Loading...
Logo TinLit
Read Story - Psikiater-psikiater di Dunia Skizofrenia
MENU
About Us  

 

 

Saat hari wisuda tiba, tetapi Lala masih tertidur dengan pulasnya. Mama menggoncang-goncang tubuh Lala untuk membangunkannya. Lala yang masih mengantuk pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Ia tidak mandi.

 

“Lala, waktunya sudah mepet. Ayo, Mama antar ke salon! Pakai kebaya Mama! Jangan lupa toganya!” seru Mama. Lala menuruti perkataan Mama dengan malas.

 

Sekitar setengah jam kemudian, Mama dan Lala sudah berada di salon yang menjadi langganan Mama. Tukang salon mendandani Lala dan memasangkan sanggul modern.

 

“Kamu cantik,” puji Mama. Ia mengajak Lala menjemput Papa di rumah. Lalu, Papa menyetir menggantikan Mama. Mereka mengantar Lala ke kampus untuk acara wisuda.

 

Tiba-tiba, Lala kebelet pipis. Namun, ia tidak bertindak dengan wajar. Ia menuju kamar mandi dengan berlari. Otaknya memerintahkannya untuk menjadi aneh sedemikian rupa untuk menekan kesedihan di hatinya.

 

Sekembalinya dari kamar mandi, Lala bertemu dengan teman-temannya yang sudah lulus duluan. Mereka semua normal, tidak seperti dirinya yang sakit mental. Lala segera berinisiatif menyalami mereka satu per satu. Setiap dari mereka mendapatkan ucapan selamat darinya sebanyak tiga kali, "Selamat! Selamat! Selamat!"

 

Kalau Mama Papa mengetahui kelakuan Lala, tentu mereka sudah menegur Lala karena malu. Beruntung, mereka tidak berada di dekatnya. Mereka sudah pergi menuju ke tempat yang disediakan khusus untuk tamu undangan, agak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

 

Lala duduk di tempat khusus untuk mahasiswa-mahasiswi yang akan diwisuda. Ternyata, tempat duduk berupa kursi-kursi kayu cokelat sudah dinomori sesuai dengan nomor absen masing-masing mahasiswa-mahasiswi. Beruntung, Lala duduk di sebelah teman laki-lakinya yang tempo hari menungguinya saat ujian pendadaran. Lala memang nyaman kalau curhat kepada temannya itu. Ia bisa bercerita apa saja tanpa merasa dihakimi. Namun, tak jarang, temannya itu menanggapi curhatannya dengan bercanda. Mungkin, temannya itu ingin agar ia tidak terlalu tegang. 

 

Acara wisuda dimulai. Seorang dosen berambut keriting, berotot, dan mengenakan kacamata berpidato. Lala tidak mendengarkan dengan seksama. Namun, sekilas, ia mendengar dosen itu berkata, “Ada dosen yang main ke kos-kosan mahasiswi.”

 

Lala terbayang temannya yang cantik jelita walaupun make up-nya tebal. Rambutnya keriting. Seseorang pernah berkata bahwa rambut aslinya lurus. Ia mengeriting sendiri rambutnya itu menggunakan alat keriting khusus. Mungkin, memakai krim pengeriting juga, Lala tidak tahu.

 

"Kenapa ia tidak takut rambutnya rusak? Mungkinkah ia yang dimaksud dosen itu? Betapa beruntungnya dia!" pikir Lala.

 

Saat mahasiswa dan mahasiswi maju untuk dipindahkan tali toganya dari kiri ke kanan pun tibalah. Namun, saat giliran Lala tiba, ia malah memundurkan kepalanya. Ia merasa takut dijahati, sekaligus mencari perhatian dari dosen yang dicintainya. Ia tidak melihat dosen itu sedari tadi.

 

"Ke manakah bapak itu? Apakah ia bersembunyi di antara lautan manusia ini? Apakah ia tidak memedulikanku?" tanya Lala di dalam hati. Ia celingak-celinguk sejenak. Ia menoleh ke teman laki-laki yang tadi dan celetuknya sambil menunjuk tempat khusus untuk tamu undangan, "Apakah ayah dan ibuku bisa melihatku dari tempat sejauh itu?"

 

"Bisa," jawab temannya itu.

 

Lalu, Lala hendak loncat dari podium dengan diiringi sorakan mahasiswa dan mahasiswi. Mereka seperti memberinya semangat karena mereka ingin melihat kejadian yang tak biasa. Mereka bosan melihat kejadian yang itu-itu saja. Mereka bosan dengan rutinitas.

