Loading...
Logo TinLit
Read Story - Psikiater-psikiater di Dunia Skizofrenia
MENU
About Us  

Bab 7

Wisuda

 

 

Saat hari wisuda tiba, tetapi Lala masih tertidur dengan pulasnya. Mama menggocang-goncang tubuh Lala untuk membangunkannya. Lala yang masih mengantuk pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Ia tidak mandi.

 

“Lala, waktunya sudah mepet. Ayo, Mama antar ke salon! Pakai kebaya Mama! Jangan lupa toganya!” seru Mama. Lala menuruti perkataan Mama dengan malas.

 

Sekitar setengah jam kemudian, Mama dan Lala sudah berada di salon yang menjadi langganan Mama. Tukang salon mendandani Lala dan memasangkan sanggul modern.

 

“Kamu cantik,” puji Mama. Ia mengajak Lala menjemput Papa di rumah. Lalu, Papa menyetir menggantikan Mama. Mereka mengantar Lala ke kampus untuk acara wisuda.

 

Tiba-tiba, Lala kebelet pipis. Namun, ia tidak bertindak dengan wajar. Ia menuju kamar mandi dengan berlari. Otaknya memerintahkannya untuk menjadi aneh sedemikian rupa untuk menekan kesedihan di hatinya.

 

Sekembalinya dari kamar mandi, Lala bertemu dengan teman-temannya yang sudah lulus duluan. Mereka semua normal, tidak seperti dirinya yang sakit mental. Lala segera berinisiatif menyalami mereka satu per satu. Setiap dari mereka mendapatkan ucapan selamat darinya sebanyak tiga kali, "Selamat! Selamat! Selamat!"

 

Kalau Mama Papa mengetahui kelakuan Lala, tentu mereka sudah menegur Lala karena malu. Beruntung, mereka tidak berada di dekatnya. Mereka sudah pergi menuju ke tempat yang disediakan khusus untuk tamu undangan, agak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

 

Lala duduk di tempat khusus untuk mahasiswa-mahasiswi yang akan diwisuda. Ternyata, tempat duduk berupa kursi-kursi kayu cokelat sudah dinomori sesuai dengan nomor absen masing-masing mahasiswa-mahasiswi. Beruntung, Lala duduk di sebelah teman laki-lakinya yang tempo hari menungguinya saat ujian pendadaran. Lala memang nyaman kalau curhat kepada temannya itu. Ia bisa bercerita apa saja tanpa merasa dihakimi. Namun, tak jarang, temannya itu menanggapi curhatannya dengan bercanda. Mungkin, temannya itu ingin agar ia tidak terlalu tegang. 

 

Acara wisuda dimulai. Seorang dosen berambut keriting dan berkacamata berpidato. Lala tidak mendengarkan dengan seksama. Namun, sekilas, ia mendengar dosen itu berkata, “Ada dosen yang main ke kos-kosan mahasiswi.”

 

Lala terbayang temannya yang cantik jelita walaupun make up-nya tebal. Rambutnya keriting. Seseorang pernah berkata bahwa rambut aslinya lurus. Ia mengeriting sendiri rambutnya itu menggunakan alat keriting khusus. Mungkin, memakai krim pengeriting juga, Lala tidak tahu.

 

"Kenapa ia tidak takut rambutnya rusak? Mungkinkah ia yang dimaksud dosen itu? Betapa beruntungnya dia!" pikir Lala.

 

Saat mahasiswa dan mahasiswi maju untuk dipindahkan tali toganya dari kiri ke kanan pun tibalah. Namun, saat giliran Lala tiba, ia malah memundurkan kepalanya. Ia merasa takut dijahati, sekaligus mencari perhatian dari dosen yang dicintainya. Ia tidak melihat dosen itu sedari tadi.

 

"Ke manakah bapak itu? Apakah ia bersembunyi di antara lautan manusia ini? Apakah ia tidak memedulikanku?" tanya Lala di dalam hati. Ia celingak-celinguk sejenak. Ia menoleh ke teman laki-laki yang tadi dan celetuknya sambil menunjuk tempat khusus untuk tamu undangan, "Apakah ayah dan ibuku bisa melihatku dari tempat sejauh itu?"

 

"Bisa," jawab temannya itu.

