Loading...
Logo TinLit
Read Story - Switch Career, Switch Life
MENU
About Us  

Setelah mengajukan surat resign, aku pikir bakal langsung dilepas begitu aja. Tapi ternyata engga. Belakangan, sikap Pak Jansen malah jadi melunak kepadaku. Beliau jadi nyapa duluan dan senyum, sesuatu yang biasanya Cuma dilakukan ke karyawan-karyawan kesayangannya, termasuk Devan.

            Beberapa kali bahkan beliau tanya kepadaku, “Apa udah dipikirkan matang-matang? Kamu masih dibutuhkan tim lho…”

            Lho, ternyata dia itu Cuma petantang petenteng di belakang orangnya aja! Kalau di depan karyawan yang mau resign mentalnya bisa ciut juga!

            Tapi mentalku sudah bulat. Setelah dipikirkan terus, memang resign mungkin adalah solusi paling pas buatku saat ini. aku sudah capek banget secara mental karena harus konsul psikolog minimal sebulan sekali. Tapi yang paling menguatkan tekadku adalah karena masuk IGD, aku jadi makin yakin kalau aku harus istirahat dulu dari karir ini.

            Yang penting aku tinggal bertahan selama sebulan aja sebelum hari terakhirku kerja disini.

 

            Sore itu aku dan Tasya makan dimsum kesukaan kami di dekat kantor. Nggak terasa udah H-15 sebelum hari kerja terakhirku di PT APE. Akhir-akhir ini aku jarang lembur, mungkin karena beberapa tugasku udah dioper ke anak baru—atau kalau boleh dibilang: korban baru.

            “Lo ngga usah resign aja sih, Ra… pindah divisi kek gitu…” tiba-tiba Tasya bergumam.

            Aku menyuap dimsum ke mulutku lalu bertanya padanya, “Kenapa?”

            “Ntar gue makan siang sama siapa? Makan dimsum sama siapa? Ngegosipin anak-anak kantor sama siapa coba?”

            “Yaelah kayak gue doang temen lu!” ujarku. Tasya kan social butterfly, ngapain cemas gitu.

            “Ya kan lu yang paling deket sama gue!”

            “Nanti kita tetep hangout bareng, okey?”

            “Tauk ah!” Tasya masih merengut. “Curang banget lu resign tiba-tiba!”

            “Ya nggak tiba-tiba juga… lu tau sendiri kan udah lama gue gak betahnya,” aku menatap langit sore Jakarta yang pekat tertutupi polusi udara. “Yang bikin gue makin mantep akhir-akhir ini ya pas gue sadar gak bisa jadi beban tim terus dan juga gue gak mau fisik dan mental gue terganggu gara-gara pekerjaan ini…”

            “Pak Jansen padahal sering banget marahin karyawan, gak cuma lo doang kok,” Tasya menghiburku. “Gue kan juga pernah dimarahin.”

            “Tapi paling sering kan gue. Dan lagi…” Aku teringat ucapan Devan yang bilang bahwa ia terbebani karena lembur karenaku.

            Tasya menyenggolku, “Dan kenapee?”

            “Ng…Nggak jadi… eh, ada yang tanya ke lo nggak masalah gue resign?”

            “Yah biasa sih anak-anak, siapa ya… Faisal, Dwi, Rebecca, Ayu pada nanya ke gue sih. Kenapa?”

            “Nggak apa-apa…”

            “Dih, aneh lu! Oh iya, ortu lu bilang apa soal lo resign?”

            “Gue belom bilang lagi ke Bunda sama Bapak.”

            “Yang bener loo?”

            “Iya, gue bingung gimana bilangnya… oh iya, lupa!” aku menepuk jidatku. “Gue jadi inget, belom ngabisin bekal dari Bunda tadi siang. Habisin sekarang, ah! Nanti Bunda ngomelin gue, lagi!”

            Aku segera mengeluarkan kotak bekal berwarna biru muda dari dalam tasku. Terlihat ada sedikit nasi dan ayam fillet yang belum habis, aku pun memakannya.

            Tasya meminggirkan piring dimsumnya yang sudah habis. “Dasar lo, udah umur 25 taun masih aja dimasakin nyokap lo. gimana nggak dianggep anak kecil terus lo.”