 

Entah bagaimana, akal sehat Lala bekerja. Ia tidak jadi meloncat dan turun melalui tangga podium. Lagipula, ia sedang mengenakan sepatu bertumit. Ia bisa saja terpeleset dan keseleo, walaupun selama ini ia merasa kuat. Ia memang suka meloncati beberapa anak tangga sekaligus saat di kampus.

 

Saat sudah berada di bawah podium, Lala sadar bahwa tali toganya belum dipindahkan. Ia berpikir bahwa dosen-dosen mempunyai pikiran jahat kepadanya dan tidak ingin dia lulus. Kalaupun ia lulus, mereka pasti ingin ia melanjutkan S2 agar bisa mengeruk uangnya. Biaya S2 pasti mahal. Selain Lala sayang uangnya, ia juga sayang otaknya kalau terus dipakai belajar. Lalu, ia memindahkan sendiri tali toganya.

 

Lala mengeluarkan suara mendesis dari mulutnya yang berasal dari hatinya yang sakit. Mahasiswa teman Lala yang tempo hari menunggui Lala ketika mengikuti ujian pendadaran berusaha untuk menghibur Lala. Ia memelesetkan kata-kata yang diucapkan oleh dosen yang tadi ketika ia berpidato untuk menutup acara. Hanya Lala dan teman perempuan di sebelah temannya itu yang bisa mendengar kata-katanya karena ia berbicara pelan.

 

Teman perempuan itu mengikik geli. Lala memandangi sanggulnya. Lala teringat, tempo hari, waktu ujian pendadaran, Lala melihat rambutnya direbonding sampai lurus seperti penggaris dan diurai. 

 

"Sekarang, rambutnya disanggul. Apakah ia tidak merasa sayang? Bukankah rebonding itu mahal? Apakah ia anak orang kaya?" pikir Lala dalam hati.

 

Seorang mahasiswi melintas di depan Lala. Kalau semua teman-temannya memakai kain batik untuk bawahan, Lala bisa melihat dari bawah toganya kalau ia mengenakan celana panjang. Teman mahasiswa Lala yang tadi mengomentarinya, "Wah, kamu berani menantang juga!"

 

Lala juga bertemu dengan kakak kelas yang ikut wisuda bersamanya. Kakak kelas itu berambut panjang dan rambutnya diikat. Ia masih mengenakan kacamatanya. Lala teringat bahwa ia belum mengembalikan buku Lala. Komentar Lala, “Bukuku durung mbok balekke lho, Mbak ….” (“Bukuku belum kamu kembalikan lho, Mbak ….”)

 

Seorang mahasiswi terlihat melepas kacamatanya ketika hendak berfoto. Ia membawa sebuket bunga yang dibelinya. Ia difoto oleh seorang juru foto. Memang banyak penjual bunga dan jasa juru foto di mana-mana yang tidak gratis, tetapi Lala sama sekali tidak ada inisiatif untuk membeli. Ia malah meminta pulang pada papanya.

 

Sesampainya di rumah, Mama dan Papa teringat bahwa Lala belum difoto. Lala yang sudah tiduran di ranjangnya, disuruh bangun oleh Mama. Ia disuruh mengenakan toganya kembali. Lalu, Papa menjepretnya.

 

Bangun tidur, Lala tidak bisa berhenti tertawa. Di dalam rasa sedihnya, ia membayangkan bahwa dirinya adalah orang hebat dan dikagumi oleh semua orang. Ia membayangkan bahwa dirinya yang berada di atas podium tadi telah melakukan hal yang benar dan membuat semua orang mengaguminya.

 

Mama menyuruh Lala berhenti tertawa, tetapi ia tidak bisa. Akhirnya, kedua orang tua Lala memutuskan untuk membawanya ke psikiater kembali.

 

Ada rekomendasi psikiater yang bagus dari tantenya yang anaknya juga sakit mental, tetapi ia praktik di Solo. Sementara itu, rumah Lala dan kedua orang tuanya berada di Yogyakarta. Akibatnya, Mama dan Lala harus pulang pergi Yogyakarta – Solo.

