Loading...
Logo TinLit
Read Story - DARI NOL KE SERAGAM
MENU
About Us  

Hubunganku dan Reyhan mulai seperti rutinitas yang menyenangkan. Setiap hari sekolah, selalu ada satu-dua hal yang membuat aku senyum sendiri. Kadang kami saling tukar bekal, kadang dia minjem pulpen cuma untuk iseng narik tanganku, kadang dia tiba-tiba nyanyi pelan waktu aku sedang nunduk nulis—dan suaranya itu… bikin dada aku sesak sendiri.

Tapi semua itu, seiring waktu, malah berubah jadi ketergantungan. Aku sadar, aku mulai menggantungkan suasana hatiku ke dirinya. Kalau Reyhan datang pagi dan menyapaku lebih dulu, hariku langsung cerah. Tapi kalau dia terlihat sibuk ngobrol sama teman lain dan tidak menoleh sedikit pun padaku—aku merasa kosong. Lucu, ya? Padahal kami belum jadian. Bahkan, belum pernah saling menyatakan.

Dan hari itu, untuk pertama kalinya, aku benar-benar merasa seperti… bukan satu-satunya.

Semua bermula saat istirahat kedua. Aku baru kembali dari toilet dan melihat Reyhan duduk di tangga belakang kelas. Bukan sendirian. Di sampingnya ada seorang cewek—Dea. Cewek yang cukup populer, anak ekstrakurikuler yang terkenal ramah dan pinter.

Aku nggak tahu kenapa, tapi dadaku terasa panas saat melihat mereka tertawa berdua. Reyhan terlihat nyaman. Dea juga.

Aku bukan siapa-siapanya Reyhan. Aku tahu itu.

Tapi rasanya… perih.

Saat Reyhan kembali ke kelas, dia menyapaku seperti biasa. “Dari mana? Nyariin aku, ya?”

Aku cuma nyengir sekilas. “Nggak.”

Dia seperti tidak menyadari apa pun. Padahal dalam hati, aku ingin sekali bertanya, ngapain kamu bareng Dea tadi? Tapi aku tahan. Aku terlalu gengsi.

Reyhan duduk di bangkunya. Tak lama kemudian, dia menyodorkan permen. Biasanya aku akan tertawa dan pura-pura menolak. Tapi kali ini, aku menggeleng.

“Lagi nggak pengen,” jawabku datar.

Dia mengangkat alis, mungkin heran. “Kamu kenapa?”

Aku menggeleng, menatap buku. “Nggak kenapa-kenapa.”

Dan untuk pertama kalinya, kami duduk tanpa banyak bicara.

Sepulang sekolah, aku melangkah cepat ke rumah. Tidak seperti biasanya, tidak ada obrolan sore, tidak ada tawa di sepanjang jalan. Tidak ada Reyhan yang menemaniku seperti biasa.

Malamnya, ponselku bunyi. Pesan dari dia.

“Alya, kamu kenapa hari ini? Aku ganggu ya?”

Aku mengetik jawaban. Lalu menghapusnya. Lalu mengetik lagi. Lalu akhirnya kukirim:

“Kamu deket sama Dea, ya?”

Balasannya tidak langsung datang. Tapi jantungku berdetak lebih keras dari biasanya. Aku merasa seperti mempertaruhkan sesuatu yang besar. Padahal cuma sebuah pertanyaan.

Beberapa menit kemudian, ponselku kembali menyala.

“Enggak. Dia cuma minta tolong bantuin soal latihan ekskul bareng adek kelas.”

“Kok kamu nanya gitu?”

Aku membaca pesannya berkali-kali. Aku tahu dia tidak berbohong. Tapi aku juga tahu, rasa takut itu datang bukan karena aku tidak percaya padanya… tapi karena aku terlalu berharap banyak.

 

Aku balas:

“Nggak papa. Aku cuma ngerasa... aneh aja.”

Beberapa detik kemudian dia mengirim lagi:

“Aku nggak tahu kamu bakal segitu kepikiran. Tapi, Ly... kamu tahu kan, kalau aku lebih nyaman sama kamu dari siapa pun?”

Mataku panas.

Tapi aku hanya membalas dengan satu kalimat:

“Iya. Maaf udah berprasangka.”

Keesokan harinya, Reyhan datang lebih pagi dari biasanya. Dia menungguku di depan kelas dengan senyum penuh arti. Saat aku sampai, dia menyerahkan sebuah roti cokelat—favoritku.

“Nih, biar kamu nggak asem kayak kemarin,” katanya, mengulang candaan yang dulu pernah dia ucapkan.

Aku tertawa kecil. “Kamu hafal banget, ya.”

Dia mengangkat bahu. “Kalau soal kamu, aku pengennya hafal semua.”

Dan seperti itu… seolah semua kekhawatiranku kemarin hilang.

