1 bulan kemudian
Mentari pagi menyelinap cerah di sela-sela jendela besar gedung Keep’s House, kantor yang bergerak di bidang jual-beli, renovasi dan design rumah, berdiri megah di tengah kawasan bisnis yang mulai menggeliat. Burung-burung berkicau riang, sementara para karyawan satu per satu memasuki gedung untuk kembali bertempur—bukan dengan senjata, tapi dengan tumpukan dokumen, telepon, dan tenggat waktu.
"Selamat pagi, Pak Satpam!" sapa Popi dengan semangat sambil melambaikan tangan.
Satpam tua yang dipanggil Pak Rinto itu tersenyum, menyambut Popi seperti biasa. “Pagi juga, Neng Popi. Tumben datang lebih pagi
"Iya, Pak. Sekarang Popi udah ngontrak dekat kantor, biar gak telat mulu. Gak enak di marahin atasan terus padahal masih baru.”
“Wah, keputusan bijak. Semangat kerja, Neng!” sahut Pak Rinto sambil memberi hormat ala tentara.
Popi melangkah masuk ke lobi. Gadis itu memang dikenal ceria, tubuhnya agak kurus dengan kulit sawo matang yang eksotis. Ia baru saja pindah kontrakan semalam, dan pagi ini jadi semacam awal baru. Masih hangat dalam ingatannya, betapa sulitnya bangun pagi dan mengejar ojek online tiap kali hampir telat. Sekarang tidak ada alasan lagi.
Langkahnya belum sampai ke meja daftar hadir, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari belakang.
"Popi, tunggu!" Teriak Cindy
Popi menoleh dan tersenyum lebar.
Cindy mengejar dengan napas memburu. Wajahnya yang putih kemerahan karena terburu-buru, rambutnya diikat rapi, dan gaya sedikit tomboy-nya membuatnya terlihat seperti gadis SMA yang baru keluar dari ekstrakurikuler basket.
"Tumben banget kamu datang pagi, Pop!” ujar Cindy heran. “Jangan-jangan kamu disuruh Bang Toyib?**”
Popi tertawa ngakak. “Aku pindah kontrakan dong, Di rumah Bu Yeyen, dekat SD. Kamu tahu, kan? Yang sering aku bilang itu
“Oh, iya tahu! Bagus deh"
Mereka mengambil daftar hadir sambil berceloteh. Kantor sudah mulai ramai. Suara mesin printer, obrolan antar-karyawan, dan aroma kopi instan mulai memenuhi ruangan.
Di dalam ruang kerja, kegaduhan tak biasa menyambut mereka.
“Selamat pagi semua!” sapa Popi ceria.
“Kenapa rame banget sih?” tanya Cindy penasaran.
Tiba-tiba muncul Tante Nona, staf senior yang dikenal dengan suara cempreng dan gaya bicara dramatis. “Ada pengumuman, kita bakal dibagi dua tim: KH1 dan KH2!”
Cindy langsung heboh menuju papan pengumuman. “Ini gak adil! Aku dipisah dari Popi sama Sitty! Padahal baru 1 bulan kerja"
“Masih satu ruangan kok, Cin. Cuma beda tim ,bukan beda planet. Lagian cuma sementara” Tante Nona mencoba menenangkan.
Baru saja kegaduhan mulai mereda, tiba-tiba terdengar suara menggelegar. Suara yang bisa membuat printer berhenti beroperasi sejenak.
“Apanya yang gak adil, ha?!” Suara itu datang dari Steven.
Cindy langsung diam.
Steven melangkah ke depan. “Seperti yang kalian lihat di pengumuman. Siapa yang namanya tercantum di KH1, berdiri di kiri saya. Yang di KH2, kanan. Perlu diingat, ini hanya sementara sampai karyawan baru terbiasa.”
Popi mengangkat tangan. “Pak, kok yang di KH1 cuma sedikit?”
“Tenang, yang baru-baru itu nanti masuk ke KH1. Tim inti akan bantu mereka adaptasi. Ayo mulai kerja. Saya meeting dulu.” Steven berlalu seperti angin badai.
