Loading...
Logo TinLit
Read Story - Finding My Way
MENU
About Us  

Pukul sembilan malam Medina baru sampai di rumah. Raut kesal bercampur khawatir Latifa sudah bukan pemandangan baru baginya. Sambutan monoton dan luar biasa membosankan. Latifa yang terus menggumam sambil mengikutinya hingga ke ruang tengah tidak digubris sama sekali. Tanpa kata Medina melewati mamanya yang heboh menuntut penjelasan. Langkahnya terus terayun ringan. 

 

Saat berpapasan dengan Santi yang menatapnya dengan binar redup pun dia memasang wajah tak acuh. Medina terus menyelonong menuju kamarnya usai mengambil segelas air putih dan sestoples nastar di dapur. Dia sudah muak! Medina bertekad akan bersikap semaunya mulai sekarang.

 

Sesampai di kamarnya, Medina langsung melemparkan diri ke ranjang. Perjalanan pergi-pulang ke surga rahasia itu membuatnya kelelahan. Herannya, dia justru ketagihan. Pekan depan Zean berjanji akan kembali membawanya ke sana. Tawaran yang oleh Medina langsung diiakan dengan suka hati tanpa pikir panjang lagi.

 

-***-

 

Seminggu berlalu dalam hening panjang. Tidak masalah buat Medina dia didiamkan. Dia justru menikmati hari-hari tenang tanpa kecerewetan Latifa. Apalagi uang sakunya terus berjalan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

 

“Bu Sarti!” seru Medina sembari menepuk pelan pundak perempuan di depannya. Bicaranya sedikit lebih nyaring karena beradu dengan angin. “Antarnya cukup sampai fotokopian aja.” 

 

Bu Sarti menelengkan sedikit kepalanya ke arah belakang. “Yang mana ya, Mbak?” tanyanya dengan nada lembut dan bicara yang santun seperti biasa. 

 

Medina mengangkat tangan kirinya melewati lengan Bu Sarti lantas mengarahkan telunjuknya pada neon box fotokopi yang terpampang tidak jauh lagi. Hanya berjarak tidak sampai seratus meter. “Yang itu, Bu! Fotokopi Sumber Rejeki.”

 

“Kenapa setop di situ, toh, Mbak?” Dengan sungkan Bu Sarti bertanya. Tidak bermaksud lancang mau tahu urusan orang, tetapi perempuan berhijab hijau besar yang membungkus setengah badannya itu memang perlu tahu alasan Medina. Dia tidak mau terlibat masalah jika Medina sampai kabur lagi seperti tempo hari.

 

“Mau ambil tugas makalah,” terang Medina singkat. Cewek itu sudah menduga kalau Bu Sarti tidak akan begitu saja membiarkannya lolos.

 

“Saya tunggu, ya, Mbak.” Bu Sarti tetap waspada. Track record Medina yang buruk sudah dia kantongi. Sebagaimana nasib rumah tangganya yang mengalami kegagalan dan menjadi buah bibir, seperti itu pula tentang kenakalan Medina sampai ke telinganya dari banyak mulut. “Dari tempat fotokopi ke sekolah lumayan jauh soalnya. Saya khawatir Mbak Medina terlambat.”

 

Medina mendengus. “Nggak usah ditunggu, Bu. Teman-teman aku di sekolah sudah ngurus izin telatnya,” dustanya.

 

Bu Sarti menggigit bibir. Dia meragu. Seharusnya kalau cuma mau mengambil makalah tidak akan memakan banyak waktu. “Yakin, Mbak?”

 

“Yakin seratus persen.” Medina mulai jengkel.

 

Bu Sarti menghentikan sepeda motornya di depan fotokopian yang tampaknya baru saja buka. Dari tempatnya saat ini dia bisa melihat jam yang tergantung di dinding tepat di atas mesin fotokopi. Dengan gamang dia menatap perempuan yang baru saja melompat turun. “Saya tunggu aja, Mbak. Kasihan Mbak Medina jalan kaki lumayan jauh. Nanti—”

 

“Kenapa bawel banget, sih, Bu?” sembur Medina dengan mata memelotot. “Kayak Mama aja, deh!”

 

“Saya fakut—”

 

“Mama nggak akan tau kalau Bu Sarti nggak ngelapor. Makanya jangan ember ke Mama!” ucap Medina penuh penekanan. “Lagian marahnya Mama kayak gimana, sih? Paling juga kayak balita kumur-kumur.” Dia mengibas-ngibaskan tangan membersihkan roknya yang terkena cipratan lumpur. 

 

Melihat keangkuhan dan sikap sinis Medina, Bu Sarti beristighfar dalam hati sambil mengelus dada. Bukan ibu kandung Medina saja dia merasa sakit hati. Bagaimana dengan Latifa? Pasti remuk redam dan banjir air mata menghadapi anak kurang ajar seperti cewek di depannya.

