah benar-benar ingin menjadi guru. Mimpinya adalah menulis buku anak-anak. Dunia nyatanya membosankan, kecuali saat ia berada di perpustakaantempat di mana ia pertama kali jatuh cinta, lewat surat-surat rahasia yang ia temukan tersembunyi dalam buku Anne of Green Gables. Tapi sang penulis surat menghilang begitu saja, meni...
HIRAETH
521      359     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...