Nemeea, Pafeta dan Master Boni, berjalan beriringan menuju rumah mereka di desa huma penyembuh.
Pertemuan di rumah Gladys sudah usai. Nemeea memandang pekarangan rumah Gladys, Liana, makhluk magis pembimbing Idris Velarion terlihat bersama Kaelion, elang raksasa yang dengan senang hati merebahkan badannya di pekarangan Gladys. Setelah memastikan Kaelion nyaman, Liana memasuki tendanya, yang terbuat dari sulur dengan semburat ungu yang nyata.
Nemeea mengambil napas, menjauh dari keinginan kecilnya untuk bersama Liana menghadap Idris Velarion. Betapa bahagianya ia jika ia bisa berbicara kepada Idris tentang rencana Master Boni dengan totem intan milik Stredelon. Waktu pelunasan pajak adalah tujuh hari. Jika dia berhasil membujuk Idris, Nemeea terbebas dari janji dan bisa terus bersama Pat, di rumah mereka, di desa huma penyembuh. Nemeea membayangkan membangun rumah kayu untuk tupai yang mereka ambil dari ladang terbengkalai. Dia bisa mewujudkan rencana itu bersama Pafeta.
Rasa sesal muncul dalam hatinya, mengapa ia tidak menanyakan mengenai totem itu? Apa seharusnya dia bertanya mengenai totem itu? Perjalanan menuju rumah mereka penuh kerikil.
“Aku tidak paham dengan mu Kak,” ucap Pat. “Mengapa kau berusaha keras menyembunyikan rencana Master Boni?”
“Kita baru mengenalnya satu malam Pat,” Nemeea menyampaikan satu-satunya alasan yang terdengar logis di kupingnya.
“Liana tidak merasa tidak enak hati dengan kita.” ucap Pat.
Nemeea tidak mempunyai jawaban untuk pernyataan Pat yang menurutnya ada benarnya. Jawaban justru dilontarkan oleh Master Boni.
“Pat, kali ini aku setuju dengan Kakakmu,” ucap Master Boni. “Problematika Liana adalah soal lain, dia memikirkan negara ini. Kita memikirkan nasib kita sendiri.”
“Master Boni, bukan kau yang harus berpisah dengan keluarga mu jika tidak bisa menawarkan hal lain sebagai jaminan!” Pafeta berkata gusar. Nemeea terkejut mendengar jawaban Pat.
“Pat, aku tidak pernah mengajari mu mengatakan hal seperti itu! Itu tidak sopan!” Nemeea berseru kepada Pafeta.
Pat terkejut, bola matanya berkaca-kaca. Belum pernah kakaknya berkata selantang itu kepadanya. Untung saja rumah mereka sudah di depan mata. Dia segera berlari ke dalam rumah dan masuk ke kamarnya.
“Master Boni, maafkan aku. Kelakuan Pafeta hari ini benar-benar luar biasa,” ucap Nemeea. Dari ekor matanya, Nemeea dapat melihat lampu kamar Pat dinyalakan.
Master Boni menggeleng. “Tidak apa-apa, wajar dia bertindak seperti itu.”
“Aku akan menyuruhnya minta maaf kepada mu besok. Keras kepalanya itu lama-lama semakin menjadi,” ucap Nemeea
Master Boni menepuk bahu Nemeea, “tidak usah dipikirkan.” Master Boni menarik napas panjang sebelum menjelaskan, “tapi kurasa dia benar-benar sedih Nemeea. Bagaimana pun ucapannya ada benarnya, dia yang akan kehilangan Kakak. Kurasa, biarkan saja dulu sampai dia siap untuk meminta maaf kepadaku. Sungguh Pat sebenarnya adalah anak yang manis.”
Nemeea mengangguk pelan, merasa tak banyak yang bisa ia lakukan. “Ya, aku tahu.”
Master Boni permisi untuk melanjutkan perjalanan ke rumahnya yang berada tepat di sebelah rumah Nemeea, mereka dipisahkan oleh pekarangan tempat Nemeea meletakkan peralatan besar untuk membuat eliksir. Setelah Master Boni menghilang di ujung jalan, Nemeea memasuki rumahnya, rumah itu merupakan sebuah ruangan kotak yang tersusun dari batu. Dia menarik kursi yang berdecit, dan duduk dengan tenang di ruang duduk yang sudah diubahnya sebagai tempat menerima pelanggan. Ramuan eliksir berbaris rapi di dalam salah satu lemari kaca tinggi.
