Loading...
Logo TinLit
Read Story - DARI NOL KE SERAGAM
MENU
About Us  

Kalau ada satu hal yang tak pernah aku duga saat masuk SMA, itu adalah: seseorang seperti Reyhan bisa begitu nyaman aku ajak bicara.

Kami bukan tipe pasangan seru yang bikin heboh satu kelas, atau jadi perhatian karena duduk berdempetan ke mana-mana. Kami biasa saja. Tapi justru dari kebiasaan itu, perasaan-perasaan aneh mulai muncul.

Kami duduk tak terlalu jauh, tapi cukup untuk bisa saling melirik kalau guru sedang menulis di papan. Kadang, tatapan kami bertemu, dan salah satu dari kami cepat-cepat mengalihkan pandangan. Dan jantungku? Selalu gagal diajak tenang.

Reyhan bukan anak populer. Tapi entah kenapa, dia gampang akrab. Dia mulai sering duduk dekatku saat belajar kelompok, mulai sering menyapa dengan panggilan-panggilan konyol, dan kadang tiba-tiba datang menawarkan permen hanya karena—katanya—aku kelihatan lelah.

“Nih, manis. Biar kamu nggak asem kayak barusan,” katanya suatu hari, menyodorkan permen ke mejaku.

Aku cemberut, lalu mengambilnya juga. “Kalau aku asem, kamu asinnya.”

Dia tertawa. “Asin itu artinya awet, loh.”

Dan aku—lagi-lagi—tersenyum kecil sambil menunduk, menutupi pipi yang mulai panas.

Kadang aku benci betapa mudahnya dia membuatku gugup. Tapi di sisi lain, aku juga menunggu-nunggu momen-momen semacam itu.

Waktu istirahat jadi momen paling aku suka sekarang. Bukan karena jajanannya enak (kadang malah mahal dan nggak kenyang), tapi karena Reyhan sering duduk di meja yang sama.

Kami tidak selalu ngobrol banyak. Tapi aku selalu merasa tenang. Dia bisa cerita hal-hal lucu tentang temannya, tentang film yang dia tonton semalam, atau tentang kejadian konyol saat dia lupa bawa PR dan pura-pura sakit perut.

Dan aku… ya, aku mulai terbiasa tertawa hanya karena dia ada di situ.

Suatu hari, dia meminjam bukuku. Sebenarnya dia bisa saja minta difotokan catatannya, tapi dia bilang ingin baca langsung. Aku mengangguk dan menyerahkan buku itu tanpa berpikir. Tapi saat malamnya aku buka buku yang lain, aku melihat secarik kertas terselip di halaman terakhir.

Tulisan tangan yang kukenal:

“Kalau kamu senyum terus kayak gitu, nanti aku makin susah fokus.”

Aku menatap tulisan itu cukup lama. Tanganku gemetar sedikit. Ada rasa manis aneh yang menelusup ke dada. Aku tahu, ini bukan sekadar candaan. Tapi aku juga tak tahu harus membalasnya dengan apa.

Esoknya, aku tak berani menatap wajahnya terlalu lama. Tapi dia hanya tersenyum seperti biasa, seolah tak ada yang perlu dibahas.

Dan itulah yang paling bikin aku bingung. Kami seperti berjalan di atas tali tipis—dekat, tapi tak pernah benar-benar tahu kapan boleh melangkah lebih jauh.

Waktu terus berjalan. Ulangan demi ulangan datang. Tugas makin menumpuk. Tapi pikiranku lebih sering teralihkan oleh satu orang itu.

Reyhan.

Ada satu hari ketika dia tidak masuk. Katanya sakit. Tapi aku tak bisa menyembunyikan kekecewaan yang aneh. Hari itu jadi begitu sepi. Tidak ada celetukannya. Tidak ada lemparan permen kecil ke meja. Tidak ada Reyhan yang diam-diam menatap dan membuat aku salting seharian.

Baru saat malam, ponselku berbunyi. Satu pesan masuk.

“Hari ini aneh ya. Aku juga kangen rame-nya kelas, apalagi kursi yang paling depan itu keliatan kosong banget.”