            Ucapan Tasya mungkin hanya keluar spontan dari mulutnya, tapi begitu membekas di pikiranku…

 

            Pertama kali aku tau bahwa banyak orang yang boleh memilih jurusan kuliahnya sendiri adalah saat aku kuliah semester keempat dan sedang ngobrol sama teman-teman kuliahku. Aku kira hampir semua orang sudah diatur oleh orangtuanya mengenai masa depan mereka, ternyata nggak juga. Banyak kok orang-orang yang diperbolehkan memilih masa depannya sendiri.

            Nggak sepertiku dan Mas Dirga, seolah peta kehidupan kami sudah dibentangkan saat kami lahir ke dunia ini. dari nama kami saja sudah seolah kami sudah diharuskan berkarir ke bidang Teknik. Dari kecil aku dan Mas Dirga selalu diceritakan yang hebat-hebat mengenai bidang ini namun… kenapa setelah dijalani rasanya seperti menyiksa?

            Kata orang, jalani aja dulu… nanti juga terbiasa. Ini sudah tahun ke keenamku di bidang ini termasuk kuliah dan kerja. Tapi kenapa aku belum bisa terbiasa?

            Tapi setiap aku ceritakan perasaanku ini kepada teman-temanku, nggak ada dari mereka yang relate. Kalaupun ada yang nggak cocok juga di bidang ini, katanya “Yah, lanjutin ajalah. Udah terlanjur ‘nyebur’ ini.”

            Seperti Tasya, impian awalnya adalah sebagai Fashion Designer. Konyolnya, dia salah masukin kode jurusan saat mendaftar kuliah. Tapi dia juga berprinsip ‘Jalanin ajalah, udah terlanjur’.

            Kadang aku merasa sendirian…  nggak ada yang memahamiku, bahkan teman-temanku.

            Aku jadi teringat kata-kata Tasya belum lama ini, “Udah umur 25 taun masih aja dimasakin nyokap lo. gimana nggak dianggep anak kecil terus lo.”

            Apakah itu alasan orangtuaku sudah memilihkan bidang ini untukku? Karena aku masih dianggap anak bungsu yang nggak bisa dan nggak tau apa-apa? Apakah karena aku dianggap belum bisa mengambil keputusan sendiri untuk hidupku…?

            Kalau benar itu yang terjadi, maka aku harus merubahnya…. Aku nggak mau begini terus menerus.

 

            Weekend itu, H-3 resign, aku mengajak Bunda dan Bapak berkumpul di ruang tamu. Saat itu weekend malam, hanya ada kami bertiga di rumah karena Mas Dirga katanya ada pekerjaan.

            “Tumben kamu nggak jalan sama Tasya,” celetuk Bunda sambil menyeruput teh buatannya.

            Aku hanya diam sambil masih berpikir kalimat apa yang bagus untuk mengawalinya.

            Bapak mengambil remote TV dan hendak menyalakannya.

            “Pak, Bu…” Akhirnya aku bersuara. “Therra mau ngomong…”

            Bapak menurunkan remote TV, Bunda masih memandangku dengan bingung.

            “Ngomong apa, Nak?” tanya Bapak.

            “Tau ih, Si Therra. Ngomong apa sih? Kok jadi serius gini.”

            Aku menatap mereka dengan mantap. Akhirnya kuceritakan apa yang kualami selama ini. betapa pekerjaanku menyiksaku, betapa aku ingin mencoba sesuatu yang baru.

“Therra… udah resign Pak, Bun…”

            Bunda dan Bapak masih terdiam, namun raut wajah mereka kaku dan tegang. Mereka seolah sudah mengantisipasi kalimat yang akan kuucapkan tapi masih tidak mau percaya.

            “Kapan?” tanya Bapak pelan.

            “Udah dari sebulan yang lalu, terus ini udah one month notice… jadi 3 hari lagi hari kerja terakhir Therra di APE.”

            “Tiga hari lagi??” Bunda bertanya. “Kok baru bilang sekarang sih?”

            “Kalo Therra cerita dari sebulan yang lalu… emang Bapak dan Bunda ngijinin?”

            Mereka kini terdiam, tidak lagi menatapku tapi pikiran mereka sama-sama kalut.

            “Therra…” Bapak membuka suara. “Dimana-mana yang namanya kerja itu ya begitu, Nak. Capek, lelah, kadang dimarah-marahin… nggak kamu aja, semua orang juga gitu.”

            “Iya Therra, cobalah kamu latih mentalmu biar lebih kuat lagi. Kamu selama ini bisa-bisa aja kok ngejalaninnya,” timpal Bunda.