Nemeea melepas tas sabuknya, mengeluarkan dedaunan dan bijian yang akan digunakan untuk membuat ramuan eliksir Gladys. Dedaunan itu tidak dalam kondisinya yang prima. Perjalanan panjang hari ini menyebabkan kondisi itu tidak bisa terhindarkan. Tetapi Nemeea tetap menyusunnya dengan rapi dalam satu lemari bahan. Dia akan menjemur bahan-bahan itu dulu dengan maksimal sebelum membuat eliksir darinya.
Setelah pekerjaannya selesai, dia membasuh mukanya dengan air, lalu beranjak ke ruangan lain melalui sebuah pintu. Pintu itu terhubungan dengan kamar tidur Nemeea dan Pat. Pat tetap diam dalam selimutnya. Jari-jari Nemeea yang kurus lagi panjang menepuk puncak kepala Pat dengan lembut sampai Pat jatuh dalam buaian mimpi.
***
Matahari belum muncul hari itu tapi Nemeea sudah terbangun.
Dengan sigap dia mengambil beberapa bahan dari lemari bahannya untuk membuatkan eliksir ramuan sendi bagi Gladys, bijian adas dan daun kumis kucing adalah dua hal yang diraihnya pertama. Nemeea meletakkan bahan-bahan itu dalam nampan bulat yang terbuat dari anyaman bambu. Lalu meletakkan selembar kain putih tipis untuk melindungi bahan dari kontaminasi alam. Kemudian dia akan meletakkan daun-daun itu di tempat yang terkena matahari.
Nemeea tidak membangunkan Pat.
Adiknya itu masih kesal padanya karena menolak pergi bersama Liana. Untuk meredakan rasa kesal Pat, Nemeea memilih menyiapkan perlengkapan memancingnya. Ia akan memancing ikan. Ikan bakar selalu menjadi hidangan kesukaan Pat.
Nemeea menjengukkan kepalanya ke dalam bilik kamar mereka, “Pat, aku pergi sebentar untuk memancing. Kamu baik-baik saja disini?” tanya Nemeea dengan lembut. Tidak ada jawaban. Nemeea memutuskan untuk melanjutkan persiapan pembuatan eliksirnya.
Tidak butuh waktu lama, untuk tangannya yang terampil melakukan hal yang menjadi pekerjaannya.
Matahari mulai terbit, Nemeea menjemur bahan-bahan eliksirnya. Lalu memasukkan peralatan memancing yang sudah disiapkannya kemudian berangkat menuju sungai kecil di dekat ladang terbengkalai. Matahari yang sudah terbit menciptakan gradasi cahaya yang indah. Nemeea paling suka berjalan kaki dengan sinar matahari pagi yang hangat. Berjemur di bawah sinar matahari hangat membuat tubuhnya dapat berfungsi dengan lebih baik sepanjang hari.
Gerbang batu desa mereka masih runtuh, namun beberapa warga desa terlihat menyingkirkan tumpukan batu usang dari jalanan.
“Pagi sekali kau pergi Nemeea.” seru Master Boni, makhluk Masentra itu menggunakan kekuatan fisiknya untuk memindahkan batu-batu di jalan.
“Mau mencari ikan, supaya Pat tidak sedih terus.” ucap Nemeea.
“Aku punya bumbu panggang yang enak, nanti aku berikan kepadamu,” ucap Master Boni. Nemeea mengangguk. Dia melanjutkan perjalanannya di padang rumput hijau dia melihat Russel menggaru bekas rumput yang tercabut.
“Biar cepat tumbuh Nemeea, Master Boni bilang dia memiliki benih rumput yang bagus, nanti kau mau bantu menyebar benih ini Nemeea?”