Dia tahu aku duduk di depan. Dia tahu aku juga merasa kehilangan. Tapi, dia memilih menyampaikannya dalam kalimat yang setengah bercanda.

Aku membalas pelan.

“Cepet sembuh. Besok kursi itu nunggu kamu.”

Hubungan kami berkembang seperti bunga yang mekar perlahan. Tidak ada ledakan. Tidak ada pengakuan cinta di bawah hujan. Tapi semua terasa... nyata.

Meskipun begitu, kadang aku masih bertanya-tanya. Apakah aku satu-satunya yang dia perlakukan seperti ini? Atau aku hanya kebetulan berada paling dekat saat dia sedang butuh teman?

Pikiran-pikiran itu sesekali datang, apalagi kalau aku melihat dia terlalu lama ngobrol dengan teman perempuan lain. Aku tidak marah. Tapi aku merasa… aneh. Sesak, tapi aku tidak punya hak apa-apa.

Malam-malamku jadi sering dipenuhi pertanyaan yang tak pernah aku ucapkan. Tapi pagi harinya, saat dia datang dan menyapaku seperti biasa, semua pikiran itu seakan dibungkam hanya dengan senyumnya.

Hingga suatu sore, kami pulang bareng. Jalanan ramai, tapi kami berjalan pelan. Kadang aku berharap waktu bisa memperlambat langkah.

“Ly,” katanya tiba-tiba.

Aku menoleh. “Hmm?”

“Kamu pernah nggak, ngerasa nyaman banget sama seseorang, tapi nggak tahu itu kenapa?”

Aku berhenti sejenak, mencoba menyembunyikan detak jantung yang semakin liar.

“Pernah,” jawabku pelan.

Dia tersenyum, menatapku sesaat. Tapi kemudian kembali menatap jalan. “Kalo aku, kayaknya lagi ngerasain itu sekarang.”

Aku hanya diam. Tidak menjawab. Karena kalau aku menjawab… mungkin aku tidak akan bisa pura-pura lagi.

Dan mungkin, itu juga cukup. Untuk saat ini.

 

 

 

 

“Rasa itu tidak selalu harus diumumkan. Kadang cukup dirasakan, disimpan, dan diperjuangkan diam-diam.”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ending
5407      1398     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
Crashing Dreams
271      227     1     
Short Story
Terdengar suara ranting patah di dekat mereka. Seseorang muncul dari balik pohon besar di seberang mereka. Sosok itu mengenakan kimono dan menyembunyikan wajahnya dengan topeng kitsune. Tiba-tiba sosok itu mengeluarkan tantou dari balik jubahnya. Tanpa pasangan itu sadari, sosok itu berlari kearah mereka dengan cepat. Dengan berani, laki-laki itu melindungi gadinya dibelakangnya. Namun sosok itu...
Something about Destiny
175      150     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
Langit-Langit Patah
38      33     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
Aku Biru dan Kamu Abu
845      491     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Bersama Bapak
721      519     4     
Short Story
Ini tentang kami bersama Bapak. Ini tentang Bapak bersama kami
KAU, SUAMI TERSAYANG
683      469     3     
Short Story
Kaulah malaikat tertampan dan sangat memerhatikanku. Aku takut suatu saat nanti tidak melihatku berjuang menjadi perempuan yang sangat sempurna didunia yaitu, melahirkan seorang anak dari dunia ini. Akankah kamu ada disampingku wahai suamiku?
Heavenly Project
725      478     5     
Inspirational
Sakha dan Reina, dua remaja yang tau seperti apa rasanya kehilangan dan ditinggalkan. Kehilangan orang yang dikasihi membuat Sakha paham bahwa ia harus menjaga setiap puing kenangan indah dengan baik. Sementara Reina, ditinggal setiap orang yang menurutnya berhaga, membuat ia mengerti bahwa tidak seharusnya ia menjaga setiap hal dengan baik. Dua orang yang rumit dan saling menyakiti satu sama...
Kumpulan Quotes Random Ruth
2167      1139     0     
Romance
Hanya kumpulan quotes random yang terlintas begitu saja di pikiran Ruth dan kuputuskan untuk menulisnya... Happy Reading...
From Ace Heart Soul
592      358     4     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.