Hari-hariku di kelas 1 SMA sudah berjalan beberapa bulan. Sekolah ini terasa jauh lebih besar dan penuh dengan wajah-wajah baru dibandingkan SMP dulu. Aku sendiri masih mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, antara belajar yang menumpuk dan membantu ibu di toko kecil kami. Kadang, aku merasa seperti terjebak antara dua dunia—di sekolah aku harus terlihat kuat dan mandiri, tapi di rumah, tanggung jawab yang tak kalah berat selalu menunggu.
Di kelas, aku tidak terlalu menonjol. Aku bukan anak yang mudah dekat dengan siapa saja, lebih suka menyendiri atau duduk bersama teman-teman dekat saja. Aku tahu reputasiku agak serius, kadang terlalu fokus pada pelajaran dan pekerjaan rumah. Jadi, ketika seorang anak laki-laki yang selama ini kupandang sebagai sosok pendiam dan misterius tiba-tiba menyapaku, aku merasa bingung sendiri.
Itu terjadi suatu pagi saat aku sedang berdiri di dekat jendela, menikmati sejenak udara segar di sela-sela pelajaran. Aku menatap ke luar kelas, melihat langit biru yang cerah, mencoba melepaskan pikiran dari tugas yang menumpuk. Tiba-tiba aku merasakan ada yang menatapku. Aku menoleh perlahan dan bertemu dengan mata Reyhan.
Dia berdiri tak jauh dari sana, dengan senyum kecil yang membuat jantungku seakan ingin melonjak keluar. “Hey, Alya,” sapanya dengan suara pelan tapi jelas.
Aku terkejut, mataku membulat. Biasanya aku nggak ladenin, Namun aku coba untuk tetap tenang, pura-pura cuek, tapi aku sadar wajahku pasti memerah.
“Hm… iya, ada apa?” jawabku dengan suara sedikit dingin, berusaha jual mahal supaya tidak terlihat gugup.
Reyhan hanya tertawa kecil, matanya tak lepas menatapku. “Aku cuma mau bilang, kamu sering banget kelihatan serius. Coba deh sesekali santai.”
Aku mengangkat alis, menyikut sedikit. “Serius itu penting, Reyhan.”
“Tapi santai juga penting, biar nggak stres,” katanya sambil tersenyum. Ada kehangatan di suaranya yang membuat aku sulit menahan senyumku sendiri.
Sejak saat itu, Reyhan makin sering menyapaku di sekolah. Kadang saat kami berjalan di lorong, kadang di kantin saat jam istirahat. Aku berusaha tetap menjaga jarak, tapi jujur saja, aku mulai menantikan sapaan-sapaan itu.
Kadang aku bertanya-tanya, apa sebenarnya yang membuat aku jadi seperti ini? Aku yang selama ini lebih suka diam dan menjaga jarak, tiba-tiba jadi lebih hidup hanya karena sapaan sederhana darinya.
Hari-hari kami mulai dipenuhi dengan obrolan ringan. Dari pelajaran yang sulit, gurunya yang galak, sampai lagu favorit yang baru kami dengar. Setiap tawa yang kami bagi membuatku merasa lebih dekat, walau aku masih berusaha terlihat santai.
Aku tahu aku jual mahal. Aku tahu aku tidak mudah membuka hati. Tapi entah kenapa, cara Reyhan yang sabar dan tulus membuat aku merasa nyaman. Aku mulai berharap dia mengerti bahwa di balik sikapku yang keras kepala, aku ingin dia tetap dekat.
Suatu siang saat jam istirahat, aku duduk sendirian di bangku taman sekolah, seperti biasanya mencari waktu untuk menghela napas. Tiba-tiba Reyhan datang dan duduk di sebelahku.
Aku menatapnya dengan sedikit ragu. “Kamu suka duduk sendiri, ya?”
Aku mengangguk pelan. “Iya, kadang aku butuh waktu sendiri supaya nggak pusing.”
Dia tersenyum, lalu berkata, “Kalau gitu, boleh nggak aku nemenin kamu?”
Aku terdiam beberapa detik, hatiku berdebar tak karuan. Aku tahu aku ingin menjawab iya, tapi aku juga tidak mau terlihat terlalu mudah.
Akhirnya aku mengangguk pelan. “Boleh.”
Hari itu menjadi salah satu hari yang paling aku ingat. Kami duduk berdua, mengobrol tentang hal-hal sederhana, tapi rasanya sangat berarti.
Sejak saat itu, kehadiran Reyhan menjadi bagian yang sulit kuabaikan. Di tengah kesibukanku mengurus toko dan sekolah, aku menunggu saat-saat kami bisa bersama, walau hanya sebentar.