 

Kadang, Papa mengantar mereka. Kadang, Mama pergi hanya berdua saja dengan Lala menggunakan kereta api. Kadang, Papa harus bekerja sehingga tidak bisa mengantar mereka berdua. Sekali, omnya pernah mengantar mereka sewaktu mereka pergi dengan mobil Papa.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pasal 17: Tentang Kita
184      97     1     
Mystery
Kadang, yang membuat manusia kehilangan arah bukanlah lingkungan, melainkan pertanyaan yang tidak terjawab sebagai alasan bertindak. Dan fase itu dimulai saat memasuki usia remaja, fase penuh pembangkangan menuju kedewasaan. Sama seperti Lian, dalam perjalanannya ia menyadari bahwa jawaban tak selalu datang dari orang lain. Lalu apa yang membuatnya bertahan? Lian, remaja mantan narapidana....
Is it Your Diary?
363      304     0     
Romance
Kehidupan terus berjalan meski perpisahan datang yang entah untuk saling menemukan atau justru saling menghilang. Selalu ada alasan mengapa dua insan dipertemukan. Begitulah Khandra pikir, ia selalu jalan ke depan tanpa melihat betapa luas masa lalu nya yang belum selesai. Sampai akhirnya, Khandra balik ke sekolah lamanya sebagai mahasiswa PPL. Seketika ingatan lama itu mampir di kepala. Tanpa s...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
15413      2315     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Singlelillah
0      0     0     
Romance
Entah seperti apa luka yang sedang kau alami sekarang, pada kisah seperti apa yang pernah kau lalui sendirian. Pada akhirnya semua akan membuatmu kembali untuk bisa belajar lebih dewasa lagi. Menerima bahwa lukamu adalah bentuk terbaik untuk membuatmu lebih mengerti, bahawa tidak semua harapan akan baik jika kau turuti apalagi membuatmu semakin kehilangan kendali diri. Belajar bahwa lukamu adalah...
Paint of Pain
3546      1979     38     
Inspirational
Vincia ingin fokus menyelesaikan lukisan untuk tugas akhir. Namun, seorang lelaki misterius muncul dan membuat dunianya terjungkir. Ikuti perjalanan Vincia menemukan dirinya sendiri dalam rahasia yang terpendam dalam takdir.
Loveless
17064      7062     615     
Inspirational
Menjadi anak pertama bukanlah pilihan. Namun, menjadi tulang punggung keluarga merupakan sebuah keharusan. Itulah yang terjadi pada Reinanda Wisnu Dhananjaya. Dia harus bertanggung jawab atas ibu dan adiknya setelah sang ayah tiada. Wisnu tidak hanya dituntut untuk menjadi laki-laki dewasa, tetapi anak yang selalu mengalah, dan kakak yang wajib mengikuti semua keinginan adiknya. Pada awalnya, ...
Behind The Spotlight
4732      2423     621     
Inspirational
Meskipun memiliki suara indah warisan dari almarhum sang ayah, Alan tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi, apalagi center dalam sebuah pertunjukan. Drum adalah dunianya karena sejak kecil Alan dan drum tak terpisahkan. Dalam setiap hentak pun dentumannya, dia menumpahkan semua perasaan yang tak dapat disuarakan. Dilibatkan dalam sebuah penciptaan mahakarya tanpa terlihat jelas pun ...
CERITA MERAH UNTUK BIDADARIKU NAN HIJAU
268      229     1     
Inspirational
Aina Awa Seorang Gadis Muda yang Cantik dan Ceria, Beberapa saat lagi ia akan Lulus SMA. Kehidupannya sangat sempurna dengan kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Sampai Sebuah Buku membuka tabir masa lalu yang membuatnya terseret dalam arus pencarian jati diri. Akankah Aina menemukan berhasil kebenarannya ? Akankah hidup Aina akan sama seperti sebelum cerita merah itu menghancurkannya?
Monokrom
214      185     1     
Science Fiction
Tergerogoti wabah yang mendekonstruksi tubuh menjadi serpihan tak terpulihkan, Ra hanya ingin menjalani kehidupan rapuh bersama keluarganya tanpa memikirkan masa depan. Namun, saat sosok misterius bertopeng burung muncul dan mengaku mampu menyembuhkan penyakitnya, dunia yang Ra kenal mendadak memudar. Tidak banyak yang Ra tahu tentang sosok di balik kedok berparuh panjang itu, tidak banyak ju...
Yang Tertinggal dari Rika
6341      2290     11     
Mystery
YANG TERTINGGAL DARI RIKA Dulu, Rika tahu caranya bersuara. Ia tahu bagaimana menyampaikan isi hatinya. Tapi semuanya perlahan pudar sejak kehilangan sosok paling penting dalam hidupnya. Dalam waktu singkat, rumah yang dulu terasa hangat berubah jadi tempat yang membuatnya mengecil, diam, dan terlalu banyak mengalah. Kini, di usianya yang seharusnya menjadi masa pencarian jati diri, Rika ju...