 

Belum sempat Bu Sarti beranjak, Medina sudah berlari menjauh. Lewat spion Bu Sarti melihat Medina membonceng sepeda motor lain. Bu Sarti memang tidak bisa melihat siapa yang memberi Medina tumpangan lantaran helm full face menutupi sebagian besar wajah orang itu. Namun, dari pakaian, postur tubuh juga gesturnya saat bicara dengan Medina, Bu Sarti tahu kalau si pengemudi adalah seorang laki-laki. 

 

“Ya ampun, Nak. Disekolahin biar pintar dan jadi orang sukses, kenapa malah sukses minterin orang tua?” celetuk Bu Sarti prihatin. Bos ciliknya itu pun melaju lebih dulu dan berbelok menjauh dari sekolah yang harusnya menjadi tujuan.

 

-***-

 

Sesudah sarapan di warung pecel langganan, Zean mengajak Medina belanja penganan yang akan mereka bawa ke surga rahasia mereka. Demi ke tempat itu Medina rela membolos, bahkan mengindahkan tugas kelompok yang akan dipresentasikan hari ini.

 

Di minimarket, Medina dan Zean berpisah. Medina menuju rak-rak berisi makanan ringan sementara Zean menuju counter minuman.

 

“Aduh!” pekik Medina saat seorang anak laki-laki menabraknya.

 

“Maaf, Kak,” gumam bocah berseragam putih kotak-kotak hijau dengan kepala tertunduk takut. 

 

Seragam yang anak itu kenakan persis punya Medina saat kecil dulu. Entah mengapa Medina merasa melihat dirinya dalam versi bocah laki-laki. Keinginan marahnya pun surut. Hardikan yang menggantung di ujung lidahnya karam. Seraya menyentuh pipi tembam anak itu, dia berkata, “Nggak apa-apa. Lain kali hati-hati.”

 

Dari arah belakang si bocah muncul seorang perempuan berbaju kaus longgar dan celana jeans ketat selutut. “Arkhan!” Si perempuan berambut panjang berseru, tergopoh-gopoh menghampiri. “Sudah dibilangin jangan jauh-jauh dari Mami, malah keluyuran sendiri,” omel si perempuan yang ternyata ibu dari bocah itu. Di gendongan si ibu muda, bayi perempuan yang Medina perkirakan usianya belum genap satu tahun tertawa-tawa sembari menggapai-gapai seolah minta digendong.

 

“Maaf, Mami. Abang pengin ambil keripik kentang. Mami lama banget milih susunya.”

 

“Susu yang biasa diminum adek lagi kosong. Terpaksa Mami cari susu lain yang nggak ada kandungan alergennya kayak yang biasa itu,” terang si ibu muda. Medina ragu si anak mengerti, tetapi dia salut saat tidak mendengar sanggahan apalagi bantahan sama sekali.

 

Merasakan kerepotan si ibu bertubuh mungil di depannya, Medina berinisiatif membantu. 

“Kamu mau yang mana? Biar Kakak yang ambilin.” 

 

“Yang itu, yang itu! Aku mau dua yang bungkusnya warna biru.” 

 

Medina berhasil mendapatkan keripik yang anak itu mau meski harus berjinjit untuk menjangkaunya. “Ini!” 

 

Arkhan berjingkrak-jingkrak kesenangan. Terima kasih, Kakak ….”

 

“Nama aku Melodya Medina. Panggil aja Kak Medina.” Tanpa diminta Medina memperkenalkan diri.

 

Si ibu yang sedari tadi terus menatap Medina tampak terkejut. Dia mundur selangkah sebelum menarik anaknya menjauh. Tanpa mengucap sepatah kata perempuan itu pergi begitu saja. Tingkahnya sangat aneh. Seakan baru menyadari telah melihat hantu di siang bolong. Si bocah bernama Arkhan dibiarkan merengek sambil menunjuk-nunjuk ke lantai. 

 

Salah satu dari dua bungkus keripik kentang terjatuh dari tangan Arkhan. Medina memungutnya lantas mengembalikannya ke rak dengan segudang kebingungan. Bertepatan itu Zean muncul dan mengajaknya segera pergi.

 

“Kok diam aja, Din?” tegur Zean. “Sebelum mampir ke sini kamu sibuk mencerocos, tapi kenapa sekarang kayak ban gembos?” 

 

Medina hanya menggeleng dan tersenyum simpul. Tanpa menjawab dia memasang helm lalu menaiki motor. 

 

Arkhan. Nama dan wajah anak itu bermain-main di benaknya. Medina ingin mengenyahkan hal-hal tidak penting. Sayangnya, tidak semudah yang dia pikirkan. Sial! Sikap aneh Mami Arkhan terus mengusiknya. Medina merasa tidak mengenal mereka. Namun, wajah Arkhan terasa sangat familier.