Aku mulai menyadari, aku tidak lagi hanya melihat Reyhan sebagai teman sekelas yang pendiam. Ada perasaan yang tumbuh perlahan di hatiku
perasaan yang membuat aku merasa gugup dan senang sekaligus.
Aku mulai memerhatikan hal-hal kecil tentang dia. Cara dia tertawa, cara dia serius mendengarkan saat aku bicara, bahkan caranya mengerutkan dahi saat memikirkan sesuatu. Semua hal itu membuat aku semakin penasaran dan ingin mengenalnya lebih jauh.
Kadang aku bertanya-tanya, apakah dia merasakan hal yang sama? Apakah dia juga merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat melihatku?
Aku tidak berani menebak, tapi aku ingin tahu jawabannya.
Hari-hari di sekolah mulai terasa lebih ringan, lebih berwarna. Aku merasa ada seseorang yang membuat aku ingin jadi versi terbaik dari diriku sendiri.
Di tengah beban tugas sekolah dan kerjaan di toko, aku punya alasan baru untuk tersenyum dan berharap.
Suatu sore, saat kami berjalan pulang bersama di bawah langit jingga yang mulai merona, aku berani menatapnya dan tersenyum malu.
Dia membalas dengan tatapan lembut yang membuat aku yakin, bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang indah.
Aku tahu, perjalanan kami belum selesai. Tapi aku siap berjalan bersama, satu langkah demi satu langkah, dengan Reyhan di sisiku.
Metafora Dunia Djemima
158
130
2
Inspirational
Kata orang, menjadi Djemima adalah sebuah anugerah karena terlahir dari keluarga cemara yang terpandang, berkecukupan, berpendidikan, dan penuh kasih sayang. Namun, bagaimana jadinya jika cerita orang lain tersebut hanyalah sebuah sampul kehidupan yang sudah habis dimakan usia?
Tuan Landak dan Nona Kura-Kura
2934
999
1
Romance
Frans Putra Mandala, terancam menjadi single seumur hidupnya!
Menjadi pria tampan dan mapan tidak menjamin kisah percintaan yang sukses! Frans contohnya, pria itu harus rela ditinggal kabur oleh pengantinnya di hari pernikahannya!
Lalu, tiba-tiba muncul seorang bocah polos yang mengatakan bahwa Frans terkena kutukan!
Bagaimana Frans yang tidak percaya hal mistis akan mematahkan kutukan it...
I Hate My Brother
479
325
1
Short Story
Why my parents only love my brother? Why life is so unfair??
Fragmen Tanpa Titik
51
47
0
Inspirational
"Kita tidak perlu menjadi masterpiece cukup menjadi fragmen yang bermakna"
Shia menganggap dirinya seperti fragmen - tidak utuh dan penuh kekurangan, meski ia berusaha tampak sempurna di mata orang lain. Sebagai anak pertama, perempuan, ia selalu ingin menonjolkan diri bahwa ia baik-baik saja dalam segala kondisi, bahwa ia bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan siapa pun, bahwa ia bis...
Nemeea Finch dan Misteri Hutan Annora
386
247
0
Fantasy
Nemeea Finch seorang huma penyembuh, hidup sederhana mengelola toko ramuan penyembuh bersama adik kandungnya Pafeta Finch di dalam lingkungan negeri Stredelon pasca invasi negeri Obedient. Peraturan pajak yang mencekik, membuat huma penyembuh harus menyerahkan anggota keluarga sebagai jaminan! Nemeea Finch bersedia menjadi jaminan desanya. Akan tetapi, Pafeta dengan keinginannya sendiri mencari I...
Story of April
2667
942
0
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
I\'m Too Shy To Say
472
323
0
Short Story
Joshua mencintai Natasha, namun ia selalu malu untuk mengungkapkannya. Tapi bagaimana bila suatu hari sebuah masalah menimpa Joshua dan Natasha? Akan masalah tersebut dapat membantu Joshua menyatakan perasaannya pada Natasha.
Two Good Men
562
395
4
Romance
What is defined as a good men? Is it their past or present doings? Dean Oliver is a man with clouded past, hoping for a new life ahead. But can he find peace and happiness before his past catches him?
Under The Same Moon
397
264
4
Short Story
Menunggumu adalah pekerjaan yang sudah bertahun-tahun kulakukan. Tanpa kepastian.
Ketika suatu hari kepastian itu justru datang dari orang lain, kau tahu itu adalah keputusan paling berat untukku.