            Tuh kan… di rumah ini nggak ada yang bisa ngertiin aku.

            Aku udah capek mengorbankan diriku demi kebahagiaan orang lain terus. Aku juga ingin mencari kebahagiaanku sendiri. Aku juga ingin mencari pekerjaan yang aku bisa berkembang disana dan bahagia karenanya.

            Pasti ada kok! Aku hanya belum mencarinya aja!

            “Karena itu, Therra mau hidup mandiri, Pak, Bun…”

            “Hah? Maksudnya?”

            “Iya, Therra mau kos sendirian.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Our Perfect Times
2146      1151     8     
Inspirational
Keiza Mazaya, seorang cewek SMK yang ingin teman sebangkunya, Radhina atau Radhi kembali menjadi normal. Normal dalam artian; berhenti bolos, berhenti melawan guru dan berhenti kabur dari rumah! Hal itu ia lakukan karena melihat perubahan Radhi yang sangat drastis. Kelas satu masih baik-baik saja, kelas dua sudah berani menyembunyikan rokok di dalam tas-nya! Keiza tahu, penyebab kekacauan itu ...
Kelana
1238      788     0     
Romance
Hidup adalah perjalanan tanpa peta yang pasti, di mana setiap langkah membawa kita menuju tujuan yang tak terduga. Novel ini tidak hanya menjadi cerita tentang perjalanan, tetapi juga pengingat bahwa terbang menuju sesuatu yang kita yakini membutuhkan keberanian dengan meninggalkan zona nyaman, menerima ketidaksempurnaan, dan merangkul kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Selam...
Finding the Star
1930      1270     9     
Inspirational
"Kamu sangat berharga. Kamu istimewa. Hanya saja, mungkin kamu belum menyadarinya." --- Nilam tak pernah bisa menolak permintaan orang lain, apalagi yang butuh bantuan. Ia percaya kalau hidupnya akan tenang jika menuruti semua orang dan tak membuat orang lain marah. Namun, untuk pertama kali, ia ingin menolak ajakan Naura, sahabatnya, untuk ikut OSIS. Ia terlalu malu dan tak bisa bergaul ...
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu
4861      1538     5     
Humor
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu Buku ini adalah pelukan hangat sekaligus lelucon internal untuk semua orang yang pernah duduk di pojok kamar, nanya ke diri sendiri: Aku ini siapa, sih? atau lebih parah: Kenapa aku begini banget ya? Lewat 47 bab pendek yang renyah tapi penuh makna, buku ini mengajak kamu untuk tertawa di tengah overthinking, menghela napas saat hidup rasanya terlalu pad...
FAMILY? Apakah ini yang dimaksud keluarga, eyang?
344      278     2     
Inspirational
Kehidupan bahagia Fira di kota runtuh akibat kebangkrutan, membawanya ke rumah kuno Eyang di desa. Berpisah dari orang tua yang merantau dan menghadapi lingkungan baru yang asing, Fira mencari jawaban tentang arti "family" yang dulu terasa pasti. Dalam kehangatan Eyang dan persahabatan tulus dari Anas, Fira menemukan secercah harapan. Namun, kerinduan dan ketidakpastian terus menghantuinya, mendo...
40 Hari Terakhir
1850      1096     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
Unexpectedly Survived
188      163     0     
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
My Private Driver Is My Ex
757      508     10     
Romance
Neyra Amelia Dirgantara adalah seorang gadis cantik dengan mata Belo dan rambut pendek sebahu, serta paras cantiknya bak boneka jepang. Neyra adalah siswi pintar di kelas 12 IPA 1 dengan julukan si wanita bermulut pedas. Wanita yang seperti singa betina itu dulunya adalah mantan Bagas yaitu ketua geng motor God riders, berandal-berandal yang paling sadis pada geng lawannya. Setelahnya neyra di...
Can You Be My D?
151      133     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
Batas Sunyi
2509      1183     108     
Romance
"Hargai setiap momen bersama orang yang kita sayangi karena mati itu pasti dan kita gak tahu kapan tepatnya. Soalnya menyesal karena terlambat menyadari sesuatu berharga saat sudah enggak ada itu sangat menyakitkan." - Sabda Raka Handoko. "Tidak apa-apa kalau tidak sehebat orang lain dan menjadi manusia biasa-biasa saja. Masih hidup saja sudah sebuah achievement yang perlu dirayakan setiap har...