Loading...
Logo TinLit
Read Story - Finding the Star
MENU
About Us  

Sontak Nilam berdiri, begitu juga Kak Tara. Tiga panitia berdiri di belakang Kak Tara, dipimpin oleh Kak Daniel dan Kak Joddy, ketua panitia, yang menjulang di antara mereka. Tubuh Nilam mendadak lemas. Keringat dingin mengucur deras, sementara perutnya terasa mulas. Jantungnya berdegup keras, dadanya sesak napas. Ia tak sanggup berkata-kata. Bahkan, kehadiran Kak Daniel lebih menyeramkan dibanding saat ia mengira ada hantu tadi.

“Anu, Kak. Tadi saya lagi ….” 

Jawaban Nilam terhenti saat melihat ternyata bukan hanya tiga orang saja panitia yang menghampiri mereka, melainkan lebih banyak lagi. Tatapan mereka seolah menelanjanginya, membuat lidahnya terasa kelu. Ia seperti kepergok melakukan perbuatan tercela. Benar saja, siapa yang tidak curiga jika melihat sepasang remaja duduk berduaan di tengah kegelapan malam. Oh, kenapa Nilam begitu ceroboh?

“Dia tadi lagi gambar, terus saya iseng kagetin!” seru Kak Tara mengambil alih pembicaraan.

“Gambar? Ngapain gambar di sini? Yang lain pada kumpul di api unggun!” sergah Kak Daniel. “Jangan alasan. Jujur, kalian ngapain di sini? Berduaan di tempat gelap sepi. Apa kalian pacaran? Kalian tau, kan, pengurus OSIS nggak boleh pacaran?”

“Nggak!” tukas Nilam dengan suara bergetar. Kepalanya menunduk, menahan tangis. “Kami nggak pacaran, Kak!” 

“Terus, kalian ngapain berduaan?” Suara Kak Daniel semakin meninggi.

“I–itu benar kata Kak Tara, Kak. Tadi saya lagi gambar, terus Kak Tara kagetin saya,” jawab Nilam memberanikan diri. Otaknya terasa tumpul untuk mencari alasan.

“Kenapa kamu nggak gabung sama yang lain? Kenapa harus di tempat sepi? Kalian mencurigakan! Astaga!” Kak Daniel geleng-geleng kepala. “Jangan bohong sama saya!”

“Saya nggak bohong, Kak!” Mulut Nilam tak sanggup banyak bergerak. Ia semakin terperangah melihat keriuhan yang ditimbulkan memancing lebih banyak orang lagi. Bahkan, ada Naura dan teman-temannya yang menatapnya tajam. Sesaat kepalanya kembali menunduk, menahan tangis yang akan meluncur turun. 

“Dari kemarin mereka emang udah bikin masalah, Kak!”

“Iya, kemarin rebutan tempat duduk mau berduaan!”

“Mereka pacaran, Kak!”

“Ceweknya ngejar-ngejar Kak Tara, Kak!”

Suara-suara bernada cemoohan menyeruak dari belakang Kak Daniel. Nilam semakin gemetar. Kenapa masalahnya jadi runyam begini? Mendapat tatapan tajam saja nyalinya sudah ciut setengah mati. Namun sekarang, semua seperti berlomba menghujaninya dengan panah kata-kata. Ia benar-benar ingin mati saja.

“Nggak bisa gini! Peserta bisa kita diskualifikasi karena melakukan tindakan tidak senonoh di acara LDKS!” desak Kak Joddy. “Peserta bisa diberhentikan tidak terhormat dari OSIS dan tidak bisa ikut ekskul manapun, serta dapat pengurangan nilai di catatan siswa!”

Nilam terbelalak. Sungguh, hukuman yang biasanya hanya dia dengar untuk anak-anak yang merokok dan suka tawuran, kini terancam untuk dirinya. Bagaimana nasib reputasinya di sekolah nanti? Baru dikucilkan pengurus OSIS saja rasanya seperti menghadapi kiamat setiap hari, bagaimana jika dijauhi anak satu sekolah? Ya Tuhan, Nilam tak mau itu terjadi!

“Nggak bisa gitu, dong, Kak!” tantang Kak Tara maju, menutupi Nilam dari tatapan semua yang datang. “Ini salah gue. Gue yang datangin Nilam lagi sendirian ngelukis bintang. Gue memang nembak dia, bilang kalau gue suka sama dia. Tapi dia nolak gue demi mau jadi pengurus OSIS, jadi nggak mau pacaran!”