 

Siapa, sih, mereka?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
DREAM
890      565     1     
Romance
Bagaimana jadinya jika seorang pembenci matematika bertemu dengan seorang penggila matematika? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah ia akan menerima tantangan dari orang itu? Inilah kisahnya. Tentang mereka yang bermimpi dan tentang semuanya.
Kembali ke diri kakak yang dulu
2513      1459     10     
Fantasy
Naln adalah seorang anak laki-laki yang hidup dalam penderitaan dan penolakan. Sejak kecil, ia dijauhi oleh ibunya sendiri dan penduduk desa karena sebuah retakan hitam di keningnya tanda misterius yang dianggap pertanda keburukan. Hanya sang adik, Lenard, dan sang paman yang memperlakukannya dengan kasih dan kehangatan. Ini menceritakan tentang dua saudara yang hidup di dunia penuh misteri. ...
May I be Happy?
1648      847     0     
Inspirational
Mencari arti kebahagian dalam kehidupan yang serba tidak pasti, itulah kehidupan yang dijalani oleh Maya. Maya merupakan seseorang yang pemalu, selalu berada didalam zona nyamannya, takut untuk mengambil keputusan, karena dia merasa keluarganya sendiri tidak menaruh kepercayaan kepada dirinya sejak kecil. Hal itu membuat Maya tumbuh menjadi seperti itu, dia tersiksa memiliki sifat itu sedangka...
Lost Daddy
5568      1315     8     
Romance
Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata bahwa ayah sangat mencintai ibu. Oleh sebab itu, ia perlu waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. Namun alasan itu tidak sesuai fakta. AYAH TIDAK LAGI MENCINTAIKU! (Aulia) Dari awal tidak ada niat bagiku untuk mendekati...
Caraphernelia
1124      593     0     
Romance
Ada banyak hal yang dirasakan ketika menjadi mahasiswa populer di kampus, salah satunya memiliki relasi yang banyak. Namun, dibalik semua benefit tersebut ada juga efek negatif yaitu seluruh pandangan mahasiswa terfokus kepadanya. Barra, mahasiswa sastra Indonesia yang berhasil menyematkan gelar tersebut di kehidupan kampusnya. Sebenarnya, ada rasa menyesal di hidupnya k...
Yang Tertinggal dari Rika
4984      1878     11     
Mystery
YANG TERTINGGAL DARI RIKA Dulu, Rika tahu caranya bersuara. Ia tahu bagaimana menyampaikan isi hatinya. Tapi semuanya perlahan pudar sejak kehilangan sosok paling penting dalam hidupnya. Dalam waktu singkat, rumah yang dulu terasa hangat berubah jadi tempat yang membuatnya mengecil, diam, dan terlalu banyak mengalah. Kini, di usianya yang seharusnya menjadi masa pencarian jati diri, Rika ju...
Sepotong Hati Untuk Eldara
1690      803     7     
Romance
Masalah keluarga membuat Dara seperti memiliki kepribadian yang berbeda antara di rumah dan di sekolah, belum lagi aib besar dan rasa traumanya yang membuatnya takut dengan kata 'jatuh cinta' karena dari kata awalnya saja 'jatuh' menurutnya tidak ada yang indah dari dua kata 'jatuh cinta itu' Eldara Klarisa, mungkin semua orang percaya kalo Eldara Klarisa adalah anak yang paling bahagia dan ...
Cinderella And The Bad Prince
3236      1894     11     
Romance
Prince merasa hidupnya tidak sebebas dulu sejak kedatangan Sindy ke rumah. Pasalnya, cewek pintar di sekolahnya itu mengemban tugas dari sang mami untuk mengawasi dan memberinya les privat. Dia yang tidak suka belajar pun cari cara agar bisa mengusir Sindy dari rumahnya. Sindy pun sama saja. Dia merasa sial luar biasa karena harus ngemong bocah bertubuh besar yang bangornya nggak ketul...
XIII-A
1764      1138     4     
Inspirational
Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka hanya pernah disakiti terlalu dalam dan tidak pernah diberi ruang untuk sembuh. Athariel Pradana, pernah menjadi siswa jeniushingga satu kesalahan yang bukan miliknya membuat semua runtuh. Terbuang dan bertemu dengan mereka yang sama-sama dianggap gagal. Ini adalah kisah tentang sebuah kelas yang dibuang, dan bagaimana mereka menolak menjadi sampah sejar...
Selaras Yang Bertepi
1716      822     0     
Romance
"Kita sengaja dipisahkan oleh waktu, tapi aku takut bilang rindu" Selaras yang bertepi, bermula pada persahabatan Rendra dan Elin. Masa remaja yang berlalu dengan tawa bersembunyi dibalik rasa, saling memperhatikan satu sama lain. Hingga salah satu dari mereka mulai jatuh cinta, Rendra berhasil menyembunyikan perasaan ini diam-diam. Sedangkan Elin jatuh cinta sama orang lain, mengagumi dalam ...