"DIGMA!"
Kemunculan Fara dari balik warung membuat Digma akhirnya mengubah total rencananya. Cowok itu langsung menjatuhkan gelas itu ke tanah dan menarik tangan Fara. "Kita pergi sekarang."
"Hei, Anjing! Lo mau ke mana?!" teriak Gery. Wajahnya merah padam.
"Lo... gila..." Fara akhirnya bersuara, nadanya gemetar. "Kenapa sih lo selalu nekat kayak gini...?"
"KALIAN MAU KE MANA, HAH?!" teriak Gery dari belakang, mengajak teman-temannya ikut mengejar.
Digma menoleh sebentar ke belakang lalu mempercepat langkahnya. Genggamannya pada tangan Fara semakin erat.
Untuk sekarang, keselamatan gadis itu jauh lebih penting dari apa pun.
"Ra, persimpangan kedua, belok kanan," ucap Digma cepat, napasnya tak beraturan karena terus berlari. Fara hanya mengangguk dan terus mengikuti langkah lari cowok itu.
Saat mereka berbelok, tiba-tiba di sisi kanan lorong, seseorang berdiri santai di dekat pintu belakang sebuah restoran kecil. Cowok itu melambaikan tangan sambil memberi isyarat agar Digma mengikutinya.
Tanpa ragu, Digma menarik Fara masuk ke lorong sempit restoran itu.
Begitu pintu tertutup rapat, suara dari luar langsung meredam. Cowok itu bersandar pada daun pintu, lalu menatap mereka berdua bergantian.
"Lo beneran punya selera bagus, Bang," ucapnya tiba-tiba, santai seperti tidak sedang dalam situasi gawat.
Digma mendengus. "Lo sempat-sempatnya bercanda segala."
Cowok itu tertawa pelan. "Gue baru kali ini lihat lo panik, ternyata lo bisa takut juga ya."
Digma tak menanggapi. Ia lebih memilih menoleh ke arah Fara, yang kini sedang duduk, berusaha menenangkan napasnya. Wajahnya pucat, keringat membasahi dahinya.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Digma pelan, dengan nada penuh rasa bersalah.
Fara hanya mengangguk kecil. Matanya terlihat masih syok, mungkin juga takut. Dan Digma tahu, semua ini salahnya.
"Dari mana lo tahu gue di sini?" tanya Digma pada cowok itu.
Cowok itu mengangkat ponselnya, menunjukkan layar berisi percakapan singkat.
Digma langsung mengambil ponsel itu, takut Fara membaca isinya.
+62 852xxxxxx : Gue butuh bantuan lo. Tolong Digma sekarang. Lokasi: gang belakang sekolah.
Me : Isi format order dulu.
Me : Nama pemesan:
Profesi bokap: pejabat/politisi/polisi
Butuh jasa:
Disclaimer: dilarang minta hal ilegal atau dewasa. Gue nggak mau masuk penjara!
+62 852xxxxxx : Kelamaan.
(terlampir: foto CCTV saat Digma menyiram Gery dengan teh panas)
Digma langsung tahu itu dari Atha. Hanya dia yang punya akses ke CCTV tersembunyi yang ia pasang. Jadi, Atha tadi sedang memantaunya?
"Sebenernya lo mau ngapain sih, Bang?" tanya cowok itu serius. "Lo punya rencana apaan sama anak itu?"
Digma melirik ke arah Fara, yang kini menatapnya penuh tanya.
"Nanti gue jelasin semuanya, Ra," ucapnya perlahan, lalu menarik kursi untuk Fara. "Tunggu di sini sebentar, ya."
Setelah Fara mengangguk, Digma membuka pintu dan mengajak cowok itu keluar ke gang kecil di belakang restoran. Mereka berdiri sejenak dalam diam, membiarkan angin sore menyapa wajah mereka.
"Gue emang punya rencana," ujar Digma akhirnya.
Cowok itu tersenyum kecil. "Jadi ini maksud dari omongan lo waktu itu? Bikin bukti sendiri?"
Digma mengangguk singkat. Jawaban itu cukup untuk membuat temannya mengerti.
"Gila juga lo, Bang." sahut cowok itu sambil tertawa kecil. "Tapi kenapa lo malah kabur? Setelah lo buat drama demi dapetin tuh bukti."
Digma menoleh ke belakang. Tepatnya pada gadis di balik pintu. "Karena gue nggak mau ada orang lain terluka gara-gara gue."
Aldino tertawa mengejek. "Lo kira dengan lari kaya gini, dia bakal lepasin kalian?" Ia mengangkat tangan bertanya. "Come on, Bang! Dia bakal ngejar lo sampe ujung dunia. Dan juga cewe lo itu."
Digma menatap tajam Aldino. Rahangnya mengeras. Kalimat terakhir cowok itu benar-benar membuatnya goyah.
"Kalo lo mau cewek lo selamat. Lo harus relain rencana lo dan berlutut sama dia," timpal Aldino sambil memegang bahunya.
Dada Digma naik turun menahan emosi yang hampir meledak. Ia jelas tak bisa merelakan rencananya. Tapi ia juga tak mau gadis itu terancam.
"Buat keputusan lo sekarang, Bang!" Aldino menepuk pundak Digma sekilas sebelum akhirnya kembali ke dalam.