Bagai mendengar gemuruh di siang hari, jantung Nilam seperti tersambar petir. Apakah telinganya kemasukan serangga hingga ia salah mendengar apa yang diucapkan Kak Tara? Dia membelanya sedemikian rupa sampai harus berdebat dengan ketua panitia.

“Terus, kenapa kamu harus nembak dia di sini? Kamu tau pengurus OSIS nggak boleh pacaran, tapi kamu masih nembak dia? Udah gitu, di tempat gelap begini, siapa yang bisa jamin kalian nggak melakukan perbuatan asusila?” balas Kak Joddy menggeram.

Tangan Kak Tara terkepal erat. “Loh, memang kalian ada buktinya kalau gue sama Nilam melakukan perbuatan tercela? Nggak, kan? Lagian apa salahnya gue nyatain perasaan? Toh, gue nggak maksa dia buat jadi pacar!”

Kak Joddy geleng-geleng kepala. “Nggak, omongan anak ini nggak bisa dipercaya! Dia punya catatan buruk, cuma karena semua yang ikut futsal nggak ada yang lebih baik dari dia aja, makanya dia kepilih jadi ketua ekskul futsal!”

So what?” tantang Kak Tara semakin berani. “Terserah kalian mau mikir gue apa, toh, yang milih ketua ekskul anak-anak futsal sendiri, bukan wewenang kalian. Dan lagi, kalian boleh bilang seburuk apa pun, gue nggak peduli. Tapi jangan Nilam! Dia anak paling baik yang pernah gue temuin, nggak pantas kalian semua cap dia yang jelek-jelek. Justru kalian yang harusnya mikir, gimana calon pengurus OSIS bisa duduk sendirian di sini, sedangkan kalian senang-senang di sana? Katanya tim, tapi kenapa nggak peka kalau ada yang sendirian? Kalian pilih kasih atau gimana?”

Semua terdiam, tampak terhenyak. Nilam semakin tak nyaman dengan situasi ini. Dia menarik-narik jaket Kak Tara sambil berkata serak. “Udah, Kak Tara. Ini emang aku yang salah.” Ia maju ke sebelah cowok itu, kemudian membungkuk hormat dan berkata dengan suara bergetar. “Maaf, Kakak-kakak semua, aku udah bikin keributan. Aku yang salah, aku seharusnya nggak datang ke sini. Aku benar-benar minta maaf udah bikin Kakak-kakak marah.”

Kak Tara menarik tudung jaket Nilam hingga gadis itu tercekik. Mau tak mau, ia kembali berdiri kembali tegak. 

“Jangan gitu, Dora! Lo nggak salah!”

“Sudah, sudah!” sergah Kak Daniel. “Masalah ini akan kita investigasi lebih lanjut. Kalian tetap ikuti semua kegiatan LDKS ini. Tapi besok, sebagai hukuman, kalian nggak bisa ikut wisata ke kebun teh. Kalian saya kasih hukuman bersihin semua area villa ini! Paham?”

Nilam mengangguk, sementara Kak Tara mendesah, “Whatever!”

“Sekarang semua bubar!” perintah Kak Daniel. “Semua balik ke kamar! Besok acara kita lebih padat lagi!”

Dengung samar terdengar dari kerumunan panitia dan peserta yang sudah berbaur. Nilam yakin, semua pasti membicarakan tentang dirinya. Hari-hari berikutnya pasti akan semakin berat dan ditambah situasi ini, pasti akan semakin mencekiknya. Bagaimanapun, ia harus menghadapinya. Apalagi Kak Tara tadi sudah membelanya sedemikian rupa. Juga Kak Daniel yang masih membiarkannya ikut kegiatan ini. Walaupun muak, ia tetap harus bertahan agar tidak diberhentikan dengan tidak terhormat dan menjadi aib selama ia bersekolah nanti.

Berpisah dengan Kak Tara, ia hanya bisa menatapnya sebelum meninggalkan cowok yang langsung dibawa Kak Daniel ke tempat lain. Ia membuntuti semua yang kembali ke vila, tanpa ada satu pun yang menegurnya. Begitu juga saat tiba di kamar, tak ada yang mengajaknya berbicara. Ia naik ke ranjang tempat tidurnya, menahan tangis agar tak terdengar. Hingga akhirnya dia terlelap dalam sesak, kesadarannya seolah masuk ke angkasa gelap gulita.

Sesaat kemudian, cahaya benderang menerobos kelopak matanya.

“Bangun! Bangun! Bangun!” teriak perempuan tepat di telinga Nilam. Sinar senter menyilaukan mata yang baru saja terbuka. “Turun! Pakai jaket sama papan nama! Bawa senter! Kumpul di lapangan!”