---
Waktu istirahat siang tiba. Popi dan Cindy melangkah ke kantin.
“Kamu makan di mana Cin?” tanya Popi.
“makan di luar yuk Pi, di depan kantor ada cafe baru buka. Aku ada voucer diskon nih”
Mereka berjalan keluar sambil ngobrol. Tapi langkah mereka terhenti saat melihat seorang cowok berdiri di sana. Tinggi, kulit sawo matang, rapi, dan... ganteng. Sangat tidak biasa untuk ukuran pemandangan di pos satpam.
“Cin lihat tuh! Cowok! Ganteng!” bisik Popi.
“Mata kamu itu sensor cowok ganteng semua! Mana?”
“Itu, tuh! Yang berdiri deket pos. Kayaknya bukan tukang antar paket deh.”
Pak Rinto menjawab rasa penasaran mereka. “Itu calon karyawan baru. Hari ini dia mau wawancara.”
Cindy langsung mendekat. “Eh, Bro! Mau kerja di sini ya?”
Cowok itu tersenyum sopan. “Iya, saya nunggu teman. Mau pulang bareng.”
“Kayaknya dia bukan pacar siapa-siapa, deh. Bisa jadi dia jodohku.” gumam Popi sok yakin.
“Sok banget, Mbak Jomblo Wati!” goda Cindy.
---
Waktu istirahat berakhir. Matahari menyengat luar biasa. Beberapa karyawan bahkan berlarian ke kantor sambil menutupi wajah dengan map atau tas.
“Aduh panas banget! Kayak di panggangan roti!” keluh salah satu staf.
Sisa hari berjalan padat. Meeting, telepon dari klien, tumpukan berkas rumah dijual yang harus di-update. Semua tenggelam dalam ritme kantor.
Akhirnya jam pulang tiba.
“Cin, mampir ke kontrakanku, yuk?” ajak Popi.
“Gak bisa hari ini Aku ada kelas yoga.”
Mereka berpisah di gerbang, dan Popi jalan pulang bareng Stella dan Sitty, dua teman yang juga kos di tempat yang sama. Popi memang gampang akrab dengan siapa saja
“Pop, kamu lihat gak cowok ganteng tadi siang di pos satpam?” tanya Stella.
"Iya Lihat, sempat nyapa juga. Kenapa? "
"Pacar baru kamu ya Stell? " Tanya sitty sambil terkekeh
Stella tersenyum. “Dia teman adikku. Baru datang dari kampung. Mau kerja di sini.”
Mereka ngobrol sepanjang jalan menuju kontrakan masing-masing, menutup hari yang melelahkan tapi penuh cerita.
Keesokan harinya di keep house...
Seperti biasa, pagi dimulai dengan kehebohan di pantry.
Para wanita sudah heboh bergosip.
> “Eh, tau gak? Katanya kemarin ada cowok ganteng banget yang melamar kerja di sini!”
“Masa sih?! Seriusan?”
“Dia masuk divisi mana emangnya?”
“Eh, kamu denger dari siapa?”
“Serius, pas aku lewat ruang meeting kemarin, ada kayak 30-an orang ikut seleksi. Dan semuanya lolos, termasuk si cowok itu!”
“Wah, dia pasti jadi primadona baru di Keep House, deh. Saingan berat ketua tim kreatif yang super cuek itu.”
“Hahaha! Iya, bakal ngalahin si ‘Cipit’ dua bersaudara tuh!”
Gelak tawa pun pecah.
“Selamat pagi semua,” sapa Steven.
> “Selamat pagi, Ketua!” jawab semua serempak.
> “Hari ini, kita kedatangan 3 orang baru di divisi kita. Mereka dibagi ke tiga bagian sesuai posisi. Kalian bantu bimbing ya.” jelas Steven.
Semua pun kembali fokus.
---
Di ruang onboarding karyawan baru...
“Selamat pagi semua,” sapa Steven ramah. “Saya Steven, Pimpinan di sini. Kalian akan ditutori oleh senior. Peraturan semua sudah terpampang. Saya harap kalian bisa cepat membaur dan kerja dengan baik. Nama kalian tolong dilaporkan ke Popi, ya.”