Nemeea mengangguk lalu berjalan perlahan melewati padang rumput dan sampai pada ladang terbengkalai. Di sebuah bagian ladang ada embung yang dahulu dijadikan sumber irigasi. Akan tetapi embung itu sekarang sudah menjadi satu dengan sungai kecil yang mengalir tenang. Perubahan geografis alam dalam jangka waktu bertahun memang menakjubkan. Nemeea duduk di bagian yang tersinar matahari pagi. Lalu mengeluarkan jaringnya, dan mulai memasang perangkap di sungai. Untuk meningkatkan kemungkinan mendapat ikan, Nemeea juga menggunakan alat pancing dari bambu yang pada ujungnya ia kaitkan tali kecil dan ujung yang tajam. Alat ini nantinya disebut dengan joran.
Nemeea memasang umpan pada jorannya. Dia sudah menyiapkan umpan cacing agar ikan-ikan itu tertarik. Matahari telah meninggi dan Nemeea menyadari bahwa dirinya sudah cukup lama berada di aliran air ini. Dalam keranjangnya yang terbuat dari anyaman bambu, Nemeea melihat empat ekor ikan yang sedang berenang-renang dan memutuskan jumlah ini sudah cukup untuk makan hari ini. Dia pun kembali berjalan menuju rumah dengan langkah ringan, membawa keranjang berisi ikan segar.
Tidak butuh lama untuk Nemeea kembali ke desanya. Dia melambaikan tangan ke arah Russel yang sepertinya sudah selesai menggaru padang rumput. Beberapa makhluk rawa dan warga desa lainnya membantu pekerjaan Russel. Sedang Master Boni, sudah selesai membereskan gerbang batu yang runtuh, dan terlihat bersantai di teras rumahnya. Nemeea melambaikan tangan saat melihat Master Boni yang sedang bersantai menikmati teh. Nemeea mengangkat keranjang ikan ke arah Master Boni. Master Boni berdiri dari tempat duduknya.
“Ini aku mendapatkan bumbu bakar yang enak sekali!” Master Boni berseru, suaranya lantang. Di tangannya terdapat kendil kecil yang sepertinya berharga. “Bumbu-bumbu rempah, harum sekali,” Master Boni membuka kendil itu sedikit kepada Nemeea. “Balurkan di ikan yang sudah dibersihkan dan tunggu beberapa saat baru bakar.”
Nemeea mengambil kendil dari tangan Master Boni, “ayo nanti ikut makan bersama kami jika sudah matang.”
“Dengan senang hati aku akan kesana.”
Nemeea berjalan dengan langkah ringan dan hati tenang. Mungkin beberapa hari lagi kehidupannya berubah, tetapi hari ini hidupnya masih sama. Dia berada di desa huma penyembuh dikelilingi oleh orang-orang yang dia sayang, dan menyayanginya. Hidupnya terasa begitu sempurna.
Rumahnya sudah di depan mata.
Nemeea masuk melalui pekarangan belakang rumahnya. Dia mengecek keadaan bahan ramuannya yang ternyata mengering dengan baik. Nemeea membalik bahan ramuannya agar keringnya lebih merata. Kemudian dia menurunkan ikan dari tas bambu yang dibopongnya pada punggungnya dan mulai menyiangi ikan. Kendil berisi rempah dari Master Boni dia gunakan sedikit pada dua ikan pertama. Dua ikan berikutnya dia biarkan begitu saja, hanya diberi perasan jeruk lemon yang segar.
Nemeea mulai menyalakan api dari arang dan membiarkan api itu membesar dengan cukup sebelum meletakkan ikan di pemanggangan. Sepertinya aroma ikan menggoda indera penciuman. Tak berapa lama, Master Boni muncul di pekarangan rumah Nemeea. Nemeea dengan senang hati menawarkan teh yang nikmat dan meminta kesediaan Master Boni untuk menunggui ikan yang sebentar lagi akan matang. Sedang Nemeea, ingin membangunkan adiknya Pat. Pat pasti senang dengan ikan bakar. Ikan bakar adalah makanan kesukaan Pat. Nemeea memasuki rumah mereka yang berbentuk kotak dan terbuat dari batu yang disusun. Rumah mereka cukup terang saat siang hari, karena beberapa jendela yang dibentuk bulat. Nemeea mencuci wajahnya sebentar sebelum menjenguk ke bilik kamar mereka dan saat itu baru tersadar Pat tidak ada di kamarnya.