 

Lalu, Lala hendak loncat dari podium dengan diiringi sorakan mahasiswa dan mahasiswi. Mereka seperti memberinya semangat karena mereka ingin melihat kejadian yang tak biasa. Mereka bosan melihat kejadian yang itu-itu saja. Mereka bosan dengan rutinitas.

 

Entah bagaimana, akal sehat Lala bekerja. Ia tidak jadi meloncat dan turun melalui tangga podium. Lagipula, ia sedang mengenakan sepatu bertumit. Ia bisa saja terpeleset dan keseleo, walaupun selama ini ia merasa kuat. Ia memang suka meloncati beberapa anak tangga sekaligus saat di kampus.

 

Saat sudah berada di bawah podium, Lala sadar bahwa tali toganya belum dipindahkan. Ia berpikir bahwa dosen-dosen mempunyai pikiran jahat kepadanya dan tidak ingin dia lulus. Kalaupun ia lulus, mereka pasti ingin ia melanjutkan S2 agar bisa mengeruk uangnya. Biaya S2 pasti mahal. Selain Lala sayang uangnya, ia juga sayang otaknya kalau terus dipakai belajar. Lalu, ia memindahkan sendiri tali toganya.

 

Lala mengeluarkan suara mendesis dari mulutnya yang berasal dari hatinya yang sakit. Mahasiswa teman Lala yang tempo hari menunggui Lala ketika mengikuti ujian pendadaran berusaha untuk menghibur Lala. Ia memelesetkan kata-kata yang diucapkan oleh dosen yang tadi ketika ia berpidato untuk menutup acara. Hanya Lala dan teman perempuan di sebelah temannya itu yang bisa mendengar kata-katanya karena ia berbicara pelan.

 

Teman perempuan itu mengikik geli. Lala memandangi sanggulnya. Lala teringat, tempo hari, waktu ujian pendadaran, Lala melihat rambutnya direbonding sampai lurus seperti penggaris dan diurai. 

 

"Sekarang, rambutnya disanggul. Apakah ia tidak merasa sayang? Bukankah rebonding itu mahal? Apakah ia anak orang kaya?" pikir Lala dalam hati.

 

Seorang mahasiswi melintas di depan Lala. Kalau semua teman-temannya memakai kain batik untuk bawahan, Lala bisa melihat dari bawah toganya kalau ia mengenakan celana panjang. Teman mahasiswa Lala yang tadi mengomentarinya, "Wah, kamu berani menantang juga!"

 

Lala juga bertemu dengan kakak kelas yang ikut wisuda bersamanya. Kakak kelas itu berambut panjang dan rambutnya diikat. Ia masih mengenakan kacamatanya. Lala teringat bahwa ia belum mengembalikan buku Lala. Komentar Lala, “Bukuku durung mbok balekke lho, Mbak ….” (“Bukuku belum kamu kembalikan lho, Mbak ….”)

 

Seorang mahasiswi terlihat melepas kacamatanya ketika hendak berfoto. Ia membawa sebuket bunga yang dibelinya. Ia difoto oleh seorang juru foto. Memang banyak penjual bunga dan jasa juru foto di mana-mana yang tidak gratis, tetapi Lala sama sekali tidak ada inisiatif untuk membeli. Ia malah meminta pulang pada papanya.

 

Sesampainya di rumah, Mama dan Papa teringat bahwa Lala belum difoto. Lala yang sudah tiduran di ranjangnya, disuruh bangun oleh Mama. Ia disuruh mengenakan toganya kembali. Lalu, Papa menjepretnya.

 

Bangun tidur, Lala tidak bisa berhenti tertawa. Di dalam rasa sedihnya, ia membayangkan bahwa dirinya adalah orang hebat dan dikagumi oleh semua orang. Ia membayangkan bahwa dirinya yang berada di atas podium tadi telah melakukan hal yang benar dan membuat semua orang mengaguminya.

 

Mama menyuruh Lala berhenti tertawa, tetapi ia tidak bisa. Akhirnya, kedua orang tua Lala memutuskan untuk membawanya ke psikiater kembali.

 

Ada rekomendasi psikiater yang bagus dari tantenya yang anaknya juga sakit mental, tetapi ia praktik di Solo. Sementara itu, rumah Lala dan kedua orang tuanya berada di Yogyakarta. Akibatnya, Mama dan Lala harus pulang pergi Yogyakarta – Solo.