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • edfasal

    Makin lama makin seru, Kak. Semangat 💪

    Comment on chapter Chapter 10
  • edfasal

    Aku hadir Kak, semangat 💪

    Comment on chapter Chapter 6
Similar Tags
Because I Love You
1927      1168     2     
Romance
The Ocean Cafe napak ramai seperti biasanya. Tempat itu selalu dijadikan tongkrongan oleh para muda mudi untuk melepas lelah atau bahkan untuk menghabiskan waktu bersama sang kekasih. Termasuk pasangan yang sudah duduk saling berhadapan selama lima belas menit disana, namun tak satupun membuka suara. Hingga kemudian seorang lelaki dari pasangan itu memulai pembicaraan sepuluh menit kemudian. "K...
Behind The Spotlight
4557      2317     621     
Inspirational
Meskipun memiliki suara indah warisan dari almarhum sang ayah, Alan tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi, apalagi center dalam sebuah pertunjukan. Drum adalah dunianya karena sejak kecil Alan dan drum tak terpisahkan. Dalam setiap hentak pun dentumannya, dia menumpahkan semua perasaan yang tak dapat disuarakan. Dilibatkan dalam sebuah penciptaan mahakarya tanpa terlihat jelas pun ...
DocDetec
1516      810     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Lovebolisme
427      369     2     
Romance
Ketika cinta terdegradasi, kemudian disintesis, lalu bertransformasi. Seperti proses metabolik kompleks yang lahir dari luka, penyembuhan, dan perubahan. Alanin Juwita, salah seorang yang merasakan proses degradasi cintanya menjadi luka dan trauma. Persepsinya mengenai cinta berubah. Layaknya reaksi eksoterm yang bernilai negatif, membuang energi. Namun ketika ia bertemu dengan Argon, membuat Al...
Ameteur
187      167     2     
Inspirational
Untuk yang pernah merasa kalah. Untuk yang sering salah langkah. Untuk yang belum tahu arah, tapi tetap memilih berjalan. Amateur adalah kumpulan cerita pendek tentang fase hidup yang ganjil. Saat kita belum sepenuhnya tahu siapa diri kita, tapi tetap harus menjalani hari demi hari. Tentang jatuh cinta yang canggung, persahabatan yang retak perlahan, impian yang berubah bentuk, dan kegagalan...
UFUK
63      55     0     
Inspirational
Hara merasa senang dengan fakta bahwa teman barunya ternyata punya kisah hidup yang tidak lebih baik darinya. Sayangnya Hara tak cermat, semakin bersemangat ia memanfaatkan rahasia Kai, semakin banyak ia terlibat masalah. Hebatnya setiap masalah yang tercipta mampu menjarakkan Hara dari dunianya yang kacau. Kehadiran Kai berhasil membuat Hara kembali berani bermimpi. Lalu saat gadis tomboy ...
Seharusnya Aku Yang Menyerah
268      220     0     
Inspirational
"Aku ingin menyerah. Tapi dunia tak membiarkanku pergi dan keluarga tak pernah benar-benar menginginkanku tinggal." Menjadi anak bungsu katanya menyenangkan dimanja, dicintai, dan selalu dimaafkan. Tapi bagi Mutia, dongeng itu tak pernah berlaku. Sejak kecil, bayang-bayang sang kakak, Asmara, terus menghantuinya: cantik, pintar, hafidzah, dan kebanggaan keluarga. Sementara Mutia? Ia hanya mer...
DanuSA
33883      5621     13     
Romance
Sabina, tidak ingin jatuh cinta. Apa itu cinta? Baginya cinta itu hanya omong kosong belaka. Emang sih awalnya manis, tapi ujung-ujungnya nyakitin. Cowok? Mahkluk yang paling dia benci tentu saja. Mereka akar dari semua masalah. Masalalu kelam yang ditinggalkan sang papa kepada mama dan dirinya membuat Sabina enggan membuka diri. Dia memilih menjadi dingin dan tidak pernah bicara. Semua orang ...
Pulpen Cinta Adik Kelas
504      300     6     
Romance
Segaf tak tahu, pulpen yang ia pinjam menyimpan banyak rahasia. Di pertemuan pertama dengan pemilik pulpen itu, Segaf harus menanggung malu, jatuh di koridor sekolah karena ulah adik kelasnya. Sejak hari itu, Segaf harus dibuat tak tenang, karena pertemuannya dengan Clarisa, membawa ia kepada kenyataan bahwa Clarisa bukanlah gadis baik seperti yang ia kenal. --- Ikut campur tidak, ka...
Flyover
490      352     0     
Short Story
Aku berlimpah kasih sayang, tapi mengapa aku tetap merasa kesepian?