Loading...
Logo TinLit
Read Story - Big Secret
MENU
About Us  

Aku terbangun karena suara ribut diluar. Jam berapa ini… jam enam? Aku kesiangan. Apa karena udara dingin ya. Aku buru-buru bangun dan masuk kamar mandi. Mengambil wudu dan sholat subuh yang kesiangan. Setelahnya, aku malah asik memandangi luar kamar, lewat jendela. Yang langsung melihat kearah lembah pegunungan ungaran.

TOK. TOK. TOK.

“Non? Sudah bangun?” suara Mbok Jum terdengar. Aku membukakan pintu. “Eh, sarapan, Non. Udah Mbok siapkan Nasi Goreng Teri Hijau kesukaan Non,” tercium aroma nasi goreng yang disebut Mbok Jum. Membuatku menelan ludah.

“Iya, Mbok,” aku berbenah sesaat dan keluar kamar. Banyak orang lalu lalang, pasti orang dekor. Pesta Kakek nanti sore memang pesta kebun, jadi diadakan dihalaman belakang. Pesta kebun, tapi aku melihat ada tratak juga, untuk antisipasi hujan. Aku mendengar suara Kakek di ruang depan. Sedang bicara dengan Pak Yanto.

“Kakek sudah sarapan, Mbok?”

Mbok Jum masih sibuk entah membuat apa, menoleh padaku. “Sudah, Non. Kakek kan bangun langsung makan. Biasanya begitu.”

Itu membuatku lega untuk terus menyendok nasi gorengku. Perpaduan yang maksimal nasi goreng pedas dan teh panas di cuaca dingin begini.

“Dayu,” Kakek terduduk didepanku. “Makan dulu,”

“Kenapa, Kek?” sepertinya ada perintah untukku.

“Nanti siap-siap ya, ikut Kakek ke Semarang,”

“Hah?” tidak biasanya Kakek menyuruh ikut acara bisnisnya. “Ngapain, Kek?”

“Ya, mendampingi Kakek. Kakek mandi dulu,” Kakek kembali masuk kamarnya. Aku masih bingung, tak habis pikir. Aku hanya anak ingusan. Buat apa terlibat dalam bisnis Kakek.

Tapi mau tak mau, aku bergegas mandi, setelah nasiku kandas.

Aku mematut diriku didepan cermin tinggi. Tak ada yang salah dengan pakaianku. Sopan, walau tak pakai blazer. Kakek pun tak pakai Jas. Hanya kemeja biasa.

“Mba Dayu, apa kabar?” sekretaris Kakek, Mba Rara menyalamiku, saat aku bertemu dengannya di ruang tengah. Usianya hampir tiga puluh. Yang kudengar dari Kakek, ia sudah bertunangan. Tahun depan menikah. Kenapa semua sekretaris itu pasti cantik ya? Tak terkecuali Mba Rara.  Wajahnya cantik dengan lesung pipi, body aduhai. Ditambah sepatu tujuh sentinya. Membuatnya tinggi semampai. Aku tak punya impian menggunakan itu semua.

“Baik, Mba. Mba Rara gimana?” tanyaku balik.

“Baik kok. Mba Dayu ikut juga kan?”

“Ini disuruh Kakek. Memang kita mau kemana?” aku mengikuti jalan keluar Villa. Kakek sudah menunggu didalam Vellfire-nya dengan ponsel ditelinga.

“Nanti juga tahu,” Mba Rara hanya tersenyum, kemudian masuk kursi depan. Aku duduk disebelah Kakek. Dan menutup pintu.

 

 

>.<

 

 

Semarang. Banyak kenangan di kota ini. Entah baik dan buruk. Cukup lama aku tak turun ke Semarang. Mungkin sejak kejadian itu. Mungkin itu sudah lima tahun yang lalu, tapi rasanya seperti baru kemarin itu terjadi.

“Dayu,”

“Ya, Kek?” aku menoleh, mencabut pikiran melanturku.

“Kita mau survey proyek baru di daerah Semarang Atas.” Kakek berbicara padaku sembari memainkan IPad nya. Lalu mengangsurkan IPad padaku. Tampak foto-foto tanah kosong.

“Em, proyek apa, Kek?”

“Rumah Sakit, rencananya buat Panti Wreda juga.”

“Proyeknya mulai kapan, Kek?” aku mengembalikan IPad Kakek.

“Bulan depan. Kakek sudah punya kontraktornya. Kita makan bersama setelah ini.” Lalu omongan Kakek melantur kesana kemari soal proyeknya. Aku hanya menanggapi setahuku.

Proyek Kakek memang banyak. Aku pun tak bisa menyebutkannya satu-satu lagi. Tapi banyak yang tak tahu, karena Kakek bergerak sebagai investor. Sedikit banyak aku tahu tips dan triknya Kakek. Mana proyek potensial dan tidak, itu sudah mendarah daging. Hingga tak ada yang dipikir dua kali oleh Kakek.