 

Kadang, Papa mengantar mereka. Kadang, Mama pergi hanya berdua saja dengan Lala menggunakan kereta api. Kadang, Papa harus bekerja sehingga tidak bisa mengantar mereka berdua. Sekali, omnya pernah mengantar mereka sewaktu mereka pergi dengan mobil Papa.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kainga
2083      1082     12     
Romance
Sama-sama menyukai anime dan berada di kelas yang sama yaitu jurusan Animasi di sekolah menengah seni rupa, membuat Ren dan enam remaja lainnya bersahabat dan saling mendukung satu sama lain. Sebelumnya mereka hanya saling berbagi kegiatan menyenangkan saja dan tidak terlalu ikut mencampuri urusan pribadi masing-masing. Semua berubah ketika akhir kelas XI mereka dipertemukan di satu tempat ma...
CATCH MY HEART
2921      1135     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Langkah yang Tak Diizinkan
275      220     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...
Happy Death Day
691      413     81     
Inspirational
"When your birthday becomes a curse you can't blow away" Meski menjadi musisi adalah impian terbesar Sebastian, bergabung dalam The Lost Seventeen, sebuah band yang pada puncak popularitasnya tiba-tiba diterpa kasus perundungan, tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Namun, takdir tetap membawa Sebastian ke mikrofon yang sama, panggung yang sama, dan ulang tahun yang sama ... dengan perayaan h...
A Sky Between Us
78      67     2     
Romance
Sejak kecil, Mentari selalu hidup di dalam sangkar besar bernama rumah. Kehidupannya ditentukan dari ia memulai hari hingga bagaimana harinya berakhir. Persis sebuah boneka. Suatu hari, Mentari diberikan jalan untuk mendapat kebebasan. Jalan itu dilabeli dengan sebutan 'pernikahan'. Menukar kehidupan yang ia jalani dengan rutinitas baru yang tak bisa ia terawang akhirnya benar-benar sebuah taruha...
the Last Climbing
1342      582     2     
Romance
Marco melihat rekannya sesama climber, jatuh dan tewas saat latihan panjat tebing. Kejadian itu kerap muncul lagi sebagai mimpi buruk yang membayangi hari-hari Marco. Perkenalan Marco dengan Maryam, mahasiswi aktivis di masjid kampus, membuat Marco semangat lagi untuk menuntaskan kuliahnya. Seorang ibu muncul di hadapan Marco, ingin membalas dendam atas kematian putranya saat latihan panjat t...
Nemeea Finch dan Misteri Hutan Annora
475      317     0     
Fantasy
Nemeea Finch seorang huma penyembuh, hidup sederhana mengelola toko ramuan penyembuh bersama adik kandungnya Pafeta Finch di dalam lingkungan negeri Stredelon pasca invasi negeri Obedient. Peraturan pajak yang mencekik, membuat huma penyembuh harus menyerahkan anggota keluarga sebagai jaminan! Nemeea Finch bersedia menjadi jaminan desanya. Akan tetapi, Pafeta dengan keinginannya sendiri mencari I...
Surat yang Tak Kunjung Usai
1167      720     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...
Kutunggu Kau di Umur 27
5383      2100     2     
Romance
"Nanti kalau kamu udah umur 27 dan nggak tahu mau nikah sama siapa. Hubungi aku, ya.” Pesan Irish ketika berumur dua puluh dua tahun. “Udah siap buat nikah? Sekarang aku udah 27 tahun nih!” Notifikasi DM instagram Irish dari Aksara ketika berumur dua puluh tujuh tahun. Irish harus menepati janjinya, bukan? Tapi bagaimana jika sebenarnya Irish tidak pernah berharap menikah dengan Aks...
Hati Langit
8317      2230     7     
Romance
Ketika 2 orang teman yang saling bertukar pikiran mengenai suatu kisah sehingga terciptalah sebuah cerita panjang yang berwujud dalam sebuah novel. Buah pemikiran yang dikembangkan menjadi suatu kisah yang penuh dengan inspirasi dan motivasi dalam menghadapi lika-liku percintaan. Persembahan untuk mereka yang akan merengkuh jalinan kasih. Nani Sarah Hapsari dan Ridwan Ginanjar.