Ranjang itu kosong dan bantalnya sudah rapi.
“Pat!” seru Nemeea, suaranya menggema di dalam rumah yang kosong. Panik merayapi hati Nemeea, dia segera keluar dari rumah dan mencari-cari Pat.
Master Boni yang sedang menata ikan bakar dalam nampan besar terkejut melihat Nemeea yang terlihat kacau. “Astaga ada apa ini Nemeea?” tanyanya. Napas Nemeea naik turun tidak keruan.
“Master Boni, Pat hilang!”
“Apa?!”
“Aku sudah mencarinya di dalam rumah, dia tidak ada, tadi dia tidur waktu kutinggal,” kata-kata Nemeea keluar tidak beraturan.
Master Boni berusaha berpikir jernih. “Apa mungkin dia ke tempat Priscilla?”
***
Nemeea berlari menuju rumah Priscilla.
Master Boni mengimbangi lari Nemeea. Mereka mengetuk pintu rumah Priscilla dengan gusar. Priscilla dan Gladys muncul di ambang pintu.
“Ada apa Nemeea?”
“Priscilla, Pat, apakah Pat disini?”
“Pat disini tidak Gladys?”
“Iya tadi dia kesini. Tapi sekarang sudah tidak lagi Nemeea.”
“Kemana dia Gladys?”
“Ke rumah tentu. Dia bilang kepadaku akan kembali ke rumah.
Nemeea menegang, “Gladys, tapi Pat tidak ada di rumah.”
Gladys memicingkan mata heran. “Masa iya?”
“Gladys, apakah dia tidak mengatakan apapun kepadamu?”
“Anak itu hanya mampir sebentar. Kuajak dia sarapan. Dia menolak, namun mau juga memakan kue dan apel. Lalu katanya dia mau pulang, itu saja Nemeea.”
“Apa ada perbuatannya yang membingungkan?”
“Oh tidak bingung sebenarnya, tapi berkali-kali dia melihat ke arah pekarangan belakangku. Aku tanya kepadanya dengan santai, apa yang kau cari nak? Dia bertanya kepadaku ‘dimana Liana Gladys?’ Kujawab, Liana dan Kaelion baru saja pergi.”
Nemeea hampir saja merubuhkan badannya ke lantai berkayu. Terkejut mendengar pertanyaan Pat. Suara Master Boni yang lantang terasa mengambang di telinga Nemeea saat itu.
“Gladys, Pat pasti langsung pergi ya mendengar informasi itu?” tanya Master Boni.
“Kau kan tidak berpikir bahwa dia mengejar Liana dan Kaelion?” tanya Gladys. Priscilla membekap mulutnya terkejut dengan informasi baru itu.
“Nemeea, Nemeea sadarlah, kita harus mengecek rumah sekali lagi!”seru Master Boni.
Nemeea berusaha menguatkan dirinya. Kemudian ia dan Master Boni berlari kembali ke arah rumahnya.
“Nemeea, kita harus mencari Pat, apapun yang bisa kita temukan!” seru Master Boni, dia mencari cepat di seluruh bagian rumah.
Tapi Nemeea tidak sanggup, dalam hatinya ia takut. Saat itu Nemeea melihatnya, lemari persediaannya tidak tertutup rapat. Nemeea memiliki ingatan visual yang baik. Tidak seharusnya lemari itu seperti itu. Nemeea mengarahkan telunjuknya ke lemari itu. Master Boni memahami maksud Nemeea. Dia berjalan ke arah lemari bahan baku dan mendapati sepucuk kertas yang sengaja diselipkan disana. Master Boni menyerahkan surat itu kepada Nemeea. Mata Nemeea membesar dan bertanya-tanya surat apa itu gerangan. Nemeea meraihnya dari tangan Master Boni. Kertasnya berasal dari rumah ini. Jantung Nemeea berdetak lebih cepat dari biasa, dia mengambil napas dalam-dalam sebelum membuka surat itu dengan hati penuh dugaan buruk.
Surat itu dari Pat dan dia menulis ingin mencari Idris Velarion.