Mobil berbelok ke Tentrem Hotel. Hotel ini lumayan baru di Semarang. Aku yakin Kakek tahu dengan empunya.

“Pak Handoko, kenapa tidak mengabari?” tiba-tiba saja, seorang pria berjas rapi, maju kearah Kakek dan menyalaminya dengan takdzim, saat kami masuk lobi.

“Ah, saya hanya mampir ini,”

“Ada janji?”

“Iya, di resto dengan rekan bisnis. Oh iya, kenalkan ini cucu saya, Dayu.” Kakek mengapit lenganku. Aku menyalami dengan sopan.

“Halo, Mba Dayu. Saya Rahmad, Vice Manager Tentrem Hotel,” ia tersenyum super ramah padaku. Umurnya sekitar pertengahan empat puluhan. Tapi dandanannya membuat ia jauh lebih muda.

“Halo, Pak. Saya Dayu.”

Basa-basi berlanjut sebentar di tempat duduk lobi, lalu ia pamit pergi. Siang ini kami hanya bertiga. Aku, Kakek dan Mba Rara. Mereka masih membahas proyek saat beberapa orang datang.

Lima laki-laki rata-rata kepala tiga. Merekalah kontraktor untuk Proyek Rumah Sakit tadi. Masih muda, untuk ukuran proyek triliunan. Aku lebih banyak mendengarkan obrolan mereka.

 

 

>.<

 

 

“Namanya Tanuya Wijaya,”

Aku menoleh pada Mba Rara yang malah mengedip genit. Kami tengah berjalan beriringan ke basement Hotel, setelah selesai lunch. Kakek menunggu di loby, bersama Pak Rahmad.

“Dia kayaknya tertarik sama Mba Dayu,” mukaku pasti pakai ekspresi melongo tak percaya. “Dia beberapa kali melihat intens, tapi Mba Dayu cuek liat yang lain.”

“Aduh, Mba Rara ini, aku bahkan ga tahu yang mana,”

“Yang paling muda, yang berkacamata.” Aku memutar memory ku tentang perkenalan tadi.

“… bisa panggil Tanu atau Uya… “ ya, benar yang ini. Aku melihat cowo berkacamata dengan wajah tirus. Tapi tubuhnya lumayan berisi. Aku hanya manggut kini.

“Sudah ingat yang mana?” Tanya Mba Rara tak sabar.

“Iya, Mba. Sedikit.”

“Gimana menurut Mba Dayu?”

“Harus banget komentar ya, Mba?”

Mba Rara malah tertawa nyaring. “Iya dong, biar seru. Saya jadi tahu apa yang akan saya lakukan kalau dia nanyain Mba Dayu lagi.”

“Lagi?”

“Tadi, waktu saya jalan telat, dia nanya ke saya nomernya Mba Dayu. Saya ga kasih dong. Saya harus jaga privasi. Kecuali Mba Dayu kasih ijin.”

Waw.

“Boleh engga ni, Mba? Dia punya nomer saya, jadi pasti saya yang diteror terus.”

“Buat teman boleh aja, Mba.” Putusku.

“Kalau lebih dari teman?” senyum Mba Rara, membuatku pingin mules.

“Yah itu dipikir lagi.”

“Kenapa, Mba? Mba Dayu sudah dua satu, kan? Ga ada salahnya mulai mengenal cowo. Atau sudah ada yang lain?” ingatanku langsung pada Rony.

Aku menggeleng. “Ga ada yang lain, Mba. Hanya… mungkin belum siap membuka hati.”

“Mulai sekarang disiap-siapin, Mba. Apalagi acara nanti malam.”

Aduh. Acara perkenalan di sponsori Kakek.

 

 

>.<

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Forbidden Love
10099      2156     3     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...
DarkLove 2
1324      632     5     
Romance
DarkLove 2 adalah lanjutan dari kisah cinta yang belum usai antara Clara Pamela, Rain Wijaya, dan Jaenn Wijaya. Kisah cinta yang semakin rumit, membuat para pembaca DarkLove 1 tidak sabar untuk menunggu kedatangan Novel DarkLove 2. Jika dalam DarkLove 1 Clara menjadi milik Rain, apakah pada DarkLove 2 akan tetap sama? atau akan berubah? Simak kelanjutannya disini!!!
A Ghost Diary
5510      1791     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
The Past or The Future
471      374     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?
Stars Apart
644      451     2     
Romance
James Helen, 23, struggling with student loans Dakota Grace, 22, struggling with living...forever As fates intertwine,drama ensues, heartbreak and chaos are bound to follow
IDENTITAS
715      490     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
Mimpi Milik Shira
532      302     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Laci Meja
506      340     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
Marry Me
477      337     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
Cute Monster
693      402     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"