---
Jefta sudah tahu nama Cindy dari cerita-cerita Christian,
Jefta mulai memperhatikan Cindy di kantor semenjak dia balik dari dinas ke luar kota, sebelum mereka bertemu langsung,
Awal Mula yang Aneh
Beberapa hari sebelum Cindy masuk kerja, Jefta sudah lebih dulu tahu dari Wina bahwa akan ada karyawan baru di divisinya. Namanya: Cindy Brigita. Nama itu langsung memantik sesuatu dalam pikirannya.
Cindy Brigita... ini Cindy yang sama? pikirnya.
Ingatan tentang Christian dan percakapan mereka di Berlin berputar kembali.
> “Kalau suatu hari kamu ketemu dia dan kamu jatuh cinta, cintai dia lebih dari cinta ku padanya.”
Awalnya Jefta mengira itu hanya nostalgia sesaat. Tapi saat pertama kali melihat Cindy dari kejauhan di kantor—gadis itu masuk lobi dengan langkah mantap dan senyum gugup—dia langsung tahu. Itu memang dia. Cindy. Cewek yang jadi ‘nama yang tak pernah selesai’ di cerita Christian.
Selama tiga hari, Jefta hanya memperhatikan dari kejauhan. Menyusun momen yang tepat untuk menyapa. Tapi setiap kali ingin menyapa, dia gugup sendiri. "Masa iya gue langsung bilang, 'Hei, aku teman Christian yang dulu suka cerita soal kamu' Nggak lucu".
Sampai akhirnya, momen itu datang... tanpa direncanakan.
Di kantin kantor hiruk pikuk dan perbincangan kecil terdengar samar
> “cowok ganteng itu masuk tim kreatif. semua yang ganteng-ganteng masuk di tim kreatif” kata Popi
"Cowok yang kita liat? "
"Iya" Jawabnya singkat " Oh iya Aku bawain ini buat kamu, Kemarin belanja bulanan, jadi aku beli ini sambil inget kamu.” Popi menyodorkan cokelat.
> “Popi, kamu memang sahabat terbaik.”
Tiba-tiba...
Seorang cowok muncul dan mengambil coklat dari tangan Cindy. “Coklat ini buat aku ya!”
“Kenalkan, aku Jefta.” katanya sambil tersenyum dan menyodorkan tangan.
> “Balikin cokelatku!”
“Sebutin dulu nama kamu.”
> “Ya udahlah, makan aja tuh cokelat.” kata Cindy kesal dan berlalu.
> “Tunggu dulu!” Jefta mengejar.
> “Apa lagi?”
“Ini cokelatnya... tapi, siapa nama kamu?”
“Males. Makan aja tuh!” Cindy pergi begitu saja. Jefta hanya tersenyum menatap kepergiannya sambil makan cokelat yang dia rebut tadi.
> “Cindy, tunggu!” Popi datang sambil ngos-ngosan.
Jefta menatap mereka menjauh, lalu berkata pelan, “Dia... Manis kayak cokelat ini.”
---
"Udah sih biasa aja"
“Gak tau. Hari ini bikin bad mood banget!” jawab Cindy kesal.
“Hahaha... kamu lagi M ya?” goda Popi.
“Biasanya gak gini, kamu.”
Cindy tak menjawab. Dia malah menyeret Popi duduk di tempat lain
“Cindy, kenapa muka kamu asem gitu?” tanya Sitty.
“Dia lagi bad mood, jangan diganggu,” kata Popi.
"Oh iya Sit, Jefta itu siapa?" Tanya Cindy
“Jefta? Ketua Tim Kreatif yang aku bilang waktu itu" jawab Sitty singkat
"Dia baru aja balik dari perjalanan dinasnya" Sambung Sitty
“Oh iya, katanya dia mau dipindah ke KH2, jadi kalian bakal sering ketemu.” ucap Sitty.
“Ini kan hari Sabtu, main ke kontrakan aku yuk?” ajak Popi.
> “Oke!” jawab mereka bersamaan.
Cindy tersenyum kecil.
> “Lagipula... aku penasaran juga sih... sama si Jefta itu.”