Liontin Semanggi
3203
1897
3
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel.
Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah.
Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar.
Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya.
Sejak saat...
Metanoia
105
93
0
Fantasy
Aidan Aryasatya, seorang mahasiswa psikologi yang penuh keraguan dan merasa terjebak dalam hidupnya, secara tak sengaja terlempar ke dalam dimensi paralel yang mempertemukannya dengan berbagai versi dari dirinya sendiri—dari seorang seniman hingga seorang yang menyerah pada hidup. Bersama Elara, seorang gadis yang sudah lebih lama terjebak di dunia ini, Aidan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan...
No Longer the Same
1152
843
1
True Story
Sejak ibunya pergi, dunia Hafa terasa runtuh pelan-pelan. Rumah yang dulu hangat dan penuh tawa kini hanya menyisakan gema langkah yang dingin. Ayah tirinya membawa perempuan lain ke dalam rumah, seolah menghapus jejak kenangan yang pernah hidup bersama ibunya yang wafat karena kanker. Kakak dan abang yang dulu ia andalkan kini sibuk dengan urusan mereka sendiri, dan ayah kandungnya terlalu jauh ...
I Found Myself
108
97
0
Romance
Kate Diana Elizabeth memiliki seorang kekasih bernama George Hanry Phoenix. Kate harus terus mengerti apapun kondisi Hanry, harus memahami setiap kekurangan milik Hanry, dengan segala sikap Egois Hanry. Bahkan, Kate merasa Hanry tidak benar-benar mencintai Kate. Apa Kate akan terus
mempertahankan Hanry?
The Boy Between the Pages
4732
1847
0
Romance
Aruna Kanissa, mahasiswi pemalu jurusan pendidikan Bahasa Inggris, tak pernah benar-benar ingin menjadi guru. Mimpinya adalah menulis buku anak-anak. Dunia nyatanya membosankan, kecuali saat ia berada di perpustakaantempat di mana ia pertama kali jatuh cinta, lewat surat-surat rahasia yang ia temukan tersembunyi dalam buku Anne of Green Gables. Tapi sang penulis surat menghilang begitu saja, meni...
Perjalanan yang Takkan Usai
1006
738
1
Romance
Untuk pertama kalinya Laila pergi mengikuti study tour.
Di momen-momen yang menyenangkan itu, Laila sempat bertemu dengan teman masa kecil sekaligus orang yang ia sukai.
Perasaan campur aduk tentulah ia rasakan saat menyemai cinta di tengah study tour. Apalagi ini adalah pengalaman pertama ia jatuh cinta pada seseorang.
Akankah Laila dapat menyemai cinta dengan baik sembari mencari jati diri ...
Unexpectedly Survived
378
311
0
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...
Penantian Panjang Gadis Gila
624
483
5
Romance
Aku kira semua akan baik-baik saja, tetapi pada kenyataannya hidupku semakin kacau. Andai dulu aku memilih bersama Papa, mungkin hidupku akan lebih baik.
Bersama Mama, hidupku penuh tekanan dan aku harus merelakan masa remajaku.
Imperfect Rotation
421
362
0
Inspirational
Entah berapa kali Sheina merasa bahwa pilihannya menggeluti bidang fisika itu salah, dia selalu mencapai titik lelahnya. Padahal kata orang, saat kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, kamu enggak akan pernah merasa lelah akan hal itu. Tapi Sheina tidak, dia bilang 'aku suka fisika' hanya berkali-kali dia sering merasa lelah saat mengerjakan apapun yang berhubungan dengan hal itu.
Berkali-ka...
Arsya (Proses Refisi)
2959
1408
1
Mystery
"Aku adalah buku dengan halaman yang hilang. Cerita yang tercerai. Dan ironisnya, aku lebih paham dunia ini daripada diriku sendiri."
Arsya bangun di rumah sakit tanpa ingatanhanya mimpi tentang seorang wanita yang memanggilnya "Anakku" dan pesan samar untuk mencari kakeknya. Tapi anehnya, ia bisa mendengar isi kepala semua orang termasuk suara yang ingin menghabisinya.
Dunia orang dewasa t...