Tapi jauh di dalam hati, aku sadar… aku takut. Bukan karena Reyhan akan pergi. Tapi karena aku tahu, perasaan ini sudah tumbuh terlalu dalam. Dan kalau suatu saat dia benar-benar memilih pergi—aku mungkin nggak tahu caranya menahan.

Hari itu kami pulang bareng lagi. Jalanan dipenuhi suara motor dan obrolan anak sekolah lain, tapi langkah kami pelan dan beriringan.

“Ly,” kata Reyhan tiba-tiba.

Aku menoleh, “Hmm?”

Dia menatap langit, lalu berkata lirih, “Kamu pernah ngerasa kayak... takut kehilangan sesuatu, padahal belum pernah kamu miliki sepenuhnya?”

Aku diam. Karena kalimat itu, rasanya seperti cermin dari isi hatiku.

Aku tidak menjawab.

Tapi di dalam hati, aku berkata:

Setiap hari, Rey. Aku ngerasain itu setiap hari.

 

 

“Kadang, yang paling menakutkan
 bukan kehilangan seseorang, tapi
menyadari bahwa kita bahkan tak punya
 hak untuk meminta dia tinggal.”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
TENTANG WAKTU
2124      905     6     
Romance
Elrama adalah bintang paling terang di jagat raya, yang selalu memancarkan sinarnya yang gemilang tanpa perlu susah payah berusaha. Elrama tidak pernah tahu betapa sulitnya bagi Rima untuk mengeluarkan cahayanya sendiri, untuk menjadi bintang yang sepadan dengan Elrama hingga bisa berpendar bersama-sama.
Let it go on
1150      820     1     
Short Story
Everything has changed. Relakan saja semuanya~
Cinta Sebatas Doa
621      437     0     
Short Story
Fero sakit. Dia meminta Jeannita untuk tidak menemuinya lagi sejak itu. Sementara Jeannita justru menjadi pengecut untuk menemui laki-laki itu dan membiarkan seluruh sekolah mengisukan hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu. Padahal tidak. Cukup tunggu saja apa yang mungkin dilakukan Jeannita untuk membuktikannya.
Silver Dream
9208      2175     4     
Romance
Mimpi. Salah satu tujuan utama dalam hidup. Pencapaian terbesar dalam hidup. Kebahagiaan tiada tara apabila mimpi tercapai. Namun mimpi tak dapat tergapai dengan mudah. Awal dari mimpi adalah harapan. Harapan mendorong perbuatan. Dan suksesnya perbuatan membutuhkan dukungan. Tapi apa jadinya jika keluarga kita tak mendukung mimpi kita? Jooliet Maharani mengalaminya. Keluarga kecil gadis...
TRAUMA
130      115     0     
Romance
"Menurut arti namaku, aku adalah seorang pemenang..akan ku dapatkan hatimu meskipun harus menunggu bertahun lamanya" -Bardy "Pergilah! Jangan buang waktumu pada tanaman Yang sudah layu" -Bellova
Gue Mau Hidup Lagi
444      291     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Menanti Kepulangan
70      64     1     
Fantasy
Mori selalu bertanya-tanya, kapan tiba giliran ia pulang ke bulan. Ibu dan ayahnya sudah lebih dulu pulang. Sang Nenek bilang, suatu hari ia dan Nenek pasti akan kembali ke bulan. Mereka semua akan berkumpul dan berbahagia bersama di sana. Namun, suatu hari, Mori tanpa sengaja bertemu peri kunang-kunang di sebuah taman kota. Sang peri pun memberitahu Mori cara menuju bulan dengan mudah. Tentu ada...
Kinara
5085      1739     0     
Fantasy
Kinara Denallie, seorang gadis biasa, yang bekerja sebagai desainer grafis freelance. Tanpa diduga bertemu seorang gadis imut yang muncul dari tubuhnya, mengaku sebagai Spirit. Dia mengaku kehilangan Lakon, yang sebenarnya kakak Kinara, Kirana Denallie, yang tewas sebagai Spirit andal. Dia pun ikut bersama, bersedia menjadi Lakon Kinara dan hidup berdampingan dengannya. Kinara yang tidak tahu apa...
The Red Haired Beauty
473      326     1     
Short Story
Nate Nilton a normal senior highschool boy but when he saw a certain red haired teenager his life changed
Langkah yang Tak Diizinkan
238      192     0     
Inspirational
Katanya dunia itu luas. Tapi kenapa aku tak pernah diberi izin untuk melangkah? Sena hidup di rumah yang katanya penuh cinta, tapi nyatanya dipenuhi batas. Ia perempuan, kata ibunya, itu alasan cukup untuk dilarang bermimpi terlalu tinggi. Tapi bagaimana kalau mimpinya justru satu-satunya cara agar ia bisa bernapas? Ia tak punya uang. Tak punya restu. Tapi diam-diam, ia melangkah. Dari k...